Mohon tunggu...
Karimah Faizah
Karimah Faizah Mohon Tunggu... Mahasiswa - saya mahasiswa ilmu komunikasi Universitas Muhammadiyah Jakarta

saya adalah mahasiswa ilmu komunikasi Universitas Muhammadiyah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gen Z dan Julukan Generasi Strawberry : Stereotip atau Kenyataan?

31 Januari 2025   02:30 Diperbarui: 31 Januari 2025   02:30 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Gen Z dan Julukan Generasi Strawberry: Stereotip atau Kenyataan?

Dalam beberapa tahun terakhir, istilah "Generasi Strawberry" sering disematkan kepada Gen Z. Istilah ini berasal dari anggapan bahwa Gen Z seperti stroberi indah dan menarik dari luar, tetapi mudah hancur di bawah tekanan. Namun, benarkah seperti itu? Apakah hanya sekadar stereotip atau ada kebenarannya?.

Pada Rabu, 22 Januari 2025, mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Jakarta menyelenggarakan seminar seputar mental health dan generasi strawberry, dengan menghadirkan Safitri Herra, S.Pd sebagai pembicara utama serta Ibu Velda Ardia, S.I.Kom, M.Si., selaku dosen pada mata kuliah psikologi komunikasi Universitas Muhammadiyah Jakarta. Seminar ini membahas bagaimana generasi muda, khususnya Gen Z yang sering dilabeli sebagai "Generasi Strawberry" dalam menghadapi tekanan yang terjadi di dalam lingkungan kehidupannya, melalui diskusi ini audiens diajak untuk memahami apakah label tersebut benar adanya atau hanya stereotip belaka.

Apa Itu Generasi Strawberry?

Julukan "Generasi Strawberry" sering diberikan kepada Gen Z karena dianggap lembut dan mudah hancur di bawah tekanan. Istilah ini berasal dari Taiwan untuk menggambarkan generasi muda yang tampak menarik dengan segudang ide dan kreativitas, tetapi dianggap rapuh dalam menghadapi tantangan. Saat ini istilah tersebut digunakan untuk Gen Z yang dianggap kurang tahan banting dibanding generasi sebelumnya. Seiring berjalannya waktu, istilah tersebut juga digunakan di berbagai negara, termasuk Indonesia, terutama untuk menggambarkan Gen Z yang lahir antara 1997--2012. Ciri utama yang sering dikaitkan dengan generasi ini adalah sensitivitas tinggi, sulit menghadapi tekanan, dan terlalu mengutamakan kenyamanan pribadi.

Mengapa Gen Z Disebut Generasi Strawberry?

Berikut adalah beberapa alasan yang menyebabkan gen z mendapat label generasi strawberry :

  • Mudah Menyerah dalam Tekanan : Dalam hal ini Gen Z cenderung tidak betah di lingkungan kerja yang keras. Mereka lebih cepat meninggalkan pekerjaan jika merasa tidak dihargai atau terlalu stres.
  • Tumbuh dengan Pola Asuh yang Berbeda : Berbeda dengan generasi sebelumnya yang dididik secara keras, Gen Z dibesarkan di era di mana kesehatan mental lebih diperhatikan. Akibatnya, mereka dianggap kurang tahan banting.
  • Lebih Peduli dengan Mental Health : Gen Z lebih terbuka dalam membahas kesehatan mental dibanding generasi sebelumnya. Namun, hal ini sering disalah artikan sebagai tanda bahwa mereka lemah atau tidak bisa menghadapi tantangan.

Fakta yang Bertentangan dengan Stereotip

Meskipun Gen Z sering dianggap rapuh, ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa mereka sebenarnya memiliki keunggulan tersendiri:

  • Lebih Kreatif dan Adaptif di Era Digital : Gen Z adalah digital natives yang tumbuh bersama internet dan media sosial. Mereka mampu menghasilkan inovasi dan membangun karier melalui platform digital, seperti content creator, freelancer, dan enterpreneur muda.
  • Peduli terhadap Isu Sosial dan Lingkungan : Dibanding generasi sebelumnya, Gen Z lebih aktif dalam isu-isu seperti perubahan iklim, hak asasi manusia, dan kesetaraan gender. Mereka sering menggunakan media sosial untuk menyuarakan perubahan.
  • Menolak Budaya Kerja Beracun : Gen Z bukan tidak mau bekerja keras, tetapi mereka lebih memilih work-life balance daripada bekerja dalam lingkungan yang tidak sehat. Mereka ingin produktivitas yang tinggi tanpa harus mengorbankan kesehatan mental dan kebahagiaan pribadi.

Perbedaan Perspektif dengan Generasi Sebelumnya

Gen Z lebih fleksibel dalam memilih pekerjaan dan tidak ragu berpindah jika merasa lingkungan kerja tidak sehat. Berbeda dengan generasi sebelumnya yang cenderung loyal pada satu pekerjaan demi kestabilan finansial, Gen Z lebih mengutamakan keseimbangan hidup (work-life balance) dan mencari pekerjaan yang selaras dengan nilai pribadi mereka.

Dalam hal kesehatan mental, Gen Z lebih terbuka dan menjadikannya sebagai prioritas, sementara generasi sebelumnya lebih terbiasa "bertahan" dalam tekanan tanpa banyak membicarakannya. Selain itu, Gen Z lebih peduli pada kebahagiaan dan kesejahteraan diri dibanding sekadar bekerja keras tanpa henti, yang sering dianggap sebagai perbedaan mendasar dalam cara mereka menghadapi kehidupan dan karier.

Label "Generasi Strawberry" yang diberikan kepada Gen Z sering kali menimbulkan perdebatan. Di satu sisi, mereka dianggap rapuh dan kurang tahan terhadap tekanan, berbeda dengan generasi sebelumnya yang lebih tangguh dalam menghadapi tantangan. Namun, di sisi lain, Gen Z justru menunjukkan adaptasi yang berbeda, dengan lebih mengutamakan kesehatan mental, fleksibilitas dalam karier, inovatif, kreativitas, serta kepedulian terhadap isu sosial dan lingkungan. Mereka bukan generasi yang lemah, melainkan generasi yang memahami nilai keseimbangan hidup dan bekerja dengan cara yang lebih inovatif. Oleh karena itu, penting untuk melihat mereka secara lebih objektif, bukan sebagai generasi yang mudah hancur, tetapi sebagai generasi yang berkembang sesuai dengan perubahan zaman. Stereotip ini perlu ditinjau ulang agar kita lebih memahami bagaimana generasi ini membentuk masa depan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun