Saat saya menjabat ketua RT sekitar tahun 2003, salah seorang dari mereka (inisial D) terserang sakit herpes kulit akut. Awalnya kami menyangka sakit biasa saja, namun setelah diperiksa ke dokter, hasil pemeriksaan darahnya dinyatakan positif terjangkit HIV AIDS.
Saya pernah mendengar dan membaca artikel bahwa di Bandung ada sebuah lembaga yang konsen dalam pendampingan dan pemberdayaan para penderita HIV AIDS, yaitu Rumah Cemara (RC). Saya pun mencari-cari informasi melalui internet, setelah mendapat salah satu nara hubungnya, saya mengontaknya.
Singkat cerita, saya berbicara dengan salas satu kakak D , bahwa saya akan membawa D ke RC. Kemudian pendekatan ke D, untungnya D juga tidak susah, sewaktu sudah agak pulih mau di ajak kesana untuk konsultasi. Awal-awal dia merasa bosan, apalagi setiap seminggu sekali harus ke RC, sementara dia tidak punya ongkos karena belum bekerja serta anak yatim dari keluarga kurang mampu. Saya pun tetap menyemangatinya dengan memberi ongkos setiap jadwal ke sana.
Akhirnya dia semangat dan selalu hadir, beberapa minggu selanjutnya ke sana dengan ongkos sendiri, terkadang menggunakan motor teman atau saudaranya, bahkan tidur di sana. Setelah sekian lama dia malah jadi semakin telaten , aktif dan berdaya, meski dalam pengobatan secara berkala yang tidak boleh berhenti, bahkan sering mengalami drop, apalagi jika lupa makan obat atau kehabisan.
Saya dan dia, kemudian aktif menyelenggarakan kegiatan kampanye atau sosialasi HIV AIDS yang dilakukan oleh Rumah Cemara kepada masyarakat di daerah kami. Hingga akhirnya sampai sekararng dia sukses menjadi pembicara ke mana-mana, Menikah dan punya anak kembar laki-laki. Ajaibnya, istri dan anaknya sehat tidak tertular HIV AIDS.
Seorang lagi, Â berinsial R tahun 2004 dinyatakan positif HIV AIDS Â setelah dua bulan mengalami berbagai penyakit, mulai dari sakit mata, diare, mimisan, herpes, dan TBC. Awalnya dia tidak mau diperiksa darah , setelah didesak, untuk lebih meyakinkan dia pun akhirnya bersedia, dan ternyata hasilnya memang positif bahkan sudah di stadium 4. Dia pun mengakui pada tahun 2001 Â ia berempat memakai narkoba dengan alat suntik. Â Tak lama kemudian dia pun menghembuskan napas yang terakhir.Â
Sejak saat itu saya dan teman-teman aktif dan peduli mengkampanyekan di daerah tentang persoalan HIV AIDS dan NARKOBA dengan membentuk lembaga lokal bernama Fitrah Community ( F-Comm) bekerja sama dengan berbagai stake holder, terutama yang konsen dan peduli terhadap persoalan tersebut.
Ironisnya, teman berinisial A suka ikut di dalam aktivitas Fitrah Community, saya tidak bercerita ke yang lain bahwa A merupakan salah saty dari 4 sekawan tersebut.Bahkan dia sendiri tidak menyadari dan terkesan cuek.
Pada tahun 2010 dia meninggal dunia setelah beberpa bulan melawan berbagai penyakit yang dideritanya, Sampai meninggalnya dia dan keluarganya menolak dan keberatan semua itu akibat HIV, saat kami menyarankan agar diperiksa darah. Kami pun tak bisa berbuat apa-apa, hanya terdiam dan tidak bercerita ke yang lain hingga sekarang.
Sementera yang terakhir berinisial Dn, sampai sekarang sehat tidak terdengar kabar bahwa ia terjangkit HIV, entahlah. Sejak mendengar kabar D terjangkit HIV, ia menjauh dari pergaulan, jadi rajin berolahraga, dan aktif dengan dunianya sendiri, kuliah dan kerja, sampai kemudian berkeluarga. Â