Tari Nenandur  yang menggambarkan aktivitas warga Jalawastu sebagai petani.
Anak-anak bergembira menari lincah ceria , berterbangan lepas tanpa beban yang digambarkan dengan tari Manuk Dadali.
Tari Dendongpun tak luput untuk menggambarkan para ibu yang sedang menumbuk padi di lesung.
Sementara itu lima orang pemuda memainkan tari rotan gila , dikenal masyarakat Jalawastu yang berbahasa sunda tersebut dengan sebutan tari Hoe Gelo (Hoe : Rotan / Gelo: Gila). Hoe gelo ini menunjukan kegembiraan pemuda setelah panen serta mengasah kekuatan setelah makan hasil bumi.
Tradisi ini merupakan Tradisi sedekah gunung, hakekatnya adalah bentuk sanjungan puji syukur kepada Tuhan  atas segala limpahan nikmat yang telah diberikan-Nya kepada masyarakat, serta sebagai tarekat untuk memohon pengampunan-Nya agar dilindungi dari segala marabahaya.
Usai dari Kampung Budaya Jalawastu, sebelum pulang kita bisa mampir dulu melihat berbagai pemandangan indah disekitar lokasi, seperti curug indah yang ramai dikunjungi para wisatawan lokal.Â
Curug tersebutpun memang sangat indah terlebih dihiasai banyak bebatuan, disamping itu disekitar sungainyapun sudah dikenal sejak penulis kecil akan adanya mata air panas. Mata air tersebutlah yang pertama kali penulis ketahui , bahwa dibumi ini ada mata air yang mengeluarkan air dengan suhu yang panas.
Lokasi curug dan air panas tersebut memang lumayan jauh dari pemukiman, meski dibeberapa tempat warga sekitar telah memasang petunjuk jalan, namun tanpa dimintapun aka nada masyarakat yang mau mengantar kita uketempat tersebut dengan senang hati.
Itulah salah satu keitimewaan masyarakat di Desa ,rata-rata dari mereka senang membantu siapapun sekalipun orang yang baru dilihatnya sekalipun.
Semoga Kampung Adat Jalawastu Desa Cisereuh Kecamatan Ketanggungan Brebes,bisa menjadi Reverensi liburan kawan-kawan . . .
Baca Juga : Jalan Menuju Kampung Jalawastu Mulai Diperbaiki