Mohon tunggu...
Cuham Beib
Cuham Beib Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menjadikan Sepeda Sebagai Moda Transportasi sehari-hari kemana saja,

Penulis amatiran, ringan , dan sederhana. Penikmat sepeda harian. Icon Bersepeda itu Baik.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengayuh Jauh Menapaki Jejak Kemerdekaan

17 Agustus 2022   10:51 Diperbarui: 24 Agustus 2022   16:12 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu sudut ruangan dalam "rumah penculikan" (Foto dok. Jaya Di Kusumah) 

NEGARA Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tahun 2022 ini memasuki usia kemerdekannya yang ke-77 dengan mengusung tema Pulih Lebih Cepat , Bangkit Lebih Kuat sebagai semangat pulih bersama menghadapi berbagai persoalan bangsa khususnya pasca pandemi covid-19 yang hingga saat ini masih terjadi.  

Namun demikian, tak lantas menyurutkan masyarakat untuk merayakan Hari Kemerdekaan RI, mulai dari pemasangan bendera Merah Putih, umbul-umbul, manik-manik, gapura, hingga melakukan kegiatan kerja bakti, pengecatan, syukuran, lomba-lomba permainan khas, karnaval, dan olah raga, serta panggung hiburan.

Seperti halnya masyarakat umum merayakannya, publik pesepeda pun selalu tak mau ketinggalan melakukan kegiatan dalam rangka menyambut hari kemerdekaan melalui cara sesuai aktifitas atau hobi yang digelutinya.

Beragam kegiatan begitu semarak menghangatkan suasana kemerdekaan. Di Jakarta misalnya, komunitas gerakan Bike to Work (B2W) mengadakan Upacara Bendera  Lintas Komunitas Pesepeda Indonesia yang digelar di Plaza Selatan Get 6, kawasan GBK Senayan.

Sementara di Bandung menggelar Gowes Merdeka Mandiri Komunitas Pesepeda Bandung Raya, dimana peserta akan berada di Simpang Lima Asia-Afriak dan bersama para pengguna jalan lainnya berhenti di sana untuk mengheningkan cipta selama 3 menit. Aksi rutin ini dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Bandung sejak setahun yang lalu bertajuk 3 Menit Untuk Indonesia.

Tak hanya itu, banyak pula kegiatan lain seperti funbike kemerdekaan, gowes bareng (gobar) dengan dresscode nuansa merah putih, menjajal trek sepeda, dan bersepeda menjelajah  jejak kemerdekaan.

E-Poster ( Dok. Jaya Di Kusumah)
E-Poster ( Dok. Jaya Di Kusumah)

Bersepeda Bekasi -- Rangas Dengklok
Peristiwa penculikan Soekarno dan Mohammad Hatta  yang dibawa dari Jakarta ke Rangas Dengklok oleh kelompok  pemuda yang terjadi pada 16 Agustus  1945 silam, menjadi tonggak sejarah lahirnya Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945.

Adalah Jaya Di Kusumah atau yang akrab disapa Mas Jaya (MJ), salah seorang legenda yang sudah sekian lama wara-wiri bersepeda sejak era 80-an terutama bike touring atau bersepeda jarak jauh.

Ia kerap dianggap sebagai motivator dan inspirator bagi pesepeda lainnya, khususnya bagi Kelompok Pengendara Sepeda (KPS), salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Universitas Ahmad Yani (UNJANI) berbasis sepeda yang lahir pada tahun 1995, dimana MJ dinobatkan sebagai anggota kehormatan dengan nomor urut pertama, padahal ia merupakan mahasiswa ITB saat itu.

Rumah Tempat Soekarno-Hatta diculik (Foto Dok. Jaya Di Kusumah)
Rumah Tempat Soekarno-Hatta diculik (Foto Dok. Jaya Di Kusumah)

Berawal dari postingan dua rekan pesepeda pada Juli 2014, sebut saja Momon dan Lufthi yang melakukan bersepeda ke Rangas Dengklok, Karawang menuju lokasi rumah tempat Soekarno -- Hatta diculik. Sebuah perjalanan luar biasa sambil mengingatkan anak bangsa tentang sejarah kemerdekaan RI.

Berangkat dari hal tersebut, memicu Mas Jaya  untuk melakukan hal serupa tapi dalam skala lebih besar tapi konsepnya tetap sederhana dengan menggagas kegiatan bersepeda bertajuk Bersepeda Napak Jejak Kemerdekaan Rangas Dengklok. Dilakukan selama dua hari satu malam, 16-17 Agustus 2014 silam.

Melalui Facebook media sosial yang mumpuni saat itu, MJ membewarakan dan mensosialisasikan kegiatan yang diinisiasinya tersebut, dengan harapan banyak pesepeda terutama pegiat adventure atau bike touring yang berminat mengikutinya.

Hasilnya, sekitar 80 pesepeda ikut serta, mereka berasal dari Bekasi, Bogor, Jakarta, Cikarang, Tangerang, dan lain-lain. Para peserta nampak ceria dan penuh semangat serta bangga bisa menjadi bagian dari sebuah perjalanan bersepeda yang bukan sekedar mengayuh tapi mendapatkan wawasan tentang sejarah Proklamasi Kemerdekaan RI yang sudah berusia 69 kala itu.

Awalnya perjalanan yang semula dianggap mudah ternyata ada hambatan, diantaranya faktor kewilayahan, sedikit lucu karena mereka dianggap tidak ijin atau tidak melibatkan komunitas sepeda setempat yang "merasa memiliki wilayah".

Selain itu, patroli Polisi jalan mempertanyakan ijin perjalanan karena diduga akan membuat kemacetan dan potensial rawan kecelakaan. Namun semua itu, akhirnya bisa diselesaikan dengan baik sehingga perjalanan bisa dilaksanakan., dan menjadi pelajaran kedepan agar lebih cermat  dalam persiapan dan segala sesuatunya.

Sebelum hari H, MJ dan Momon melakukan survey perjalanan dari titik kumpul di sepanjang komplek Islamic Center, Bekasi Barat hingga Tugu Proklamator  Menteng, Jakarta.

Pada saatnya tiba, sejak pukul 6.00 Waktu Indonesia Barat (WIB), para peserta berangsur-angsur hadir, lalu bergerak memulai perjalan bersepeda sepanjang 182 kilometer selama dua hari satu malam. menysuri Bekasi, Rangas Dengklok, Karawang, dan Tugu Proklamasi, Jakarta.

Perjalanan dari Bekasi menyusuri  jalan lama pantura hingga memasuki Kerawang Barat menuju arah tujuan ketitik 'Rumah Penculikan Soekarno -- Hatta'. Menjelang sore, mereka merapat kesebuah tempat istirahat bernama "Saung Beureum" untuk bermalam disana.

Tiba di sana, mereka disambut hangat dan penuh dengan keakraban dalam sebuah media ramah tamah bersama komunitas mobil, motor, sepeda dan kesenian Kerawang Barat sebagai unsur binaan Kang Herman Pemilik Saung Beureum hingga larut malam dengan api unggun.

Salah satu sudut ruangan dalam
Salah satu sudut ruangan dalam "rumah penculikan" (Foto dok. Jaya Di Kusumah) 

Menjelang tengah malam, sebagian pesepeda yang lengkap menggunakan kostum era 40an, menuju "Rumah Penculikan" untuk mengikuti malam pergantian waktu menuju tanggal 17 Agustus pada pukul 00.00 WIB dilapangan bersama lapisan masyarakt lainnya yang cukup banyak.  Setelahnya, mereka kembali ke penginapan untuk beristirahat.

Esok paginya, sebelum kembali memulai perjalanan mereka memberikan "tali kasih" hasil urunan secara sukarela bagi pewaris "Rumah Penculikan" . Usai foto-foto, para peserta bergegas menuju Bebelan dan menyebrangi sungai menggunakan perahu rakit bamboo yang ditarik manual.

Selanjutnya perjalanan bersepeda kembali dilakukan, melalui perumahan Harapan Baru hingga terminal Pulo Gadung serta mengarah ke Rawa Mangun, lanjut hingga Tugu Proklamasi sebagai titik berakhirnya perjalanan.

Sejak Pulo Gadung, Rawa Mangun, setengah peserta atau 40 pesepeda tidak melanjutkan mengikuti perjalanan hingga titik akhir, karena memang tidak ada kewajiban untuk sampai finish. Mereka yang bersepeda hingga titik akhir tiba menjelang jam 5 sore. 

Usai foto-foto, semua peserta bubar dan kembali ke rumahnya masing-masing dengan membawa sejuta kesenangan dan kebanggaa serta rasa haru meski raut wajah dan fisik mereka didera kelelahan yang luar biasa.

Mas Jaya menuturkan bahwa kegiatan tersebut semata-mata keinginan sendiri dan kepedulian arti sebuah kemerdekaan serta merayakannya dengan suka cita. Perbedaan usia, komunitas, dan genre sepeda bukan halangan sehingga cair saling toleran walau baru kenal dihari keberangkatan namun serasa sudah berkawan lama.

Lanjutnya, kesungguhan untuk mengikuti bukan karena bayaran, door prize, hadiah, medali, dan sertifikat, membuat suasana terasa asyik dan memunculkan diskusi menarik sepanjang perjalanan. Jangan ditanya urusan berbagi baik makanan maupun minuman (saling traktir ).  Alhamdulillah perjalanan berakhir tanpa kendala berarti dan yang terpenting semua sehat, selamat, dan tetap semangat.

"Saya percaya, tidak ada kesuksesan yang abadi, sensasi lain dan berbeda pada jalur yang sama menjadi daya tarik untuk diulangi. Perjalanan selalu merindukan perjalanan berikutnya dengan peserta yang sama untuk saling bercerita." Ucap mas Jaya dengan penuh semangat.

Jakarta, 17 Agustus 2022. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun