Dalam margondang sabangunan, tampak bahwa orang Batak Toba harus mendekati yang ilahi (Mulajadi Na Bolon) untuk mendapat kebahagiaan. Tidak mungkin kebahagiaan dicapai tanpa bersatu dengan yang ilahi, karena hagabeon (keturunan), hasangapon (kehormatan), hamoraon (kekayaan) berasal dari Mulajadi Na Bolon yang dimanifestasikan dalam diri hula-hula. Ini didasarkan pada keyakinan bahwa hula-hula adalah Debata na tarida (yang ilahi/Allah yang tampak).
Dalam acara margondang sabangunan diungkapkan posisi atau status seseorang dalam tatanan Dalihan Na Tolu, apakah seseorang memiliki peran sebagai dongan tubu, boru, atau hula-hula. Dengan itu, margondang sabangunan menjadi simbol etis bagi orang Batak Toba. Lewat margondang sabangunan, orang Batak Toba diajarkan untuk menghormati sesama dan yang ilahi. Atas dasar ini setiap orang harus berperilaku yang baik agar terjalin relasi yang harmonis antarsesama sesuai dengan statusnya dan relasi harmonis dengan Mulajadi Na Bolon.
Dengan demikian, sebagaimana Thomas Aquinas berasumsi bahwa kebahagiaan dicapai bila bersatu dengan Allah dengan melakukan kehendak-Nya (karena memang itu adalah kodrat manusia), demikian halnya lewat margondang sabangunan orang Batak Toba diajak untuk hidup harmoni dengan Dalihan Na Tolu dan Mulajadi Na Bolon. Thomas Aquinas mengatakan bahwa kebahagiaan seutuhnya dapat dicapai bila diperkenankan memandang wajah Allah (visio beatifica), demikian juga orang Batak Toba meyakini bahwa kebahagiaan sepenuhnya akan dialami oleh manusia sesudah mengalami kematian dan bersatu dengan yang ilahi.
Â
Daftar Kepustakaan
Â
Abubakar, Bustami (ed.). Dalihan Na Tolu pada Masyarakat Batak Toba di Kota Medan. Banda Aceh: Balai Pelestarian Budaya Aceh, 2017.
Bertens, K. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta: Kanisius, 1975. Â Â
Joosten, Leo. Kamus Batak Toba-Indonesia. Medan: Bina Media Perintis, 2012. Â
------------- Â Â Samosir: The Old Batak Society (judul asli: Samosir: De Oud Batakse Maatachappij). Pematangsiantar: [tanpa penerbit], 1992.
Sihombing, T. M. Jambar Hata: Dongan tu Ulaon Adat. [tanpa tempat penerbit]: CV Tulus Jaya, 1989).Â