SEJAKÂ merebaknya pandemi covid-19 setahun yang lalu, bersepeda menjadi salah satu aktivitas yang turut terdampak, menyebabkan segala kegiatan atau event bersepeda dibatasi, tertunda, bahkan dihentikan.
Ditengah kondisi antara yang patuh, peduli, abai, dan acuh tak acuh, banyak pegiat sepeda yang tetap bergerak sendirian atau bersama beraktivitas apa saja seperti berolahraga, bekerja, berniaga, dan berkreasi baik di rumah maupun di luar rumah.
Sebagian besar pesepeda melakukan kampanye melalui media sosial yaitu gerakan kepedulian terhadap sesama pegiat sepeda dalam mengahadapi pandemi.
Contohnya, dengan saling mengingatkan untuk mematuhi protokol kesehatan, tetap di rumah, dan tidak berinteraksi langsung selama permberlakuan pembatasan sosial yang ditetapkan pemerintah.
Tak hanya itu, tak sedikit dari pesepeda yang bergerak melakukan bakti sosial bersama komunitasnya, bekerja sama dengan berbagai pihak yang sama-sama peduli terhadap kondisi yang terjadi.
Bakti sosial yang dilakukan berupa pembagian masker, alat pelindung diri, handsanitizer, makanan dan minuman , serta kebutuhan sembako bagi para petugas kesehatan dan masyarakat terdampak.
Sementara itu, selama pembatasan sosial saya memilih untuk berada di rumah saja. Aktivitas yang dilakukan adalah menjaga toko alat tulis kantor sambil menulis, dan turut serta berkampanye peduli pandemi melalui media sosial.Â
Sesekali membantu aksi ibu-ibu yang tergabung dalam komunitas Sibulan (berbagi nasi bekal untuk lansia) membuat jamu sehat, membagikan masakan, masker, vitamin, sembako dan sebagainya.
Euforia Masyarakat Bersepeda