"'Letakanlah tanganmu di atas bahuku, biar terbagi beban itu dan tegar dirimu. Di depan sana cahaya kecil 'tuk memandu, tak hilang arah kita berjalan menghadapinya"
SALAH satu bait lagu yang dipopulerkan oleh Katon Bagaskara featuring Ruth Sahanaya bertajuk Usah Lara Sendiri tersebut menjadi spirit bagi para relawan kemanusian terutama relawan pendamping bagi orang-orang yang tidak berdaya karena bencana, korban kekerasan, penyakit dan sebagianya.
Wabil khusus bagi para relawan apa yang disebut dengan OHIDA yaitu Orang yang Hidup dengan ODHA (Orang Dengan HIV AIDS) atau mereka dengan sukarela mendampingi para ODHA tanpa rasa takut terlular, dengan harapan bisa memberdayakan ODHA untuk senantiasa tidak putus asa, tetap semangat menjalani kehidupan, dan sekaligus sebagai teman curhat.
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan dalam tubuh sehingga di dalam tubuh terjadi infeksi dan meyebabkan terjangkitnya penyakit Acquired Immune Deficiency Syndrome' (AIDS) yaitu sekumpulan penyakit akibat berkurangnya sistem kekebalan tubuh. Virus tersebut sangat menular, ditularka secara kontak  langsung melalui darah dan sperma.
Salah satu penularan HIV adalah dari jarum suntik terutama bagi para pengguna narkoba yang biasanya saling berbagi dengan satu jarum oleh beberapa pemakai dan tanpa disadari salah seorang diantaranya sudah terjangkit virus tersebut.
Konon, di Negara kita jumlah penderita HIV AIDS didominasi oleh para pengguna narkoba sejak mulai kedatangannya ke negeri  kita di era 90an. Pemerintah kemudian melakukan penanganan dengan membentuk KPA (Komisi Penanggulangan AIDS) dengan melalukan kampanye pencegahan dan pemahalam kepada masyarakat akan penyakit tersebut.
Kondisi tersebut juga telah menumbuh kembangkan berbagai elemen masyarakat yang peduli dengan HIV AIDS dengan membentuk lembaga, konsen grup, forum, yayasan dan sebagainya. Selain mengulirkan program gerakan kampanye penanganan, pencegahan dan pemahamana tentang HIV AIDS , beberapa sebagai tempat pendampingan dan pemberdayaan para penderita.
Dalam kesempatan topik pilihan HIV AIDS 2021 kali ini saya akan bercerita pengalaman menjadi aktivis peduli HIV Aids dan NARKOBA, saat tengah aktif di wadah Taruna Karya (Tarka) atau Karang Taruna unit dari tahun 1996 sampai dengan tahun 2004. Merupakan tarka unit Rukun Tetangga di mana saya dulu lahir dan tinggal.
Periode tahun tersebut juga merupakan masa tinggi-tinggi nya para pengguna narkoba terutama kaum muda dan  kasus yang terjangkit HIV AIDS , termasuk di daerahku, selain pemakai juga banyak para pengedar dan bandar.
Beberapa rekan di karang taruna diluar sepengetahuan saya dan rekan lainnya telah tererumus dalam penyalahgunaan narkoba. Sebut saja 4 sekawan, usianya masih muda-muda jauh dari saya, mereka secara sembunyi-sembunyi menggunakan narkoba, sesekali narkoba yang pakai jarum suntik.
Saat saya menjabat ketua RT sekitar tahun 2003, salah seorang dari mereka (inisial D) terserang sakit herpes kulit akut. Awalnya kami menyangka sakit biasa saja, namun setelah diperiksa ke dokter, hasil pemeriksaan darahnya dinyatakan positif terjangkit HIV AIDS.
Saya pernah mendengar dan membaca artikel bahwa di Bandung ada sebuah lembaga yang konsen dalam pendampingan dan pemberdayaan para penderita HIV AIDS, yaitu Rumah Cemara (RC). Saya pun mencari-cari informasi melalui internet, setelah mendapat salah satu nara hubungnya, saya mengontaknya.
Singkat cerita, saya berbicara dengan salas satu kakak D , bahwa saya akan membawa D ke RC. Kemudian pendekatan ke D, untungnya D juga tidak susah, sewaktu sudah agak pulih mau di ajak kesana untuk konsultasi. Awal-awal dia merasa bosan, apalagi setiap seminggu sekali harus ke RC, sementara dia tidak punya ongkos karena belum bekerja serta anak yatim dari keluarga kurang mampu. Saya pun tetap menyemangatinya dengan memberi ongkos setiap jadwal ke sana.
Akhirnya dia semangat dan selalu hadir, beberapa minggu selanjutnya ke sana dengan ongkos sendiri, terkadang menggunakan motor teman atau saudaranya, bahkan tidur di sana. Setelah sekian lama dia malah jadi semakin telaten , aktif dan berdaya, meski dalam pengobatan secara berkala yang tidak boleh berhenti, bahkan sering mengalami drop, apalagi jika lupa makan obat atau kehabisan.
Saya dan dia, kemudian aktif menyelenggarakan kegiatan kampanye atau sosialasi HIV AIDS yang dilakukan oleh Rumah Cemara kepada masyarakat di daerah kami. Hingga akhirnya sampai sekararng dia sukses menjadi pembicara ke mana-mana, Menikah dan punya anak kembar laki-laki. Ajaibnya, istri dan anaknya sehat tidak tertular HIV AIDS.
Seorang lagi, Â berinsial R tahun 2004 dinyatakan positif HIV AIDS Â setelah dua bulan mengalami berbagai penyakit, mulai dari sakit mata, diare, mimisan, herpes, dan TBC. Awalnya dia tidak mau diperiksa darah , setelah didesak, untuk lebih meyakinkan dia pun akhirnya bersedia, dan ternyata hasilnya memang positif bahkan sudah di stadium 4. Dia pun mengakui pada tahun 2001 Â ia berempat memakai narkoba dengan alat suntik. Â Tak lama kemudian dia pun menghembuskan napas yang terakhir.Â
Sejak saat itu saya dan teman-teman aktif dan peduli mengkampanyekan di daerah tentang persoalan HIV AIDS dan NARKOBA dengan membentuk lembaga lokal bernama Fitrah Community ( F-Comm) bekerja sama dengan berbagai stake holder, terutama yang konsen dan peduli terhadap persoalan tersebut.
Ironisnya, teman berinisial A suka ikut di dalam aktivitas Fitrah Community, saya tidak bercerita ke yang lain bahwa A merupakan salah saty dari 4 sekawan tersebut.Bahkan dia sendiri tidak menyadari dan terkesan cuek.
Pada tahun 2010 dia meninggal dunia setelah beberpa bulan melawan berbagai penyakit yang dideritanya, Sampai meninggalnya dia dan keluarganya menolak dan keberatan semua itu akibat HIV, saat kami menyarankan agar diperiksa darah. Kami pun tak bisa berbuat apa-apa, hanya terdiam dan tidak bercerita ke yang lain hingga sekarang.
Sementera yang terakhir berinisial Dn, sampai sekarang sehat tidak terdengar kabar bahwa ia terjangkit HIV, entahlah. Sejak mendengar kabar D terjangkit HIV, ia menjauh dari pergaulan, jadi rajin berolahraga, dan aktif dengan dunianya sendiri, kuliah dan kerja, sampai kemudian berkeluarga. Â
Saya, D, dan teman-teman terus aktif di F-Comm. Rumah bagian ruang depan suya gunakan  sebagai tempat kesekretariat sekaligus untuk aktivitas lainnya, kantor RT, tempat pertemuan dengan berbagai stake holder dan lain-lain. Kami pun menyebutnya sebagai Posko Pusat Informasi Masyarakat.
Pada tahun 2011, kami mendapat bantuan seperangkat computer beserta mesin printer dari pemerintah provinsi Jawa Barat, meskipun seiring waktu dan berbagai hal, F-Comm menurun, apalagi pada tahun 2013 rumah dijual dan saya pindah. Â Â
Salam sehat, semangat, dan tetap waspada. Semoga pandemi segera berlalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H