DALAM rangka menciptakan iklim yang baik terhadap persoalan lingkungan dan transportasi, sudah sekian lama banyak pegiat sepeda dan komunitas pesepeda berbasis gerakan konsisten hingga sekarang berjuang membangun budaya gerakan bersepeda.
Budaya gerakan bersepeda yang digaungkan adalah bahwa bersepeda bukan sekedar untuk hobi atau rekreasi tapi menjadikan sepeda sebagai moda tranportasi untuk mobilitas ke berbagai aktivitas apa saja seperti bersepeda ke tempat kerja (Bike to Work), ke kampus (Bike to Campus), ke sekolah (Bike to School), dan sebagainya.
Kampanye gerakan bersepeda tersebut memunculkan gerakan lainnya, meski belum begitu populis, selain bersepeda ke pabrik ( Bike to Factory) sebuah gerakan yang diinisiari para pesepeda yang bekerja di pabrik, juga ada gerakan bersepeda ke Pesantren  atau Bike to Pesantren (B2P)
B2P merupakan gerakan budaya bersepeda yang digagas citivas pesantren yang aktif bersepeda, hal tersebut sebagai sebuah keharusan dalam rangka membangun generasi santri yang bertanggung jawab.Â
Misinya, bersepeda sambil menuntut ilmu agama khususnya, selain kuatkan diri juga sehatkan bumi.
Gerakan B2P sudah mulai menggeliat, hal itu terlihat dengan makin banyaknya santri-santri menggunakan sepeda dan semarak pula gelaran kegiatan bersepeda di pesantren-pesantren seperti funbike atau gowes bersama dalam rangka hari jadi pesantren dan Hari Santri 22 Oktober. Bahkan bermunculan pula komunitas pesepeda berbasis pesantren atau lembaga keagamaan.
Akan tetapi adalah tantangan yang cukup berat untuk menjadikan sepeda sebagai moda transportasi utama bagi para pelajar atau santri selain angkutan publik.Â
Hal tersebut seperti apa yang disampaikan oleh Rosihan Fahmi yang akrab disapa Kang Fahmi, Kepala MAS/Mu'allimin Manba'ul Huda Kota Bandung
Sejak tahun 2017, Kang Fahmi memproklamirkan program Bike to Pesantren di Pondok Pesantren (Ponpes) yang ia pimpin, seiring mendapat hibah 7 unit sepeda untuk santri yang terpilih dari Corporate social responsibility (CSR) salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) produsen bahan bakar fosil
Ia menuturkan, saat itu sayangnya yang terjadi malah semakin banyak santri yang lebih memilih menggunakan sepeda bermotor sebagai moda transportasi utama.Â
Kini  yang tersisa setia menggunakan moda sepeda hanya dalam hitungan jari. Padahal, sejumlah peraturan dan kebijakan pesantren telah ditetapkan,  tapi yang tumbuh malah "parkir liar" sepeda motor di lingkungan pesantren.
"Barangkali dibutuhkan kebijakan "tangan besi" dari aparat pemerintah untuk sedianya mengeluarkan peraturan secara tegas; pelajar wajib bersepeda! Yang juga harus didukung penuh oleh para orang tua pelajar, dengan demikian akan memberikan solusi dalam meminimalisir pelanggaran lalu lintas, kecelakaan, pencurian, keterbatasan lahan parkir, hingga penguraian kemacetan kota." Ujarnya berapi-api dan penuh harap.
Bike for Ibadah
Pembina atau pemilik pesantren beberapa menjadi inisiator dan motivator kepada santrinya untuk bersepeda, salah satu contohnya adalah da'i kondang Abdullah Gymnastiar atau yang kita kenal dengan sebutan AA Gym yang selalu bersepeda atau jalan kaki mengitari lingkungan di pesantren yang dikelolanya bernama Daarut Tauhid (DT).
Selain berdak'wah, beliau juga kerap menerapkan kepada seluruh citivis DT untuk hidup sehat dan menjaga lingkungan dengan bersepeda keberbagai aktivitas minimal untuk jarak yang pendek, salah satu gerakannya adalah Bike to Ibadah.
Mengutip dari laman Daaruttauhid.org, Bike for Ibadah memiliki tujuan utama untuk meningkatkan iman. Oleh karena itu, niat memiliki peranan penting dalam aktivitas gowes atau bersepeda.
Pertama, Bike for Ibadah diniatkan untuk zikir satu gowes satu zikir. Kedua, diniatkan menyambung silaturahmi, bukan pamer sepeda. Ketiga, diniatkan untuk menambah ilmu dan keempat, bisa menjadi sarana berbagi doa bagi siapa pun.
Lebih lanjut menyampaikan pula bahwa jangan sampai bersepeda membuat kita lalai, meninggalkan salat lima waktu, atau meninggalkan kewajiban pada keluarga dengan alasan kelelahan bersepeda.
Bersepeda jangan sampai menimbulkan penyakit hati seperti riya, ujub, sombong karena merasa sepedanya paling bagus, badannya paling sehat, dan paling berpengalaman.Â
Sepeda hanyalah sarana, bukan tujuan. Ada pun tujuan bersepeda adalah untuk menjaga kesehatan, menambah iman serta menambah ilmu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H