Mohon tunggu...
Cuham Beib
Cuham Beib Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menjadikan Sepeda Sebagai Moda Transportasi sehari-hari kemana saja,

Penulis amatiran, ringan , dan sederhana. Penikmat sepeda harian. Icon Bersepeda itu Baik.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Dari Secuil Cerita-Cerita di Masa Lalu (Bagian 1)

27 Maret 2022   19:41 Diperbarui: 27 Maret 2022   19:44 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ini merupakan kumpulan catatan ringan yang saya kutif dari caption-caption postingan di media sosial Facebook (FB) dari tahun 2009. Kontennya berisi tentang cerita beberapa pengalaman kehidupan sehari-hari di masa lalu (SD,SMP, SMA, dan Dunia Kerja era 90-an) yang masih saya ingat. Sebenarnya bukan hal yang menarik juga sih, ini hanya iseng-iseng saya saja untuk menghibur diri sambil mengenang beberapa cerita masa lalu yang indah, seru, tegang, membingungkan, dan juga memalukan. Captionnya saya revisi hingga menjadi sebuah tulisan cerita dengan bahasa yang masih tetap sederhana dan amatiran, setidaknya bisa lebih menarik untuk dibaca baik oleh saya sendiri maupun orang lain yang berkenan menyimaknya. Selamat membaca!, semoga terhibur"  

NAKSIR KAKAK KELAS

Ilustrasi Foto (dok. Anne )
Ilustrasi Foto (dok. Anne )

KEHIDUPAN masa kecil saat duduk dibangku  Sekolah Dasar (SD) adalah masa dimana mulai adanya beban berfikir, interaksi, dan berjuang. Meski demikian, tetap merupakan dunia yang polos, jujur, sekaligus menyenangkan.

Meski saya terlahir dari kalangan sederhana dan berada dilingkungan pemukiman biasa atau gang yang sekarang tumbuh menjadi pemukiman padat penduduk, tapi saya merasakan bahwa masa SD adalah masa yang paling bahagia terutama saat bermain bersama teman-teman.

 

Sewaktu kelas 4 Sekolah Dasar (SD), saya sudah ada ketertarikan terhadap lawan jenis. Saat itu yang saya taksir diam-diam adalah kakak kelas 5 berinisial DL, seorang siswi cantik yang sering tampil di Televisi Republik Indonesia (TVRI) sebagai peserta sebuah acara kompetisi menyanyi tingkat anak-anak.

Saat kelas 6 ujian, otomatis kelas dibawahnya diliburkan dari kegiatan belajar di sekolah. Nah, tentu saja kesempatan tersebut tak disia-siakan digunakan sebagian besar murid untuk bermain atau bersepeda. Tapi tak sedikit murid menggunakannya pula untuk belajar, berwisata atau membantu orang tua.

Suatu hari, saya bersama kedua teman sekelas yang cukup akrab, sebut saja namanya Cecep dan David, main sepeda berkeliling di halaman sekolah. Kami begitu ceria dan senang bisa mengisi liburan dengan bersepeda bersama.

Pucuk dicinta ulam tiba, siswi yang saya taksir tersebut saat itu main juga ke sekolah bersama dua orang sahabatnya, keduanya sama-sama perempuan. Mereka datang dengan ceria dan ceriwis. Dengan sedikit malu mereka menghampiri kami dan minjam sepeda.

Sontak membuat kami sedikit kaget dan saling pandang sambil tersenyum ke-geer-an. Tanpa ragu saya langsung menyerahkan sepeda kepada dia, tentu saja dia merasa senang, apalagi akuh, hihihi. Sambil berucap terimakasih dengan diselipi senyuman manis, dia pun bergegas melaju.

 

Sementara kedua sahabatnya pun mendapat pinjeman sepeda milik dua teman saya tersebut, lalu mereka mengayuh mengikuti DL. Kami saling kejar-kejaran, mereka pakai sepeda, kami hanya berlari-lari dibelakangnya sambil tertawa-tawa. Hati saya malah sumringah dan berbunga-bunga karena si dia nampak bahagia memakai sepedaku.

Setelah bosan main sepeda, kami main boy-boyan, demikian kami dulu menyebutnya, sebuah permainan klasik dan sederhana, bisa j melempar bola ke tumpukan pecahan genting, bolanya terbuat dari gulungan kantong plastik bekas hingga sebesar kepalan tangan, diikat karet gelang. Bisa jadi ini merupakan salah satu permainan tradisional anak - anak tempo doeloe. 

Bisa per grup atau perorangan, pemain yang melempar bola ke susunan genting, harus segera lari setelah menghancurkan susunan genting tersebut untuk menghindari lemparan bola dari pemain lawan yang menjaga susunan genting, jika terkena dinyatakan kalah.

Serunya permainan tersebut, membuat kami begitu semangat bahkan para gadis-gadis tersbut sering jerit-jerit gak jelas, sehingga sempat ditegur salah seorang guru pengawas ujian, karena dinilai terlalu berisik sehingga mengganggu murid yang tengah ujian.

Karena saya ada hati kepada si dia, saya pun melakukan pendekatan yang kalau sekarang mah disebutnya "modus". Pas bagian jaga, saya selalu lempar bola ke arahnya, mengejarnya terus menerus sampai kena.

Sampai kedua sahabatku berseru, " Adeuuh...adeuuhh" ( Dalam bahasa Sunda artinya cieee...cieee)

Setelah main boy-boyan dilanjutkan dengan main kucing-kucingan. Permainan ini adalah permainan yang lebih ringan tapi sama seperti boy-boyan ada unsur olah raganya yaitu lari mengejar. Pemain yang mengejar adalah pemain yang dinyatakan dari hasil suwit dengan nyanyian khas, jika yang tercapit telapak tangan artinya itu yang jadi kucing (pengejar atau penangkap).

Sewaktu saya kebagian jadi kucing, tentu saja yang terus saya tuju dia terus, sampai lama-lama dia pun kesal, karena merasa sejak main sepedahan saya terus dekat-dekatin dia, hingga mengungkapkan kekesalannya, "Eh kamu kenapa sih sering ngarah-ngarah (tuju) terus aku dari tadi?"

Saya hanya seuri koneng ( senyum dengan terlihat gigi kuning) sambil tersipu malu. Yang lain hanya tertawa dan bersorak tak jelas.

  

Saya bergegas mengambil sepeda, diikuti kedua sahabatku, lalu beranjak keluar sekolah untuk kabur  terutama saat para gadis itu maksa minta ditraktir jajan sambil narik-narik baju.

Karena tak punya uang, kami langsung tancap pedal sambil cekikikan meninggalkan mereka yang berteriak-teriak, "huyuh...huyuh... pelit...pelit..."

Bandung, 23/3/2022

Dari caption postingan FB, 5/9/2012 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun