Saat pembatasan sosial dilonggarkan, terjadi fenomena yang menarik yaitu adanya euforia masyarakat bersepeda setiap akhir pekan, tak hanya pegiat sepeda yang sudah terbiasa melakukannya.
Tapi, banyak masyarakat yang baru bersepeda turun ke jalan memenuhi berbagai sudut kota dari mulai anak, remaja, dewasa, orang tua hingga para lanjut usia, mereka bersuka cita melepaskan kejenuhan selama berada dalam masa di rumah saja.
Fenomena tersebut cukup membanggakan dengan harapan ada perubahan masyarakat dari euforia menjadi budaya, tapi sekaligus telah membuat rasa khawatir karena maraknya kekeliruan yang terjadi.
Seperti pelanggaran lalu lintas, kecelakaan, prilaku yang kurang terpuji, berkerumun, dan tidak menerapkan protokol kesehatan dan keselamatan.
Tentu saja hal itu telah memicu sorotan tajam masyarakat yang semakin masif terhadap aktivitas bersepeda hingga beberapa prilaku pesepeda yang kurang bagus menjadi berita viral di mana-mana.Â
Meski demikian, tak lantas menyurutkan masyarakat untuk bersepeda, tapi justru malah menumbuhkan gairah ekonomi penjualan sepeda, spare part, dan aksesorisnya baik baru maupun bekas.
Selain itu, kondisi ramainya masyarakat bersepeda, prilaku, dan sorotan tajam masyarakat telah memicu sebagian pesepeda untuk melakukan gerakan kampanye tertib bersepeda kepada sesame pesepeda, dilakukan setiap akhir pekan dibeberapa titik pesimpangan jalan yang paling banyak dilalui pesepeda.
Untuk beberapa pekan saya belum berani keluar rumah, tetap asyik dengan aktivitas saya di rumah.Â
Namun, setelah kegiatan gerakan kampanye tertib bersepeda yang dilakukan diapresiasi pemerintah dan gerakannya dikelola dengan baik dan diberi nama gerakan Silaturahmi Koordinasi Pesepeda Tertib Berlalu Lintas (Sikasep Terlalu), saya pun turut serta terlibat di dalamnya.
Setiap akhir pekan bersama Sikasep Terlalu melakukan gerakan kampanye tertib bersepeda di persimpangan Jalan Dago Ir. H. Juanda-- Jalan Cikapayang mulai pukul 6.30 sampai dengan 9.00 WIB.Â