Mohon tunggu...
Karida Salim
Karida Salim Mohon Tunggu... Dokter - Seorang Dokter yang memiliki minat menulis

Seorang dokter yang menulis untuk membagikan pengalaman dan katarsis diri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Penjaga Terakhir

27 Agustus 2024   16:00 Diperbarui: 12 September 2024   20:34 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kita harus memastikan semua berjalan sempurna," kata Dito dengan nada serius. Rian hanya mengangguk, sementara aku menatap tiang bendera yang menjulang di tengah lapangan desa. Ada sesuatu yang menggelitik di hatiku, semacam firasat yang tak bisa kujelaskan.           

Perkenalkan, namaku Bima. Aku selalu ingat hari itu---17 Agustus, ketika langit cerah berwarna biru, dan semangat kemerdekaan terasa kental di udara. 

Sebuah desa kecil di pinggir kota, aku bersama teman-temanku, Dito dan Rian, mempersiapkan diri untuk upacara bendera yang sudah menjadi tradisi tahunan. Tahun ini, kami bertiga ditunjuk sebagai pengibar bendera, sebuah kehormatan yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.           

"Kamu bawa apa, Bim?" tanya Rian saat kami berhenti sejenak di dekat tiang bendera.

Aku menepuk saku kemejaku, memastikan sesuatu yang penting ada di sana. "Cuma jimat dari nenek. Katanya untuk keberuntungan."

"Jangan aneh-aneh, Bim," tegur Dito, tetapi aku hanya tersenyum.

Pagi itu, suasana di lapangan begitu ramai. Anak-anak berlarian, orang tua bercengkrama, dan para pemuda desa membantu menyiapkan peralatan upacara. Kami mengenakan seragam putih-putih dengan semangat yang menggebu. Saat derap langkah kami menuju tiang bendera, suasana mendadak senyap. Semua mata tertuju pada kami bertiga.

Upacara dimulai. Kami bertiga, dengan langkah yang mantap, berjalan menuju tiang bendera. Dito mengambil posisi di sebelah kiri, aku di tengah, dan Rian di kanan. Perlahan, kami mulai mendekatkan bendera ke tali tiang.

Saat bendera merah putih mulai diikat ke tali, tiba-tiba angin kencang berhembus. Tiang bendera bergoyang, dan seakan-akan bendera itu melambai-lambai lebih keras dari biasanya. Di detik itulah, sesuatu yang aneh terjadi.

Aku merasa ada kekuatan yang menarik bendera itu ke atas, lebih cepat dari yang seharusnya. Rian dan Dito juga tampak kewalahan mengendalikan tali. Di tengah kepanikan, bendera itu tiba-tiba terlepas dari tali dan melayang ke udara.

"Kejar!" teriak Dito. Kami bertiga segera berlari, mencoba meraih bendera yang terbang melayang ditiup angin. Semua orang yang menyaksikan terdiam, tak percaya dengan apa yang terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun