"Kami sedang mengambil air untuk keperluan memasak dan mandi, mata airnya sangat kecil tapi hampir semua masyarakat sekitar menggunakan mata air ini. Saya pikir siang hari ini tidak ada yang ngantri tapi ternyata ngantri lama,tapi mau bagaimana lagi, hanya tempat ini yang jaraknya paling dekat," Â terang ibu Ceko .
"Hampir 24 jam mata air tersebut tak pernah sepi dari penduduk, saya kalau mengambil air biasanya diatas Pukul 23:00 WIB, selain karena lebih sepi yang ngantri, juga kalau siang hari di tempat ini baunya sangat menyengat. Sementara kalau pagi dan sore hari di mata air kecil ini puluhan orang yang mengantri, banyak ember berjejeran disekitar mata air tersebut," Ungkap Kasma (60).
"Luar biasa juga perjuangan ibu-ibu itu," pikirku dalam hati. Bagaimana gak luar biasa coba, panas menyengat, air ngantri lama. Makanya tak ayal banyak yang lebih memilih ngantri dirumah sampai ada yang lewat ngasih tahu gilirannya mengambil air sudah tiba.
Semoga cerita saya ini bisa direspon pemerintah, untuk segera memberikan bantuan air bersih ketempat ini.
"Seharusnya ada bantuan pemerintah terkait krisis air bersih ini, minimal seminggu sekali," ungkap Maktub (54).
Kalau saya sih berharapnya pemerintah mau mengalokasikan dana untuk penggalian sumber air bersih, siapa tahu kalau di bor yang dalam disekitar pemukiman pendudukpun banyak sumber air bersih. Kan penduduk yang ngambil air bersih tidak harus menahan nafas  lagi kalau ambil air karena bau yang sangat menyengat :D .
Di hutan juga banyak sih sumber air bersih, kira-kira kalau pakai peralon/selang bisa gay a untuk mencukupi kebutuhan air bersih masyarakat.
Semoga saja tulisan ini dibaca pihak terkait terus bisa ditindak lanjuti....
Salam Kepedulian
Detatang - Kamal