Pesan Membaca di Film The Book of Eli
Mengomentari tulisan Bung Eko Prasetyo, Pesan Membaca di Film The Book of Eli (http://hiburan.kompasiana.com/film/2014/10/25/pesan-membaca-di-film-the-book-of-eli--682512.html), saya teringat beberapa hal yang bisa kita pelajari dari film tersebut.
Pertama, terima kasih kepada Bung Eko yang telah menulis tentang film cerita FILM The BOOK OF ELI ini.
Kemarin malam, ketika saya menonton film ini di salah satu TV swasta, saya terkesan dengan banyak kata-kata arif yang dipercakapkan didalam film tersebut. Film tersebut menggambarkan bagaimana seorang lelaki yang bernama Carnegie tergila-gila dengan kekuasaan yang akhirnya kehilangan semua yang dia miliki. Carnegie percaya bahwa jika dia membaca kata-kata bijak yang ada didalam buku Bible yang dibawa oleh ELi, maka dia  percaya bahwa dunia akan dapat dikuasainya.
Namun sayang, ketika Carnegie berhasil mendapatkan buku Bible itu setelah mengorbankan semua hal yang dia miliki, termasuk istri dan anak nya yang sangat cantik yang terpaksa meninggalkan dirinya, serta harta dan kota yang sudah dia bangun dengan susah payah terpaksa harus dijarah oleh orang-orang yang dia suruh mencari buku Bible tersebut, ternyata Carnegie tidak bisa mendapatkan kekuasaan yang semula dibayangkan.
Ada satu percakapan yang sangat menarik antara istri dan Carnegie sebelum istrinya meninggalkan dirinya. Saya lupa kalimat-kalimatnya, yang jelas intinya adalah: "percuma kamu mendapatkan Bible tersebut dengan mengorbankan kebahagian bersama istri dan anakmu. Lihat harta dan kotamu yang kamu bangun bertahun-tahun dijarah oleh anak buahmu sendiri. Kamu yang tergila-gila dengan kekuasaan, saat ini tidak memiliki kuasa sama sekali".
Kemudian, masuk di acara TV lain, di malam yang sama, saya melihat SINETRON MAHADEWA, yang menceritakan seorang pedagang yang sangat rajin berdagang untuk mengumpulkan banyak harta untuk anak dan istrinya. Saking terobsesinya pada harta walaupun sudah mendapatkan banyak harta untuk anak dan istrinya, si pedagang memutuskan untuk bertapa kepada Nalendra, meninggalkan anak dan istri tercintanya.
Bertahun-tahun, sang pedagang bertapa dan berharap untuk mendapatkan wangsit dari Nalendra. Karena ketekunan dan kesungguhan sang pedagang bertapa, akhirnya Syang Yang Nalendra turun kepadanya dan berjanji akan memberikan apa yang diminta oleh sang pedagang.
Kemudian sang pedagang meminta seluruh dunia diberikan kepadanya. Â Sang Yang Nalendra mengabulkan permintaan sang pedangan, dan menjanjikan apa yang dia lihat akan menjadi miliknya.
Kemudian sang pedagang girang alang kepalang. Dia berlari ke sana kemarin untuk melihat seluruh dunia, dan berharap bahwa apa yang dia lihat akan menjadi miliknya.
Setelah sekian lama berlari lari melihat seluruh dunia yang akan menjadi miliknya, akhirnya sang pedagang kecapekan, lemas dan akhirnya mati diatas tanah yang dikiranya menjadi miliknya.