Mohon tunggu...
BEDAH BUKU
BEDAH BUKU Mohon Tunggu... Jurnalis - RUMAH ASIK

#alamdilema

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Alternative Maluku Utara

21 Februari 2022   01:19 Diperbarui: 21 Februari 2022   09:09 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan antara lain dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat indeks pengembangan manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, dan penghasilan per-kepala yang menujukkan, bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menepati urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998), dan ke-109 (1999). Menurut survei Political and Economick Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesian berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada dibahwa Vietnam. Data yang dilaporkan The World  Economick Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia. Dan masih menurut survai dari lembaga yang sama Indonesia hanya beroerdikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia.


Salah satu faktor rendahnya kualitas di Indonesia adalah karena lemahnya para guru dalam menggali potensi anak. Para pendidik seringkali memaksakan kehendaknya tanpa pernah memperhatikan kebutuhan, minat dan bakat yang dimiliki siswanya. Kelemahan para pendidik kita, mereka tidak pernah menggali masalah dan potensi para siswa. Seharusnya memperhatikan kebutuhan anak bukan malah memaksa sesuatu yang membuat anak kurang nyaman dalam menuntut ilmu.


Proses yang baik adalah memberikan kesempatan kepada anak untuk kreatif. Itu yang harus dilakukan sebab pada dasarnya gaya berpikir anak tidak bisa diarahkan. Selain kurang kreatifnya para pendidik dalam membimbing siswa, kurikulum yang sentralistis membuat potret semakin buram. Sehingga didikan yang di didik tidak memiliki potensi untuk menciptakan nilai lebih yang kreatif bagi murid, persoalannya karena kurikulum dibuat di Jakarta dan tidak memperhatikan kondisi di masyarakat bawah atau di daerah terpencil sana. Kualitas pendidikan di Indonesia yang rendah itu juga ditunjukkan data Balitbang (2003) bahwa dari 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya delapan sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Primary Years Program (PYP). Dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata juga hanya delapan sekolah yang mendapatkan pengakuan dunia dalam kategori The Middle Years Program (MYP) dan dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh saja yang mendapatkan pengakuan dunia dalam kategori The Dilploman Program (DP).


Pada realitasnya pendidikan di Indonesia seharusnya ada pembaharuan yang sangat signifikan dari persoalan sistem dan regulasinya, begitu juga pengajar yang seharusnya memahami polarisasi dari penyesuaian pembelajaran melalui media sosial, dampak yang harus disikapi oleh para guru dan para dosen guna mengantisipasi setiap pelajar yang salah menggunakan proses belajar mengajar dengan media sosial, apa lagi hari ini setiap pelajar mau mahasiswa dari tingkatan terkecil sampai pada tingkatan terbesar harus mengalami dampak yang sama  yaitu pembelajaran melalui via zoom, alternatif apa saja yang bakal disodorkan oleh pemerintah dalam cara apa saja yang digunakan oleh para pengajar dan para dosen.


Hal ini sebanding dengan dampak covid-19 yang sampai saat ini belum selesai dalam permasalahan pengatisipasian pemerintah dalam menanggulangi perihal berakhirnya covid-19 maupun cara apa  saja yang tempuh dan dilakukan oleh pemerintah untuk mempertimbangkan kualitas sumber daya manusia. Manusia adalah puncak ciptaan, merupakan makhluk yang tertinggi dan adalah wakil dari Tuhan di bumi. Sesuatu yang membuat manusia yang menjadi manusia bukan hanya beberapa sifat atau kegiatan yang ada padanya, melainkan suatu keseluruhan susunan sebagai sifat-sifat dan kegiatan-kegiatan yang khusus dimiliki manusia saja yaitu Fitrah. Fitrah membuat manusia berkeinginan suci dan secara kodrat cenderung kepada kebenaran (Hanief) (30:30). “Dlamier” atau hati nurani adalah pemancar keinginan pada kebaikan, kesucian dan kebenaran. Tujuan hidup manusia ialah kebenaran yang mutlak atau kebenarannya yang terakhir, yaitu Tuhan Yang Maha Esa, hal tersebut menjadi pertimbangan manusia dalam kehidupan dia sehari-hari, kehidupan dinyatakan dalam kerja atau amal perbuatannya (19:105, 53:39).


Nilai-nilai tidak dapat dikatakan hidup dan berarti sebelum menyatakan diri dalam kegiatan-kegiatan amaliah yang kongkrit (61:2-3). Nilai hidup manusia tergantung pada nilai kerjanya. Di dalam dan melalui amal perbuatan yang berperikemanusiaan (fitrah sesuai dengan tuntutan hati nurani) manusia mengecap kebahagiaan, dan sebaliknya di dalam dan melalui amal perbuatan yang tidak berperikemanusiaan. Untuk itu manusia dijadikan sebagai penentuan dan ketentuan kemajuan zaman, untuk itu sangat diperlukan ruang yang mampu membentuk setiap mahasiswa agar sadar tugas dan fungsinya sebagai manusia yang terdidik.


Dari hal yang terkecil perubahan itu dilakukan dan akan dirasakan oleh merekan nantinya lalu  dijadikan contoh dan gambaran untuk semuanya, pendidikan Indonesia tidak pernah beranjak dari permasanlah yang sudah ada sebelumnya, bukannya hal tersebut menjadi gambarkan yang sangat ideal dalam mengetahui faktor penyebab pendidikan di Indonesia dalam kondisi yang buruk dalam pembentukan kualitas SDM atau sebaliknya para pemerintah tidak mau memberikan ruang yang bebas bagi para mahasiswa dalam berkarya dan berinovasi untuk sesuatu yang ada nilainya. Lantas kalaupun kita berbicara persoalan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang berbicara persoalan pendidikan, penelitian dan pengabdian, maka kita harus juga mempertimbangkan bagaimana proses berjalanya pendidikan, proses berjalannya penelitian dan juga proses berjalannya pengabdian.
 

Dari hal yang terkecil perubahan itu dilakukan dan akan dirasakan oleh merekan nantinya lalu  dijadikan contoh dan gambaran untuk semuanya, pendidikan Indonesia tidak pernah beranjak dari permasanlah yang sudah ada sebelumnya, bukannya hal tersebut menjadi gambarkan yang sangat ideal dalam mengetahui faktor penyebab pendidikan di Indonesia dalam kondisi yang buruk dalam pembentukan kualitas SDM atau sebaliknya para pemerintah tidak mau memberikan ruang yang bebas bagi para mahasiswa dalam berkarya dan berinovasi untuk sesuatu yang ada nilainya. Lantas kalaupun kita berbicara persoalan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang berbicara persoalan pendidikan, penelitian dan pengabdian, maka kita harus juga mempertimbangkan bagaimana proses berjalanya pendidikan, proses berjalannya penelitian dan juga proses berjalannya pengabdian.


Dekonstruksi Kesadaran
Hal ini berangkat dari rasa kepekaan setiap pelajar pada fenomena bangsa Indonesia, pada hal masalah-masalah yang sering kali ditemukan adalah masalah-masalah kemanusiaan, tapi pada realitasnya para pelajar menyikapi hal tersebut dengan serius apalagi untuk ikut dalam menyikapi hal tersebut. diperlukan ada sebuah alternatif baru dalam membentuk pola kesadaran bagi para pelajaran umumnya dan khususnya para mahasiswa, yang pastinya berbicara persoalan seberapa antusiasnya para mahasiswa untuk memiliki rasa empati dan rasa tanggung jawab bersama secara kemanusian terhadap masyarakat kelas bahwa.


Pemetaan Karakter
Pelajar seringkali salah kaprah, dalam menyikapi, menangkap isu, maupun informasi yang disalurkan oleh media sosial. Kadang-kadang para mahasiswa bukan hanya salah menyikapi isu yang ada melainkan juga terjebak pada isu-isu yang dimainkan oleh media massa, pertimbangan-pertimbangan itu kami lakukan untuk Maluku Utara, mencoba untuk membentuk sebuah pelatihan dan dialog, guna berbicara tentang sifat atau karakter setiap mahasiswa. Pemetaan, Public Speaking, Kepimpinan, Serta Tanggungjawab dan Peranan.


Aktualisasi Visioner
Teori dan gagasan hampir setiap mahasiswa memahami hal itu jangankan dipahami di hafal pun setiap mahasiswa sudah diluar kepala, kemudian dengan teorinya segala berbagai macam rupa jurusan yang diambilnya, kemudian yang kita tanyakan mana implementasinya para mahasiswa terhadap masyarakat hari ini “nihil besar” ternyata. Lantas kegunaan dari wacana dan realitas sanggatlah jauh dari praduga kita, butuh adanya sebuah ruang yang nantinya menggunakan metode dari setiap gagasan yang didapatkan mahasiswa, harus ada proses mengaktualisasi teori tersebut kepada masyarakat, poin pentingnya adalah proses aktualisasi itu berjangka panjang bagi kemaslahatan masyarakat dan peranan mahasiswa bukan hanya mengkritik terkait dengan regulasi yang dibuat oleh pemerintah, melainkan melihat bagaimana mahasiswa dapat mengimplementasi teorinya dalam bentuk yang realistis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun