Mohon tunggu...
Karimah Jannah
Karimah Jannah Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tebuailah Ripah

24 Juli 2017   15:33 Diperbarui: 24 Juli 2017   15:46 571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Mak ini memang tak peka, aih...," ujar Manjo sambil menggerutu.

"Mak tak dengar kata-kata aku dulu. Traktor sudah lihat, datang sudah itu. Elok bukan? Kapan hari Mak Saleh sudah jual dia punya kerbau, masih mahal waktu itu. Sekarang, kalo Mak pengen itu traktor dan jual Arong dan Aring, sudah murah itu. Menyesal Maksekarang...", ujar Manjo meninggalkan Mak Husin menuju Lapangan Pasir Himpit.

"Siapa mau krator...," Mak Husin tersenyum sinis.

***

Traktor-traktor secara simbolis sudah diserahkan ke Bupati untuk dibagi ke penduduk Ripah. Dengan sepatu booth Presiden turun ke sawah menanam benih padi sebagai pertanda dimulainya musim tanam di Ripah. Kilatan kamera mengabadikan momen-momen merakyat Presiden di Ripah.

Ripah kembali sunyi setelah Presiden dan rombongannya pergi. Traktor-traktor yang akan dibagi masih berderet di jalanan Ripah, di sampingnya terdapat truk-truk yang beberapa hari lalu membawa traktor-traktor itu ke Ripah.

"Kapan ini dibagi, Njo..," tanya Mak Saleh pada Manjo. Manjo menggeleng sambil meminta pamannya sabar.

Menjelang sore, traktor-traktor itu diangkut kembali oleh truk-truk. Instruksi Dinas Pertanian, katanya. Sontak banyak orang Ripah yang sudah berharap kecewa bukan kepalang.

"Apa-apaan Njo, kerbauku sudah kau jual. Tak dapat aku traktor gratis," Mak Saleh sedikit murka. Raut muka Manjo pucat pasi.

"Makanya NjoLeh, sabarlah sekejap. Tak usah tergesa. Makmu ini tak buta politik, lebih banyak ingkar dari tepatnya." Mak Husin tersenyum menang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun