Pada 2008, tepatnya bulan Desember, Grup Bakrie yang saat itu sedang mengonsolidasi dua stasiun televisi yakni anak grup dari Visi Media Asia (VIVA) ikut membentuk media online, yakni vivanews.com.
Hingga saat ini, media online Indonesia, kerap digunakan oleh warga Indonesia, bahkan jarang dilihat orang-orang membaca media cetak seperti koran di era saat ini, karena perkembangan media yang sudah sangat maju.
- Perkembangan Jurnalisme Multimedia di Indonesia
Perkembangan teknologi di Indonesia bisa dikatakan semakin cepat, dan canggih pada masanya, keberadaan teknologi ini sangat membantu manusia mengakses, serta mengetahui berita-berita terbaru setiap harinya. Sebagai salah satu bukti yang nyata perkembangan teknologi, saat ini sudah ada Jurnalisme Multimedia yang membantu masyarakat dalam mendapatkan berita serta informasi terbaru setiap harinya.
Menurut (McAdams, 2014) dalam buku "Jurnalisme Multimedia" (Widodo, Y, 2020, h.24) multimedia memiliki arti banyak media. Media sendiri dapat terdiri dari teks, foto, video, audio, gambar, dan lain sebaginya. Mutimedia merupakan kombinasi dari minimal tiga jenis media.
Perkembangan jurnalisme multimedia di Indonesia bukan hal yang seketika muncul di Indonesia. Dahulu masyarakat Indonesia hanya mendapatkan  atau mencari informasi dengan membaca surat kabar. Surat kabar pertama kali milik Indonesia muncul saat masa penjajahan Belanda.
Pada tahun 1615, surat kabar Memories der Nouvellas muncul dan menjadi surat kabar pertama kali di Indonesia. Hingga tahun 1688, surat kabar ini masih ditulis menggunakan tangan. Setelah itu, perlahan baru muncul surat kabar lain yang diciptakan oleh masyarakat pribumi serta masyarakat turunan etnis Tionghoa dengan berbagai macam jenis bahasa, seperti bahasa cina, belanda, jawa, dan lain sebagainya.
Dilanjutkan pada masa penjajahan Jepang, yang menyebabkan dunia jurnalistik mengalami perubahan besar-besaran. Pada masa ini seluruh surat dipaksa menjadi satu untuk bergabung serta isi dari surat kabar tersebut serasi dengan rencana serta tujuan Jepang.
Berlanjut pada masa pasca kemerdekaan, fungsi dari surat kabar menjadi alat untuk mengobarkan semangat perjuangan para pejuang untuk tetap semangat melawan para penjajah.
Peranan penting surat kabar ada pada masa ini, yaitu digunakan untuk memperkuat warga Indonesia agar tidak mudah terhasut oleh Belanda melalui media massa.
Terpuruknya jurnalistik di Indonesia terjadi pada 1 Oktober 1958, dimana banyak surat kabar yang harus ditutup karena para wartawan ditangkap.