Mohon tunggu...
Muhammad KarimAbdul
Muhammad KarimAbdul Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa dari desain komunikasi visual Institut Seni Indonesia Yogyakarta, angkatan 2021.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Semiotika Pierce Pada Papan Bunga Sukacita melalui Paradigma Sosiologi

15 Oktober 2024   23:14 Diperbarui: 15 Oktober 2024   23:20 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Papan bunga berisi ucapan selamat wisuda dari Rafi Fadhil untuk kekasihnya Diza Putri Maharani yang ada di acara wisuda ISI Yogyakarta pada tanggal 7-8 September 2024

Sehingga, dalam papan bunga sukacita milik Rafi Fadhil, penggunaan objek-objek dalam papan bunga seperti penggunaan bunga suyok, ornamen, kalimat ucapan selamat, isi pesan, dan identitas yang disampaikan merepresentasikan kebahagiaan, kehangatan dan ketulusan dalam hubungan asmara yang didukung dengan penggunaan warna, ukuran, dan jenis font tertentu yang menghasilkan interpretasi di masyarakat sebagai bentuk manifestasi dari romantisme.

Papan bunga sebagai bentuk manifestasi ungkapan ekspresi melalui media komunikasi visual, dapat dipandang melalui paradigma sosiologi. Dalam hal ini, papan bunga milik Rafi Fadhil dapat ditinjau dengan sudut pandang sosial, diantaranya adalah paradigma fungsional, simbolik, dan konstruksi sosial.

Melalui paradigma fungsional, papan bunga dipandang sebagai media komunikasi visual bagi individu atau kelompok yang tertarik memanifestasikan ekspresi isi hati dan pikirannya. Pada papan bunga sukacita ini, Rafi memanfaatkan media ini untuk menyalurkan isi hatinya, baik dalam memberi selamat atau kekhawatirannya atas ketidakhadirannya saat acara wisuda kekasihnya, Diza. Identitas penerima papan bunga dinyatakan melalui susunan kalimat "SELAMAT WISUDA" dan "DIZA PUTRI MAHARANI" yang mengindikasikan bentuk perayaan atas selesainya perkuliahan seorang mahasiswa bernama Diza. Begitu juga dengan identitas dari pengirim yang diwakili melalui kalimat pada bagian bawah papan bunga, yang berbunyi "DARI PACARMU RAFI FADHIL". Dengan kalimat tersebut, pengirim menyatakan keterkaitannya dengan pengirim melalui status hubungan mereka yang saat ini sedang menjalin asmara. Penggunaan warna-warna hangat pada papan bunga, dalam kasus ini milik Rafi seperti merah, kuning, putih, merah muda, berfungsi sebagai perwujudan kebahagiaan. Lebih fokus lagi, warna merah mengindikasikan unsur romantisme, sehingga mendukung konteks pesan antara Rafi dan Diza. Adapun unsur identitas di luar pengirim dan penerima adalah tanda pengenal toko pengrajin dari papan bunga milik Rafi, yaitu Toko Bunga Tulip, yang ditempel pada bagian bawah papan bunga. Tanda pengenal "Toko Bunga Tulip" menjadi bentuk dari promosi jasa pembuatan papan bunga.

Dalam paradigma simbolik, papan bunga berfungsi sebagai media untuk memvisualisasikan hasil dari manifestasi yang dirasakan oleh Rafi Fadhil kedalam bentuk-bentuk yang menyimbolkan perasaannya pada saat acara momen wisuda pacarnya Diza Putri Maharani yang tidak bisa Rafi hadiri. Proses pengambilan keputusan dalam mendesain yang dilakukan oleh Rafi Fadhil bersama dengan Toko Tulip, menghasilkan papan bunga berwarna merah dengan dekorasi bunga suyok berisikan ucapan selamat wisuda dan pesan permintaan maaf yang menyimbolkan perasaan hangat, juga romantis sesuai dengan semiotika hasil dari interpretasi audiens yang melihatnya. Namun disisi lain juga Rafi Fadhil memiliki niatan tersendiri untuk bersuara secara lantang melalui media papan bunga ini sebagai ajang flexing yang disimbolkan dengan penggunaan font yang seluruhnya kapital, terutama pada bagian pengirim sengaja dibuat dalam ukuran yang lebih besar dan berwarna kuning sehingga lebih ter-highlight daripada teks yang lainnya. Tetapi meskipun Rafi Fadhil secara sadar memiliki niatan untuk flexing, Rafi juga tidak melupakan tujuan utamanya untuk bersukacita bahagia kepada kekasihnya dengan membedakan pemilihan font pada bagian selain pengirim yang menggunakan gaya serif, sehingga kesan santainya lebih terasa.

Dari segi paradigma konstruksi sosial, terdapat tiga tahap dialektika manusia dan masyarakat, yaitu eksternalisasi, objektivasi dan internalisasi. Papan bunga yang berada dalam proses objektivasi dan berdiri sendiri sebagai objek di acara wisuda ISI Yogyakarta ini merupakan hasil dari eksternalisasi Rafi Fadhil sebagai pengirim. Papan bunga tersebut berisi curahan ekspresi perasaan menyesalnya karena tidak dapat hadir di acara wisuda kekasihnya. Papan bunga ini kemudian diinterpretasikan secara pribadi oleh masyarakat sebagai bentuk keromantisan Rafi Fadhil kepada kekasihnya. Diza sebagai kekasih Rafi juga mengungkapkan rasa bahagia dan terharu atas upaya kekasihnya yang sebelumnya tidak dikenal romantis seperti laki-laki pada umumnya.

Keselarasan Hasil Analisis Semiotika Pierce dengan Persepsi yang ingin diangkat Rafi Fadhil

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengirim, Rafi Fadhil mengungkapkan bahwa dorongan utama untuk mengirimkan papan bunga ini adalah sebagai bentuk emosi pribadinya karena tidak bisa hadir di dua momen penting kekasihnya, yaitu saat sidang akhir dan wisuda. Sehingga papan bunga tersebut berperan sebagai bentuk upayanya sebagai representasi kehadirannya. Di lain sisi, Rafi juga ingin membuat kekasihnya malu karena dikirim papan bunga besar yang seolah-olah mengumumkan ke seluruh audiens tentang hubungan asmara mereka serta unjuk diri secara tersirat tentang karirnya dalam kalimat "manggung di Balikpapan". 

Kalimat yang digunakan juga bersifat santai agar tidak terkesan romantis dan ingin bernuansa canda atau lucu. Namun, persepsi yang ingin diangkat Rafi Fadhil ternyata berbeda dengan hasil analisis semiotika Pierce. Dalam hasil analisis semiotika Pierce, karangan papan bunga sukacita ini menunjukkan kasih sayang dan rasa cinta layaknya sepasang kekasih. Jika dilihat dari proses interpretasi semiotika sebelumnya, terlihat adanya perbedaan makna dari proses eksternalisasi pengirim dan internalisasi penerima serta audiens. Adanya faktor subjektivitas dari proses internalisasi di lingkup sosial ini menyebabkan terjadinya perubahan makna dari papan bunga.

KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa papan bunga menjadi perwujudan dalam mengungkapkan ekspresi yang dapat dipandang melalui berbagai paradigma dalam dinamika sosial masyarakat, baik secara fungsional, simbolik, dan konstruksi sosial. Namun, berdasarkan sampel yang dipilih dan dikaji melalui teori semiotika, ditemukan ketidakselarasan dalam proses internalisasi melalui paradigma konstruksi sosial. Dimana, tujuan dibuatnya papan bunga tersebut, tidak selaras dengan objek yang direpresentasikan di dalamnya. Sehingga, menghasilkan berbagai macam perbedaan persepsi oleh masyarakat, yang menyebabkan ungkapan ekspresi dari pengirim tidak tersampaikan secara tepat.

Papan bunga sebagai media Desain Komunikasi Visual, menjadi salah satu media yang kurang perhatian untuk diteliti, baik secara penggunaan tanda dan makna melalui objek dan interpretasinya. Sehingga, penelitian ini menawarkan hal baru tentang penggunaan tanda sebagai objek mampu diinterpretasikan oleh audiens secara berbeda dalam kacamata sosiologi, melalui representasi yang telah termanifestasi di dalamnya. Hal ini menjadi titik baru bagi ranah akademik desain. Bahwa penciptaan media, perlu memperhatikan penggunaan objek dan representasinya yang sesuai dengan kehidupan sosial masyarakat di suatu daerah tertentu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun