Mohon tunggu...
Dede Tatang
Dede Tatang Mohon Tunggu... Guru - Putra Kamal, Larangan Brebes

Tulisan Anak Desa Untuk Negeri Tercinta Me Visit us : www.duniaelektronik.net , www.inspirasi-dttg.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Korupsi Semakin Menjadi, Salah Siapa?

3 Mei 2018   20:39 Diperbarui: 3 Mei 2018   22:11 1398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Korupsi merupakan suatu tindakan seseorang yang menyalah gunakan kepercayaan dalam suatu perkara, organisasi untuk mendapatkan keuntungan pribadi, dengan jalan mengambil hak pihak lain.

Tindakan negatif ini bukanlah sesuatu yang asing lagi di telinga dan pikiran masyarakat, pasalnya kata ini sering mereka dengar, baik melalui media berita, bahkan melalui perkataan orang lain. Tentu saja hal ini dikarenakan banyak kasus korupsi yang terjadi di masyarakat, baik ditingkat desa terlebih tingkat Nasional.

Peringkat Korupsi di Indonesia

Indonesia merupakan salah satu negara yang memilki tingkat kejahatan korupsi yang tinggi, oleh karena itu tak berlebihan jika seharusnya negara kita semakin meningkatkan keterampilan penegak hukum kita, untuk dapat mengatasi masalah yang sangat serius ini.

Berdasarkan survai yang dilakukan Amnesty pada 180 negara di tahun ini, Indonesia mendapat skor 37 dalam penilaian berdasarkan ukuran korupsi di sektor publik dari pakar dan pelaku bisnis. Tentu saja skor tersebut bukanlah sesuatu yang dapat kita banggakan, hal ini karena skor 0 dalam skor tersebut menunjukan negara tersebut sangat korupsi, sedangkan untuk skor negara paling bersih dari korupsi adalah negara yang menghasilkan skor 100.

Di Asia Tenggara Singapura masih menjadi negara paling bersih dari korupsi dengan berada di urutan 6 (skor 84). Sementara Negeri Jiran Malaysia berada di urutan ke-62 dengan skor 47. Vietnam berada di urutan ke-107 dengan skor 35 dan Filipina di peringkat 111 (skor 34). Myanmar menduduki urutan ke-130 dengan skor 30. Sementara Brunei Darussalam berada di peringkat kedua paling bersih di Asia Tenggara setelah Singapura dengan menduduki peringkat 32 (skor 62).

Kenapa di Negara Kita Banyak Kasus Korupsi ?

Miris rasanya, negara yang dulu diperjuangkan dengan penuh darah dan nyawa demi bisa merdeka seperti sekarang, jika harus ternoda dengan tindakan yang tidak bermoral seperti korupsi.

Terlebih kasus korupsi ini, terjadi hampir disemua sektor. Hal yang paling menyedihkan justru para pelaku korupsi itu banyak yang dilakukan oleh mereka yang memiliki tugas dan tanggung jawab untuk melayani masyarakat. Lantas siapakah yang salah ?

Sebagai masyarakat, umunya kita hanya bisa menghujat saat mengetahui ada seseorang, atau pejabat yang melakukan korupsi. Hal itu tentu sangat wajar, mengingat kekecewaan yang pasti kita semua rasakan mengetahui hal tersebut. Namun selain menghujat sebenarnya ada sesuatu yang lebih bijak yang dapat kita lakukan, sehingga bisa dengan mudah memutus bahkan menghapus kebiasaan korupsi di negara kita tercinta Indonesia.

Mari Kita Saling Bermuhasabah Diri

Coba kita renungkan dari mana para pemimpin atau para pejabat di neagar kita berasal? Apapun jabatan mereka, baik sebagai Kepala Desa, Camat, Bupati, Gubernur, bahkan hingga seorang Presiden, asal mereka semua adalah rakyat seperti kita.

Jadi intinya korupsi itu bersumber dari kita sendiri sebagai rakyat. Baik karena memberi kesempatan atau setidaknya membiasakan.

Stop Suap

Salah satu hal yang membuat kejahatan korupsi semakin menjadi adalah karena kebiasaan masyarakat yang senang memberi suap, dengan alasan ucapan terimakasih hingga agar urusannya di permudah. Dampaknya tentu saja pelayanan publik menjadi memburuk karena niat ikhlas melayani dapat berubah ke arah ingin menghasilkan materi, bahkan lebih dari itu memicu timbulnya hawa nafsu manusia yang selalu menuntut dirinya untuk serakah.

Akibatnya tak jarang ada oknum pelayanan publik yang menuntut bayaran dari masyarakat atas pekerjaan yang sudah semsestinya ia lakukan sebagai bagian dari kewajibannya yang telah dijamin di bayar, baik oleh suatu instansi bahkan negara.

Tak jarang pula, ada oknum yang merasa sudah sangat berjasa sehingga meminta uang lelah kepada masyarakat atas kewajiban pekerjaannya itu. Lantas jika sudah seperti ini siapakh yang mesti kita salahkan ?

Berhentimenyalahkan siapapun, sudah saatnya kita kembali ke jalan yang benar, dengan berpegang teguh pada ajaran Qur'an dan Hadits.

Dari 'Abdullah bin 'Amr Radhiyallahu 'anhuma, ia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

.

'Laknat Allah atas orang yang menyuap dan menerima suap.'

Dari Abu Hamid as-Sa'idi Radhiyallahu a'nhu, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

.

"Hadiah kepada pejabat adalah penghianatan."

Jangan Terlalu Memuja Harta dan Mereka yang Berharta

Ingin dihormati dan dihargai merupakan salah satu dari kebanyakan keinginan manusia yang menuntut untuk dipenuhi. Banyaknya manusia yang terlalu memuja dan menghaormati mereka yang berharta, telah memicu mereka yang gila kehormatan dan sanjungan menghalalkan segala cara untuk dapat mendapatkan tumpukan harta itu.

Jujur penulis sendiri lebih nyaman dekat dengan orang miskin, dan sangat menaruh hormat kepada mereka yang berilmu.

Seandainya ilmu lebih kita aggungkan dibanding harta, penulis yakin akan banyak orang yang berlomba untuk semakin mempertinggi ilmu pengetahuannya. Dengan meningkatnya ilmu pengetahuan, terutama dibidang Agama maka niscaya kehidupan manusia semakin baik dan beradab.

Dari 'Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

.

"Tidak boleh hasad kecuali pada dua hal; (1) seseorang yang diberi harta oleh Allah, kemudian ia menggunakannya di jalan yang benar dan (2) orang yang diberikan ilmu lalu ia memutuskan perkara dan mengajari manusia dengannya."

Jangan Terlalu Mencela Mereka yang Terbukti Bersalah

Ketika ada seseorang yang telah terbukti melakukan tindakan korupsi, maka tidak seharusnya kita terlalu mencelanya. Bukan karena penulis membela dan membenarkannya, namun sebagai manusia kita hendaknya selalu memberi kesempatan siapapun untuk kembali menempuh jalan kebaikan.

Sebab manusia adalah tempatnya perubahan. Tidak sedikit dari mereka yang awalnya melakukan banyak kesalahan, namun akhirnya bisa menjadi manusia yang lebih baik dibanding mereka yang sebelumnya merasa sudah menjadi orang baik.

Sekali lagi, saatnya kita saling bermuhasabah diri demi perbaikan dikemudian hari. Begitupun bagi para pelaku korupsi, jangan berbangga diri jika belum diketahui publik. Boleh jadi mereka yang kejahatannya diketahui publik, justru kelak akan selamat karena cepat bertanggung jawab.

Namun bagi yang kejahatannya tidak diketahui publik. Ingatlah Allah Maha Tahu, oleh karenanya segeralah bertobat demi keselamatan soudara di dunia terlebih Akhirat.

"Wahai anak Adam! Jika engkau datang kepada-Ku dengan membawa dosa-dosa yang hampir memenuhi bumi kemudian engkau bertemu dengan-Ku dalam keadaan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun, niscaya Aku datang kepadamu dengan memberikan ampunan sepenuh bumi". (Hadits shahih diriwayatkan oleh at-Tirmidzi)

Berbahagialah dengan adanya Rahmat Allah yang begitu besar, jangan kau sia-siakan hingga akhirnya penyesalanmu menjadi tidak berguna.

Referensi : Merdeka.com, almanhaj.or.id,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun