Mohon tunggu...
Karida Salim
Karida Salim Mohon Tunggu... Dokter - Seorang Dokter yang memiliki minat menulis

Seorang dokter yang menulis untuk membagikan pengalaman dan katarsis diri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Terjebak di Dunia Paralel

9 Agustus 2024   07:54 Diperbarui: 9 Agustus 2024   09:02 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


Elian mengangguk. "Aku akan memberikan peta dan beberapa bekal untuk perjalananmu. Tapi ingat, hutan terlarang penuh dengan bahaya. Kau harus berhati-hati."


Aku menerima peta dan bekal dari Elian, lalu memulai perjalanan menuju hutan terlarang. Jalanan menuju hutan semakin lama semakin sulit ditempuh. Tumbuhan aneh dan binatang-binatang asing muncul di sekitarku. Beberapa di antaranya tampak berbahaya, dengan gigi tajam dan mata yang bersinar dalam kegelapan.


Setelah berjalan beberapa jam, aku tiba di tepi hutan. Pohon-pohon di sini menjulang tinggi dengan daun-daun berwarna hitam pekat. Udara terasa lebih dingin dan suasana semakin mencekam. Aku mengambil napas dalam-dalam dan melangkah masuk.
Di dalam hutan, aku merasa seperti diawasi. Setiap langkahku diikuti oleh suara gemerisik daun dan bisikan-bisikan aneh. Aku terus berjalan mengikuti petunjuk di peta. Tidak lama kemudian, aku menemukan sebuah gua yang ditandai di peta. Itu adalah tempat di mana kristal portal seharusnya berada.


Aku memasuki gua dengan hati-hati. Di dalamnya gelap dan lembap. Aku menggunakan obor yang diberikan Elian untuk menerangi jalan. Setelah beberapa saat, aku melihat cahaya biru berkilauan dari dalam gua. Itu pasti kristal portal.
Namun saat aku mendekat, seekor makhluk besar muncul dari kegelapan. Tubuhnya seperti singa, tetapi dengan kepala ular yang menjulur panjang. Makhluk itu menggeram dan menatapku dengan mata merah menyala.


"Apa yang kau lakukan di sini, manusia?" suaranya menggema di seluruh gua.


"Aku... aku hanya ingin kembali ke duniaku. Aku membutuhkan kristal itu," jawabku dengan suara gemetar.


Makhluk itu mendekat, mengendus-endus diriku. "Hanya mereka yang memiliki keberanian dan niat tulus yang bisa mengambil kristal ini. Apakah kau memenuhi syarat itu?"


Aku menelan ludah, mencoba menenangkan diri. "Aku hanya ingin kembali ke rumah. Aku tidak ingin menyakiti siapa pun."


Makhluk itu mengangguk perlahan. "Jika niatmu tulus, maka ambillah kristal itu. Tapi sebelumnya kamu harus menjawab dulu teka-teki ini. Apa yang keluar lebih dulu, ayam atau telur?"


Eh alah, sempat-sempatnya main tebak-tebakan?


Sambil cengengesan, aku menjawab, "Secara ilmiah, telur keluar lebih dulu. Dalam konteks evolusi, nenek moyang ayam bertelur jauh sebelum ayam modern ada. Mutasi genetik yang mengarah pada terbentuknya ayam terjadi di dalam telur yang berasal dari burung serupa ayam, tetapi bukan ayam sepenuhnya. Jadi, telur datang lebih dulu, karena proses evolusi dan reproduksi melalui telur sudah ada sebelum ayam muncul sebagai spesies yang kita kenal sekarang. Meskipun teka-teki ini sering digunakan untuk memicu diskusi filosofis tentang sebab dan akibat, secara evolusioner dan biologis, telur lebih dulu ada sebelum ayam."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun