Mohon tunggu...
Cuham Beib
Cuham Beib Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menjadikan Sepeda Sebagai Moda Transportasi sehari-hari kemana saja,

Penulis amatiran, ringan , dan sederhana. Penikmat sepeda harian. Icon Bersepeda itu Baik.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perpustakaan Mini dalam Angkot

24 Mei 2022   15:14 Diperbarui: 24 Mei 2022   15:50 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

DALAM tulisan saya berjudul "Bersepeda dan   Literasi" di Kolom Donasi Bolang laman Tebar Hikmah Ramadan (THR) Kompasiana edisi 30  April 2022, saya menyampaikan bahwa United Nation Educational, Scientific and Culture  Othanitazion (UNESCO) - Perserikat Bangsa Bangsa (PBB) menyebutkan minat baca masyarakat negeri kita sangat rendah.

Menurut UNESCO, kondisi minat bacanya hanya sebesar 0,001% artinya dari 1000 orang Indonesia hanya 1 orang yang rajin membaca dan hingga saat ini masih berada di urutan kedua dari bawah.soal literasi dunia.

Sungguh hal yang cukup memprihatinkan, apalagi berdasarkan survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) yang di rilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019, telah memperkuat alasan Unesco tersebut di mana Indonesia menempati peringkat ke 62 dari 70 negara, atau merupakan 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah.

Melihat kondisi seperti itu, belakangan banyak kelompok masyarakat khususnya yang konsen terhadap dunia literasi merasa peduli dengan berupaya membuat sebuah gerakan dalam rangka meningkatkan minat baca pada masyarakat.

Gerakan-gerakan yang dilakukan dibuat sedemikian rupa agar masyarakat menjadi lebih tertarik untuk gemar membaca, seperti membaca buku bersama atau tadarusan buku yang sebelumnya melakukan kegiata jalan kaki menelusuri jejak sejarah tema buku yang akan dibaca.

Atau membuat perpustakaan keliling, taman bacaan, rumah baca, membuat perpustakaan  mini di ruang publik, halte bus, dan juga angkutan publik.    

Progam Angkot Pintar (AnTar) 

Berbicara angkutan kota (angkot) di seluruh kota-kota di Indonesia pada dasarnya tak jauh dari persoalan  tentang stigma negatif aspek pelayanan hingga perilaku pengemudi dan performa angkutan yang melekat dalam angkot

Namun sisi lain, ragam angkot dengan sejumlah trayek yang dibedakan dengan ragam warna dan nomor trayek tersebut kemudian menjadi icon kota, bahkan untuk di beberapa kota, angkot menjadi bagian dari sejarah perjalanan  sebuah kota dari masa ke masa.

Ditengah upaya pemerintah kota setempat berupaya melakukan perbaikan baik pelayanan dan performa angkot, muncul sebuah aksi yang dilakukan sekelompok aktivis dan para inisiator anak negeri dalam membantu mengangkat citra angkot, meskipun niat baik tersebut  belum sepenuhnya mendapat "keberpihakan" dari pemerintah.

Menariknya, para  inisiator tersebut bergerak bukan sekadar melulu urusan ekonomis, sisi kemanusiaan pun kerap hadir mereka layankan, seperti menyerap tenaga kerja, hingga menggratiskan ongkos dari urusan iba bagi mereka yang tidak memiliki ongkos.

 Di Bandung, pada tahun 2016 sekelompok aktivitas yang peduli terhadap budaya literasi bernama Rindu Menanti yang digawangi sorang sosok pengajar bernama Rosihan Fahmi, membuat program bernama Angkot Pintar (AnTar) dengan mengajak kerjamasa pemerintah setempat, dalam hal ini Dinas Perhubungan (Dishub).

Sebelumnya, bersama Dishub komunitas tersebut membuat program literasi dengan menyebar para sekarelawan untuk berada di beberapa halte penumpang angkutan publik sambil membawa sejumlah buku bacaan, lalu dipajang dengan harapan para penumpang yang tengah menunggu anggkutan tertarik untuk sejenak membaca buku.    

AnTar , perpustakaan mini dalam angkot merupakan program pemakmuran angkot agar pengguna angkot disuguhkan dengan berbagai aneka bacaan, sebagai media edukasi, informasi, komunikasi, diskusi serta kotemplasi selama perjalanan menggunakan angkutan kota, agar selalu berseri dan bersuka hati.

AnTar dilahirkan selain  untuk mengajak masyarakat gemar membaca juga agar bersedia menggunakan angkutan  umum sebagai ikhtiar untuk mengurangi kemacetan , mengurangi polusi udara, serta bersama-sama menegakan kedisiplinan berlalu lintas.

Bersamaan saat peresmiannya,  uji coba AnTar ada di 14 angkot di trayek  Panghegar - Dipatiukur , Cicaheum - Ciroyom , Margahayu - Ledeng , Elang - Ujung berung, Caringin -- Dago,  Kalapa -- Ledeng, dan Sederhana Cimindi.  

Harapannya, masyarakat bisa memanfaatkannya untuk membaca buku-buku yang tersedia hasil dari pengumpulan donasi buku  dengan tetap menjaga dan memeliharanya, memberi masukan membangun, serta bisa turut berdonasi buku pula.

Selain itu, disisipi berbagai himbauan untuk selalu tertib dan hati-hati di jalan, menjaga kebersihan dan tidak merokok dalam angkot,  serta naik turun di angkot stop sesuai peruntukannya yang sudah disediakan.

Tarif AnTar reguler, tidak mengalami kenaikan tarif, sama dengan angkot yang lain dan setiap Angkot Pintar ada Kartu Pengenal Pengemudi maupun tertera Hotline Pengaduan Laporan Masyarakat.

Sekali lagi, dengan adanya AnTar ini dapat memberikan kenyamanan pada penumpang langganan, juga mampu mengalihkan masyarakat berkendara untuk berpindah menggunakan moda transportasi umum.

Setelah beberapa minggu berjalan, respon masyarakat beragam, ada yang  menanggapi positif, menyambut baik, menganggap itu sebuah terobasan baru, kreatif, dan upaya yang luar biasa dalam rangka perbaikan image angkot dan dunia literasi.

Akan tetapi tak sedikit masyarakat yang merespon negatif, bahkan terkesan nyinyir serta pesimis dengan upaya perbaikan citra angkot tersebut dan tetap menganggap angkot adalah sebuah persolan transportasi cukup besar  yang sulit diselesaikan serta mengusulkan untuk ditiadakan saja. 

Dalam perjalanannya, ada hal yang membuat menggeilitik sekaligus miris, banyak buku bacaan yang raib entah kemana, apakah di bawa penumpang karena mungkin buku bacaannya menarik, atau entahlah, yang jelas mungkin saat itu ada sedikit peningkatan penumpang gemar membaca buku.

Saat ini, memang program AnTar tidak berjalan lagi, namun ada 1 atau dua angkot yang tetap bertahan, meski seadanya. Malah ada satu angkot di Kabupaten Bandung yang jauh sebelum ada AnTar, sang supirnya sudah lebih dulu  secara mandiri membuat perpustkaan di dalam angkotnya sendiri. Tapi keberadaannya sekarang tidak begitu diketahui, masih bertahan atau tidak.

Semoga saja ke depan perpustakaan dalam angkutan publik kembali bergairah dan hadir untuk memberi daya tarik bagi masyarakat lebih gemar membaca. Salam literasi dan lestari. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun