"Ini merupakan kumpulan catatan ringan yang saya kutif dari caption-caption postingan di media sosial Facebook (FB) dari tahun 2009. Kontennya berisi tentang cerita beberapa pengalaman kehidupan sehari-hari di masa lalu (SD,SMP, SMA, dan Dunia Kerja era 90-an) yang masih saya ingat. Sebenarnya bukan hal yang menarik juga sih, ini hanya iseng-iseng saya saja untuk menghibur diri sambil mengenang beberapa cerita masa lalu yang indah, seru, tegang, membingungkan, dan juga memalukan. Captionnya saya revisi hingga menjadi sebuah tulisan cerita dengan bahasa yang masih tetap sederhana dan amatiran, setidaknya bisa lebih menarik untuk dibaca baik oleh saya sendiri maupun orang lain yang berkenan menyimaknya. Selamat membaca!, semoga terhibur" Â
NAKSIR KAKAK KELAS
KEHIDUPAN masa kecil saat duduk dibangku  Sekolah Dasar (SD) adalah masa dimana mulai adanya beban berfikir, interaksi, dan berjuang. Meski demikian, tetap merupakan dunia yang polos, jujur, sekaligus menyenangkan.
Meski saya terlahir dari kalangan sederhana dan berada dilingkungan pemukiman biasa atau gang yang sekarang tumbuh menjadi pemukiman padat penduduk, tapi saya merasakan bahwa masa SD adalah masa yang paling bahagia terutama saat bermain bersama teman-teman.
Â
Sewaktu kelas 4 Sekolah Dasar (SD), saya sudah ada ketertarikan terhadap lawan jenis. Saat itu yang saya taksir diam-diam adalah kakak kelas 5 berinisial DL, seorang siswi cantik yang sering tampil di Televisi Republik Indonesia (TVRI) sebagai peserta sebuah acara kompetisi menyanyi tingkat anak-anak.
Saat kelas 6 ujian, otomatis kelas dibawahnya diliburkan dari kegiatan belajar di sekolah. Nah, tentu saja kesempatan tersebut tak disia-siakan digunakan sebagian besar murid untuk bermain atau bersepeda. Tapi tak sedikit murid menggunakannya pula untuk belajar, berwisata atau membantu orang tua.
Suatu hari, saya bersama kedua teman sekelas yang cukup akrab, sebut saja namanya Cecep dan David, main sepeda berkeliling di halaman sekolah. Kami begitu ceria dan senang bisa mengisi liburan dengan bersepeda bersama.
Pucuk dicinta ulam tiba, siswi yang saya taksir tersebut saat itu main juga ke sekolah bersama dua orang sahabatnya, keduanya sama-sama perempuan. Mereka datang dengan ceria dan ceriwis. Dengan sedikit malu mereka menghampiri kami dan minjam sepeda.