Alhamdulillah, meski begitu berat, saya bisa menghadapi dan melaluinya tanpa mengalami stress, depresi, dan putus asa. Setidaknya pendidikan agama yang diajarkan oleh kedua orang tua sejak kecil mampu mengendalikan kondisi kejiwaanku.
Semua saya tepis dengan aktif berkegiatan di lingkungan tempat tinggal, pengurus Rukun Warga (RW), karang taruna, guru ngaji madrasah Magrib mengaji, organisasi massa keagamaan, pemuda masjid, dan menjadi aktivis peduli lingkungan, kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat.
Namun sejak itu, saya sudah tak lagi merasakan suasana haru dan indahnya berkumpul bersama orang tua dan sanak family di moment Lebaran. Semua saudara punya kehidupan bersama keluarganya masing-masing.
Hampir setiap lebaran saya menyendiri, komunikasi dilakukan melalui telepon genggam sekedar saling mendo'akan, berucap selamat lebaran, menanyakan kabar dan kesehatan, kadang juga ada pertanyaan kapan mau nikah lagi.
Meski beberapa kali kerap berlebaran di daerah tempat tinggal kakak-kakak, tapi ya sekedar silaturahmi, dan makan bersama, jarang melakukan kumpul membicarakan terkait apa saja kecuali kalau kebetulan ada saudara lain yang hadi datang. Tapi tetap ketika posisi masih sendiri, selalu ada pembicaraan pertanyaan klasik itu.
Pun hingga saat ini pertanyaan itu selalu ada baik dari saudara maupun teman-teman, hanya pertanyaannya sedikit berbedza, ADA RENCANA NIKAH LAGI? Sambil tersenyum getir ku jawab dengan singkat, mohon do'akan saja
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI