Mohon tunggu...
Nofrendi Sihaloho
Nofrendi Sihaloho Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Magister Filsafat di Fakultas Filsafat UNIKA Santo Thomas, Sumatera Utara

Hobi saya membaca buku-buku rohani dan filsafat.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Dimensi Etis Margondang Sabangunan dalam Budaya Batak Toba dalam Kaitannya dengan Etika Thomas Aquinas

20 Februari 2024   07:40 Diperbarui: 20 Februari 2024   08:12 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dalam margondang sabangunan, tampak bahwa orang Batak Toba harus mendekati yang ilahi (Mulajadi Na Bolon) untuk mendapat kebahagiaan. Tidak mungkin kebahagiaan dicapai tanpa bersatu dengan yang ilahi, karena hagabeon (keturunan), hasangapon (kehormatan), hamoraon (kekayaan) berasal dari Mulajadi Na Bolon yang dimanifestasikan dalam diri hula-hula. Ini didasarkan pada keyakinan bahwa hula-hula adalah Debata na tarida (yang ilahi/Allah yang tampak).

Dalam acara margondang sabangunan diungkapkan posisi atau status seseorang dalam tatanan Dalihan Na Tolu, apakah seseorang memiliki peran sebagai dongan tubu, boru, atau hula-hula. Dengan itu, margondang sabangunan menjadi simbol etis bagi orang Batak Toba. Lewat margondang sabangunan, orang Batak Toba diajarkan untuk menghormati sesama dan yang ilahi. Atas dasar ini setiap orang harus berperilaku yang baik agar terjalin relasi yang harmonis antarsesama sesuai dengan statusnya dan relasi harmonis dengan Mulajadi Na Bolon.

Dengan demikian, sebagaimana Thomas Aquinas berasumsi bahwa kebahagiaan dicapai bila bersatu dengan Allah dengan melakukan kehendak-Nya (karena memang itu adalah kodrat manusia), demikian halnya lewat margondang sabangunan orang Batak Toba diajak untuk hidup harmoni dengan Dalihan Na Tolu dan Mulajadi Na Bolon. Thomas Aquinas mengatakan bahwa kebahagiaan seutuhnya dapat dicapai bila diperkenankan memandang wajah Allah (visio beatifica), demikian juga orang Batak Toba meyakini bahwa kebahagiaan sepenuhnya akan dialami oleh manusia sesudah mengalami kematian dan bersatu dengan yang ilahi.

 

Daftar Kepustakaan

 

Abubakar, Bustami (ed.). Dalihan Na Tolu pada Masyarakat Batak Toba di Kota Medan. Banda Aceh: Balai Pelestarian Budaya Aceh, 2017.

Bertens, K. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta: Kanisius, 1975.   

Joosten, Leo. Kamus Batak Toba-Indonesia. Medan: Bina Media Perintis, 2012.  

-------------    Samosir: The Old Batak Society (judul asli: Samosir: De Oud Batakse Maatachappij). Pematangsiantar: [tanpa penerbit], 1992.

Sihombing, T. M. Jambar Hata: Dongan tu Ulaon Adat. [tanpa tempat penerbit]: CV Tulus Jaya, 1989). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun