Mohon tunggu...
KARDIANTO SPd
KARDIANTO SPd Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru Sekolah Dasar Negeri 12 Kubu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Desa Mengkalang dan Mitosnya

6 Februari 2024   10:39 Diperbarui: 6 Februari 2024   10:53 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Desa mengkalang by Drone 

 DESA MENGKALANG DAN MITOSNYA

 Oleh : Kardianto,S,Pd.SD

Setiap Desa atau daerah pasti memiliki sejarah dan latar belakang tersendiri yang merupakan pencerminan dari karakter dan pencirian khas tertentu dari suatu daerah. Sejarah desa atau sering kali tertuang dalam dongeng-dongeng yang diwariskan secara turun temurun dari orang tua sehingga sulit untuk dibuktikan secara fakta. Tidak jarang  dongeng atau cerita tersebut dihubungkan dengan mitos tempat-tempat tertentu yang dianggap sebagai cikal bakal dari nama sebuah desa. Dalam hal ini, cerita dongeng atau mitos yang telah dipercayai secara turun temurun oleh masyarakat Desa Mengkalang juga akan menjadi kisah yang merupakan identitas dari desa tersebut  yang akan kami tuangkan dalam tulisan ini.

Mengkalang adalah nama sebuah desa yang terletak di bagian pesisir pantai selatan wilayah kecamatan kubu kabupaten kubu raya, desa tersebut persis terletak di tengah pulau yang dikepung oleh beberapa aliran sungai yang langsung bermuara dilaut, sedangkan bagian lautnya langsung  berbatasan dengan kepulauan padang tikar dan pulau-pulau kecil lainnya. Jika ditempuh dengan kendaraan air menyusuri aliran sungai bisa memakan waktu kurang lebih dua jam perjalanan untuk sampai ke desa mengkalang, dan di sepanjang aliran sungai hampir seluruhnya ditumbuhi pohon mangrove yang tumbuh dengan subur.

Ditengah kemajuan zaman, ternyata desa mengkalang masih  menyimpan sebuah cerita mitos yang sampai sekarang masih menjadi kepercayaan masyarakat setempat. Mulai dari asal mula terbentuknya desa tersebut sampai kepercayaan yang masih mendarah daging disebagian masyarakat yang masih mempercayainya.

Dulu sebelum terjadi perubahan nomenklatur Profil desa, desa mengkalang ini bernama Mengkalang Guntung, tetapi setelah ada perubahan Profil desa hanya tinggal Mengkalang, sedangkan kata Guntung dihilangkan, adapun penyebab dihilangkannya kata guntung itu juga tidak diketahui alasannya.

Diceritakan pada zaman dahulu sebelum mengkalang menjadi tempat pemukiman penduduk, merupakan sebuah hutan yang cukup lebat dan padat. Banyak ditumbuhi berbagai jenis pohon-pohon besar seperti, meranti, jelutung, kempas, ramin dan berbagai macam jenis pohon lainnya. Menurut sumber cerita dari orang-orang tua yang ada di mengkalang, dulu ada tiga bersaudara yang salah satunya bernama Rahmat, sedangkan dua saudaranya lagi tidak diketahui namanya, dan dari mana mereka berasal juga tidak diketahui. Ketiga orang ini berlayar menggunakan sampan mengarungi lautan, dan kemudian  sampailah mereka di muara sungai yang mempunyai cabang tiga. Sungai pertama bernama seruat sekarang menjadi desa seruat, yang kedua sungai guntung   menjadi desa mengkalang guntung, dan yang ketiga sungai jambu menjadi desa mengkalang jambu.

Ketiga bersaudara ini kemudian menyusuri aliran sungai  guntung, mereka terus masuk ke hulu sungai dengan menggunakan sampan yang mereka dayung sendiri. Setelah sekian lama menyusuri aliran sungai yang berliku-liku, akhirnya sampai lah mereka dihulu sungai tersebut. Kemudian mereka memutuskan untuk menetap sebentar sambil beristirahat melepas lelah, ternyata di bagian hulu sungai itu terdapat dataran tinggi yang jenis tanahnya liat berpasir yang biasa  disebut pematang. Jenis tanah ini sangat cocok untuk bercocok tanam jenis tanaman seperti durian dan jenis tanaman berbatang kayu lainnya.

Setelah melihat tempat itu cocok untuk bermukim, ketiga bersaudara ini kemudian menjadikan daerah hulu sungai tersebut menjadi tempat mereka menetap. Untuk keperluan sehari-hari mereka bercocok tanam dan mencari ikan di sungai, dan biasanya mereka mencari ikan sampai kemuara sungai. Beberapa waktu berlalu, ternyata di bagian muaranya sering dijadikan tempat perahu-perahu yang berlayar dilautan berlindung jika ada gelombang besar. Memang di bagian pesisir muara sungai terdapat tanjung yang cukup panjang yang ditumbuhi pohon mangrove. Sehingga bisa dijadikan tempat berlindung bagi perahu-perahu yang lewat jika terjadi gelombang besar.

Dari hari kehari, semakin banyak perahu yang berdatangan di bagian tanjung muara tersebut apalagi kalau musim angin barat, tentu cuaca menjadi tidak bersahabat. Jadi perahu- perahu itu akan lama bertambat disana sampai cuaca reda. Akhirnya daerah tanjung muara itu semakin hari semakin ramai, bahkan ada yang mulai membuat bagan atau sejenis rumah yang dibuat di tepi sungai atau muara. Kemudian ada diantara mereka melakuan barter sesuai dengan keperluan, dan lama-kelamaan tempat itupun menjadi ramai. Daerah muara inilah sekarang dikenal sebagai Desa Sepok pangkalan, yang masih masuk kedalam Kecamatan teluk pakedai.

Melihat adanya pendatang baru yang mulai menetap di pesisir muara, ketiga bersaudara yang sudah terlebih dahulu sampai juga mulai melakukan barter, mereka menukarkan hasil mereka bercocok tanam dengan hasil laut seperti ikan asin, udang dan segala jenis tangkapan nelayan pesisir tersebut. Setelah sering melakukan barter dan mereka mulai saling mengenal, sebagian orang pesisir  tertarik untuk ikut bermukim dibagian hulu sungai seperti yang telah rahmat dan dua saudaranya lakukan.

Mereka mulai bermigrasi ke bagian hulu, ada yang masuk ke sungai seruat dan menetap disana, ada yang ke sungai jambu dan juga menetap disana, dan ada juga yang langsung masuk ke sungai guntung dan menggabungkan diri bersama rahmat dan kedua saudaranya. Mereka kemudian membentuk perkampungan dan memulai kehidupan dengan bercocok tanam dan mencari ikan disungai. Lambat laun tempat  itu menjadi ramai dan menjadi sebuah kampung yang kemudian mereka beri nama kampung mengkalang guntung.

Singkat cerita, Kampung mengkalang guntung sudah semakin ramai. Penduduknya pun  bersahaja mereka bercocok tanam seperti berkebun kelapa, menanam padi , jagung dan juga yang menjadi nelayan. Generasi pun sudah berubah, Rahmat yang pertama membuka perkampungan sudah lama meninggal dan saudaranya juga tidak tahu kemana mereka pergi tidak ada narasumber yang bisa dijadikan tempat untuk bertanya. Sejak itu mengkalang guntung di pimpin seorang kepala kampung bernama Ahmad bin Rahmat, beliau adalah anaknya Rahmat orang pertama yang membuka kampung mengkalang. Untuk mengenang orang yang telah membuka kampung mengkalang, maka nama Rahmat diabadikan menjadi nama sebuah jalan sebuah dusun yang berada diwilayah desa mengkalang, nama jalan tersebut Jalan Bilal Rahmat.

Dibalik asal mula terbentuknya Desa Mengkalang, ada satu cerita mitos yang sampai sekarang masih diyakini oleh masyarakat Desa itu, yaitu adanya penunggu kampung yang berada didunia ghoib. Adapun menurut seorang dukun kampung yang tidak bisa disebutkan namanya, perwujudan penunggu kampung tersebut biasanya menunjukkan diri dalam bentuk tubuh yang hitam dan tinggi besar dan biasanya juga dia membentuk dirinya menjadi seekor kera lutung yang bertubuh agak besar dan mempunyai ekor yang panjang. Menurut dukun kampung tersebut, makhluk itu adalah penjelmaan atau peliharaan nenek moyang pembuka kampung mengkalag dulunya, dan dia diperintahkan untuk menjaga kampung dari berbagai hal yang akan menggangu atau mengancam masyarakat baik itu penyakit yang membahayakan ataupun gangguan-gangguan lainnya.

Menurut dukun kampung  mahluk itu tidak mengganggu, kecuali ada ancaman dari orang yang ingin berbuat dan berniat jahat, biasanya dia akan memberi tahu seperti jika ada warga yang sakit  dan diberitahukan obatnya. Lewat tubuh seorang mediator dia akan menceritakan sesuatu yang biasanya bersifat penting dan berkaitan dengan kejadian-kejadian yang biasanya terjadi di wilayah mengkalang.

 Selain cerita mitos tentang makhluk yang menjaga kampung, ada juga hal menarik yang bisa diangkat dalam cerita ini. Yaitu, terdapatnya kawasan pemakaman tua, pemakaman ditempat itu agak unik  karena  jarak diantara batu nisannya hampir dua meter sangat berbeda dengan pemakaman pada umumnya. Areal pemakaman itu juga tidak ada yang dapat menceritakan sejak kapan, dan siapa yang meninggal, karena tidak ada tulisan dan narasumber untuk menjelaskan itu. Apakah pemakaman itu sudah ada sebelum desa mengkalang terbentuk? atau setelahnya, tidak ada yang bisa menceritakan itu semua. Sekarang areal pemakaman itu sudah banyak ditumbuhi pohon-pohon besar dan tidak terawat, karena lokasi pemakaman sekarang sudah beralih kedataran yang lebih tinggi.

Terlepas dari hal itu semua, desa mengakalang tetaplah menjadi desa yang aman dan nyaman, penduduknya bersahaja. Apalagi sekarang ada perusahaan perkebunan sawit jadi lapangan pekerjaan terbuka, imbasnya mansyarakat akan lebih berkecukupan dan bisa meningkatkan kelevel hidup yang lebih baik. Dan akses jalanpun sudah banyak  yang dibuka, kalau dulu akses jalan hanya lewat sungai sekarang sudah bisa dilalui lewat jalan darat untuk sampai ke ibukota kecamatan dan kabupaten bisa lebih cepat karena waktu yang diperlukan bisa diperpendek dengan kendaraan sepeda motor. Dibandingkan lewat sungai harus menggunakan motor kelotok, dan tentu memakan waktu lebih lama untuk sampai ketempat tujuan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun