Mohon tunggu...
Karina Dharmawan
Karina Dharmawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Jurusan Hubungan Internasional UPN Veteran Yogyakarta

Ice cream lover. Swifties. Loves music, especially violin bass and saxophone.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Diplomasi Digital China: Strategi China Meningkatkan Citra Negara Selama Pandemi COVID-19 Menggunakan Twitter

26 Mei 2024   13:15 Diperbarui: 26 Mei 2024   13:43 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menyebarnya virus COVID-19 ke berbagai penjuru dunia menyebabkan pandemi global yang memberikan dampak ekonomi serta dampak sosial yang besar bagi negara-negara di dunia. Dampak COVID-19 juga turut dirasakan oleh negara China yang harus menerima banyaknya kritik global yang berakibat pada turunnya citra negara China dan menyebabkan meningkatnya pandangan negatif terhadap China.

Banyaknya kritik global yang mempengaruhi pandangan negatif terhadap negara China terjadi sebab terdapat isu yang menyatakan bahwa kota Wuhan yang terletak di Provinsi Hubei, China, merupakan tempat virus COVID-19 berasal. Adanya pandangan negatif terhadap China meningkatkan terjadinya tindakan diskriminatif terhadap warga negara China atau individu yang terlihat seperti orang Asia Timur di negara Amerika, Australia, serta negara-negara Uni Eropa.

Selain itu, banyaknya kritik terhadap China juga disebabkan karena buruknya kinerja negara China dalam menangani wabah virus COVID-19. Berdasarkan survei terhadap 14 negara, 61% menyatakan kinerja negara China dalam penanganan wabah COVID-19 tergolong buruk, namun masih lebih baik dibandingkan kinerja Amerika Serikat dalam penanganan wabah COVID-19.

Dalam menghadapi kritik global, China menggunakan strategi soft power dengan cara menerapkan diplomasi digital yang dilakukan melalui media sosial Twitter. China berupaya untuk melawan kritik global dengan menerapkan diplomasi digital menggunakan akun Twitter resmi Kementerian Luar Negeri China, yaitu @MFA_China.

Diplomasi digital adalah perkembangan dari diplomasi publik yang melibatkan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, serta media sosial oleh suatu negara untuk mencapai tujuan diplomatik, merencanakan kebijakan luar negeri, atau untuk menyelesaikan masalah kebijakan luar negeri.

Sebelum pandemi COVID-19, China berfokus pada diplomasi publik untuk membangun citra dan daya tarik negaranya. Namun, setelah pandemi COVID-19, China mengalihkan fokusnya ke diplomasi digital dengan cara menggunakan platform Twitter untuk mengelola opini internasional.

Twitter menjadi platform media sosial yang paling menonjol digunakan oleh negara China dalam menerapkan diplomasi digitalnya. Terdapat tiga alasan yang mendasari penggunaan platform Twitter sebagai media diplomasi digital negara China.

Pertama, kemampuan penjangkauan target yang ditawarkan oleh Twitter. Twitter menawarkan kemampuan penjangkauan yang luas, memungkinkan negara China untuk menjangkau khalayak internasional dengan menggunakan hashtag dalam postingan mereka sehingga dapat mempermudah untuk melakukan komunikasi secara langsung dan bersifat terbuka dengan berbagai pihak atau individu.

Kedua, menggunakan platform Twitter dapat membantu negara China untuk melakukan pemantauan serta pengukuran terhadap opini publik internasional sehingga memudahkan para diplomat China untuk mengantisipasi kritik global terhadap negaranya. Platform tersebut memungkinkan negara China untuk berbagi informasi secara global dan memungkinkan adanya interaksi timbal-balik.

Ketiga, penggunaan platform Twitter dapat memudahkan para pemangku jabatan yang bertanggung jawab dalam pembuatan dan pengambilan keputusan kebijakan nasional negara China untuk mengetahui, memahami, serta menolak segala kritik yang tidak berdasar terhadap negara China. Selain itu, platform Twitter juga dapat mendorong warga negara untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembuatan dan pengambilan keputusan negara China dengan cara yang mudah, yakni dengan mengirimkan tweet kepada kepala negara dan pejabat pemerintah negara.

Selama masa pandemi COVID-19, reputasi negara China dipandang negatif oleh publik internasional. Melalui penggunaan platform Twitter, terdapat beberapa cara yang dilakukan China untuk mengembalikan citra baik negaranya.

Menggaet audiens melalui berbagai konten viral yang menarik, seperti video panda, dapat menarik masyarakat untuk mengikuti akun Twitter diplomatik negara China. Selain itu, melalui platform Twitter, China memanfaatkan jaringan komunikasi dengan berbagai media pemerintah serta akun resmi pemerintah Rusia, Iran, dan Venezuela yang bertujuan untuk melawan kritik dari negara-negara Barat yang menyudutkan negara China.

Dalam menghadapi klaim yang menyatakan bahwa virus COVID-19 berasal dari China, pemerintah China mengerahkan penggunaan akun diplomatik untuk menentang kebenaran isu tersebut dan membuat teori konspirasi yang bertentangan, yaitu teori konspirasi bahwa asal wabah virus COVID-19 adalah dari negara Amerika Serikat. Salah satu upaya pemerintah China untuk menyebarkan teori konspirasi tersebut adalah melalui akun Twitter-nya.

Banyaknya kritik dari masyarakat internasional berusaha diredam oleh pemerintah negara China melalui konten-konten positif dan menarik. Selain itu, para diplomat China juga memperkuat akun media pemerintah China dengan cara menggunakan bahasa Inggris dan mempromosikan kampanye tagar atau hashtag positif yang digunakan dalam tweet diplomatik.

Sejak bulan Maret tahun 2020, total pengikut akun diplomatik China terus bertambah. Hal ini menunjukkan bahwa diplomasi digital yang diterapkan oleh China melalui platform Twitter memberikan hasil yang positif, namun tetap saja hal tersebut tidak serta merta menjadikan reputasi dan citra negara China kembali positif.

Terdapat faktor lain yang menghambat keberhasilan China untuk memulihkan citra negaranya. Sekeras apapun para diplomat China berusaha untuk mengembalikan reputasi negaranya, tetap saja masih banyak negara-negara maju yang mencoba menghambat perkembangan negara China.

Saat ini, China merupakan salah satu negara yang sedang berkembang menjadi negara superpower atau negara adidaya, itulah sebabnya banyak negara Barat berusaha membatasi kekuatan serta perkembangan negara China. Hal ini tentunya menjadi kendala bagi China untuk meningkatkan citra negaranya, khususnya di negara-negara Barat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun