Mohon tunggu...
Dede Tatang
Dede Tatang Mohon Tunggu... Guru - Putra Kamal, Larangan Brebes

Tulisan Anak Desa Untuk Negeri Tercinta Me Visit us : www.duniaelektronik.net , www.inspirasi-dttg.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Curahan Hati Petani Brebes untuk Pemerintah, Menyambut Musim Hujan di Tahun Ini

15 Oktober 2017   13:01 Diperbarui: 15 Oktober 2017   13:18 1226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hujan telah beberapa kali turun, sehingga membuat beberapa petani memutuskan untuk menanam bawangnya. Bagi yang tertinggal dalam pembuatan lahan mereka segera mencari pekerja untuk membuat lahan di sawahnya.

Rp.100.000,00/per pekeraja bukanlah nilai yang kecil bagi masyarakat petani. Namun karena berharap bisa mendapatkan harga mahal merekapun akhirnya rela mengeluarkan uang banyak hanya demi segera bisa membuat lahan bawang merah. Hal ini karena memang biasanya harga bawang merah relative mahal diawal musim panen bawang pertama.

Rasa optimis harga mahal membuat mereka tak peduli meski harus pinjam modal sekalipun. Sumber modal untuk mengurus bawangpun beraneka ragam mulai dari pinjam pada saudara, pegadaian, koprasi bahkan Bank, baik menggunakan jaminan ataupun tidak.

Setelah peminjaman pertama mereka lakukan, selama bawang belum dipanen potensi meminjam berikutnyapun sangat besar baik untuk pekerja, pupuk, bahkan sampai pada tuntutan pestisida yang mahal dan menuntut untuk banyak digunakan saat hama benar-benar mengganggu.

Petani yang telah kerja keras dari awal membuat lahan, tak jarang yang harus rela kehilangan harapannya untuk dapat penghasilan banyak. Hal ini dikarenakan hama pengganggu yang tiba-tiba muncul merusak tanaman bawang mereka yang telah dirawat siang bahkan malam.

Bukan hanya itu bahkan ada beberapa tanaman bawang merah milik petani yang bisa hilang dalam seketika hanya dalam hitungan hari, contohnya adalah hama karapak. Ia akan dengan mudah membuat petani gulung tikar merugi tanpa hasil, hilang modal dan sia-sia tenaga.

Penomena lain dari masalah petani adalah masalah anjloknya harga, saat musim panen. Bahkan tak jarang mereka hanya bisa menahan kekecewaannya saat mengetahui pemerintah telah mengimpor bawang merah dari Negara lain. Sungguh kerja keras mereka seperti tak dihargai saat pemerintah melakukan itu, terlebih  jika impor tersebut dilakukan saat petani lokal sedang memanen hasil kerja kerasnya selama kurang lebih dari  60 hari.

Saya yang merupakan seorang anak petani dan juga petani sangat berharap pemerintah bisa lebih bijaksana dalam menentukan harga. Saya sangat yakin jika harga pertanian mahal, maka kesejahtraan masyarakat Indonesia yang merupakan Negara agraris secara keseluruhan dapat tercapai.

Faktanya banyak perekonomian masyarakt yang cepat membaik setelah harga bawang merah melambung tinggi.

Pun demikian bagi pelaku usaha, saya yang memiliki usaha kecil-kecilan saja bisa merasakan untung yang lumayan besar saat harga bawang naik, hal ini dikarenakan minat dan daya beli masyarakat meningkat.

Pemandangan Dealer mengantarkan sepeda motor baru sudah bukan hal asing untuk dilihat di masyarakat, saat harga bawang mahal tersebut.

Toko emas, mal, bahkan Bank pun ekstra sibuk dalam melayani customer. Inilah gambaran dampak besar betapa berperan pentingnya harga pertanian untuk dapat mendongkrak perekonomian seluruh masyarakat bahkan Negara.

Hari ini saya keliling melintasi jalanan Desa Kamal Larangan Brebes. Setelah beberapa kali hujan ternyata banyak masyarakat yang sudah menanam bawang merahnya.

 Padahal hujan benar-benar belum turun, namun  harapan menjumpai harga mahal membuat banyak petani tak memperdulikan itu.

Dampaknya sekarang banyak kekhawatiran di wajah mereka, khawatir kalau-kalau hujan tidak segera turun. Karena jika hujan tidak segera turun maka akan bisa terjadi dampak buruk bagi tanaman mereka.

Parahnya lagi banyak petani yang benar-benar menanam di areal persawahan yang tidak memiliki mata air sama sekali, mereka benar-benar mengandalkan hujan untuk mengairi sawahnya.

Saya sangat berharap agar pemerintah selalu memikirkan para petani, kerja keras mereka, bahkan kekhawatiran mereka. Terutama kekhawatiran akan anjloknya harga.

Semoga tulisan ini bisa sedikit berguna untuk memberi tahu suara hati petani pada pemerintah.

Untuk info lain terkait dampak musim kemarau bagi masyarakat di Desa silahkan klik Meski Hujan Sudah Turun Banyak Masyarakat Krisis Air Bersih

Salam Kepedulian

Detatang - Kamal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun