Melihat adanya pendatang baru yang mulai menetap di pesisir muara, ketiga bersaudara yang sudah terlebih dahulu sampai juga mulai melakukan barter, mereka menukarkan hasil mereka bercocok tanam dengan hasil laut seperti ikan asin, udang dan segala jenis tangkapan nelayan pesisir tersebut. Setelah sering melakukan barter dan mereka mulai saling mengenal, sebagian orang pesisir  tertarik untuk ikut bermukim dibagian hulu sungai seperti yang telah rahmat dan dua saudaranya lakukan.
Mereka mulai bermigrasi ke bagian hulu, ada yang masuk ke sungai seruat dan menetap disana, ada yang ke sungai jambu dan juga menetap disana, dan ada juga yang langsung masuk ke sungai guntung dan menggabungkan diri bersama rahmat dan kedua saudaranya. Mereka kemudian membentuk perkampungan dan memulai kehidupan dengan bercocok tanam dan mencari ikan disungai. Lambat laun tempat  itu menjadi ramai dan menjadi sebuah kampung yang kemudian mereka beri nama kampung mengkalang guntung.
Singkat cerita, Kampung mengkalang guntung sudah semakin ramai. Penduduknya pun  bersahaja mereka bercocok tanam seperti berkebun kelapa, menanam padi , jagung dan juga yang menjadi nelayan. Generasi pun sudah berubah, Rahmat yang pertama membuka perkampungan sudah lama meninggal dan saudaranya juga tidak tahu kemana mereka pergi tidak ada narasumber yang bisa dijadikan tempat untuk bertanya. Sejak itu mengkalang guntung di pimpin seorang kepala kampung bernama Ahmad bin Rahmat, beliau adalah anaknya Rahmat orang pertama yang membuka kampung mengkalang. Untuk mengenang orang yang telah membuka kampung mengkalang, maka nama Rahmat diabadikan menjadi nama sebuah jalan sebuah dusun yang berada diwilayah desa mengkalang, nama jalan tersebut Jalan Bilal Rahmat.
Dibalik asal mula terbentuknya Desa Mengkalang, ada satu cerita mitos yang sampai sekarang masih diyakini oleh masyarakat Desa itu, yaitu adanya penunggu kampung yang berada didunia ghoib. Adapun menurut seorang dukun kampung yang tidak bisa disebutkan namanya, perwujudan penunggu kampung tersebut biasanya menunjukkan diri dalam bentuk tubuh yang hitam dan tinggi besar dan biasanya juga dia membentuk dirinya menjadi seekor kera lutung yang bertubuh agak besar dan mempunyai ekor yang panjang. Menurut dukun kampung tersebut, makhluk itu adalah penjelmaan atau peliharaan nenek moyang pembuka kampung mengkalag dulunya, dan dia diperintahkan untuk menjaga kampung dari berbagai hal yang akan menggangu atau mengancam masyarakat baik itu penyakit yang membahayakan ataupun gangguan-gangguan lainnya.
Menurut dukun kampung  mahluk itu tidak mengganggu, kecuali ada ancaman dari orang yang ingin berbuat dan berniat jahat, biasanya dia akan memberi tahu seperti jika ada warga yang sakit  dan diberitahukan obatnya. Lewat tubuh seorang mediator dia akan menceritakan sesuatu yang biasanya bersifat penting dan berkaitan dengan kejadian-kejadian yang biasanya terjadi di wilayah mengkalang.
 Selain cerita mitos tentang makhluk yang menjaga kampung, ada juga hal menarik yang bisa diangkat dalam cerita ini. Yaitu, terdapatnya kawasan pemakaman tua, pemakaman ditempat itu agak unik  karena  jarak diantara batu nisannya hampir dua meter sangat berbeda dengan pemakaman pada umumnya. Areal pemakaman itu juga tidak ada yang dapat menceritakan sejak kapan, dan siapa yang meninggal, karena tidak ada tulisan dan narasumber untuk menjelaskan itu. Apakah pemakaman itu sudah ada sebelum desa mengkalang terbentuk? atau setelahnya, tidak ada yang bisa menceritakan itu semua. Sekarang areal pemakaman itu sudah banyak ditumbuhi pohon-pohon besar dan tidak terawat, karena lokasi pemakaman sekarang sudah beralih kedataran yang lebih tinggi.
Terlepas dari hal itu semua, desa mengakalang tetaplah menjadi desa yang aman dan nyaman, penduduknya bersahaja. Apalagi sekarang ada perusahaan perkebunan sawit jadi lapangan pekerjaan terbuka, imbasnya mansyarakat akan lebih berkecukupan dan bisa meningkatkan kelevel hidup yang lebih baik. Dan akses jalanpun sudah banyak  yang dibuka, kalau dulu akses jalan hanya lewat sungai sekarang sudah bisa dilalui lewat jalan darat untuk sampai ke ibukota kecamatan dan kabupaten bisa lebih cepat karena waktu yang diperlukan bisa diperpendek dengan kendaraan sepeda motor. Dibandingkan lewat sungai harus menggunakan motor kelotok, dan tentu memakan waktu lebih lama untuk sampai ketempat tujuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H