Mohon tunggu...
Nofrendi Sihaloho
Nofrendi Sihaloho Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Magister Filsafat di Fakultas Filsafat UNIKA Santo Thomas, Sumatera Utara

Hobi saya membaca buku-buku rohani dan filsafat.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Dimensi Etis Margondang Sabangunan dalam Budaya Batak Toba dalam Kaitannya dengan Etika Thomas Aquinas

20 Februari 2024   07:40 Diperbarui: 20 Februari 2024   08:12 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kurban ini dipersembahkan kepada Debata Mulajadi Nabolon sebagai tindakan pengudusan. Lewat tindakan ini dunia disucikan sesuai dengan rencana Mulajadi Nabolon pada awal penciptaan dunia. Semesta dimurnikan dari hal-hal jahat, sekaligus juga sebagai ucapan syukur atas kebaruan bumi. Diadakan juga upacara mangalotlot (mengarak horbo bius ke seluruh kampung dan persawahan). Sesudah itu, kerbau kembali diikatkan ke borotan. Arti ritus ini adalah pemurnian bumi dan segala semesta. Dalam mite Batak, manusia pertama yang ada di bumi adalah Si Raja Ihat Manisia dan Boru Ihat Manisia. Namun, manusia dan keturunannya itu telah berdosa dan menentang Debata. Sebagai sanksi, Debata menghukum mereka dengan memisahkan banua ginjang dengan banua tonga. Karena itu, dicari suatu ritual dengan lambang-lambang yang digunakan untuk memurnikan bumi ini. Maka horbobius dijadikan sebagai lambang bumi dan borotan sebagai lambang kuasa mencipta dari Debata. Setelah tiba waktunya, horbo bius akan dikurbankan. Hal ini dilakukan oleh malim/spesialis tertentu dan diiringi dengan tonggo-tonggo atau doa-doa dan gondang sabangunan. Selama upacara, setiap orang yang hadir manortor bersama. Darah dan kematian horbo bius menjadi tanda penghapusan pelanggaran manusia.[20] 

 

Gondang Sabangunan dan Dalihan Na Tolu

Dalihan Na Tolu adalah sistem kekerabatan dalam hidup masyarakat Batak Toba. Dalihan artinya tungku yang terbuat dari batu. Na artinya yang, dan tolu artinya tiga. Secara harfiah, Dalihan Na Tolu berarti tungku yang terdiri dari tiga batu. Secara simbolis, ketiga batu itu adalah pihak hula-hula (pihak keluarga istri), boru (penerima istri), dan dongan tubu (teman semarga). Ketiga unsur ini memiliki hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya dalam acara adat. Dalihan Na Tolu menentukan hubungan kekerabatan dalam hidup bermasyarakat. Ibarat tungku yang menjaga keseimbangan, demikian juga Dalihan Na Tolu bertujuan agar tertata keseimbangan dalam kekerabatan dalam budaya Batak Toba.[21] 

Segala kegiatan kehidupan orang Batak Toba dirasa terlaksana dengan baik bila kegiatan adat sesuai dengan prinsip Dalihan Na Tolu. Karena itu, setiap acara seremonial dalam adat yang disertai dengan musik gondang sabangunan terlaksana dan membawa kebahagiaan kepada suhut (pemilik pesta) bila ada relasi yang harmonis di antara ketiga unsur dalam Dalihan Na Tolu. Selanjutnya, gondang sabangunan merupakan simbol dari Dalihan Na Tolu. Alat musik taganing dalam gondang sabangunan melambangkan dongan tubu, ogung melambangkan boru, dan sarune melambangkan hula-hula. Saat kegiatan margondang diadakan oleh ketiga unsur Dalihan Na Tolu itu, suhud dan kerabatnya meminta (maminta) gondang kepada pemain musik supaya hasuhuton (suhud dan kerabatnya) manortor (menari). Dalam acara manortor, hula-hula berperan untuk memberi pasu-pasu (berkat) kepada boru dengan menumpangkan tangan di atas kepala pihak boru sambil menari. Sembari hula-hula memberi berkat, boru menerima berkat itu dengan cara menunduk sambil manortor. Adapun tujuan Gondang Dalihan Na Tolu adalah menyatakan dan memperkuat solidaritas kekerabatan di antara mereka.[22]

 

Margondang Sabangunan sebagai Simbol Harmoni 

            Seluruh hidup masyarakat Batak Toba terarah pada pencapaian harmoni dengan yang ilahi, sesama, roh leluhur, dan dengan alam semesta. Orang Batak Toba mengenal tiga bagian kosmos, yaitu banua tonga (dunia tempat manusia berada), banua ginjang (dunia atas, tempat yang ilahi), dan banua toru (dunia orang mati dan tempat kegelapan). Melalui kegiatan margondang sabangunan, manusia mampu sampai pada yang ilahi. Yang ilahi disebut Mulajadi Na Bolon. Salah satu cara untuk mewujudkan relasi yang harmonis antara manusia dan yang ilahi adalah lewat upacara ritual yang disertai dengan gondang sabangunan. Pemulihan relasi dengan yang Mulajadi Na Bolon dilakukan dengan upacara mangase taon.[23] 

            Masyarakat Batak Toba juga menghormati dan memuja roh-roh leluhur yang sudah menjadi sumangot (yang sudah mulia). Sumangot ini diyakini dapat memberikan pasu-pasu (berkat) kepada keturunannya, sehingga keturunan mendapat hidup yang sejahtera dengan tercapainya hagabeon (keturunan yang banyak), hasangapon (kehormatan), dan hamoraon (kekayaan). Sedapat mungkin, harus dijalin relasi yang harmonis dengan roh-roh leluhur. Penghormatan kepada roh-roh leluhur biasanya disampaikan oleh seorang perantara (sibaso), yang biasanya disertai dengan margondang sabangunan.[24] 

            Relasi yang harmonis juga harus diadakan dengan sesama manusia. Dalam acara adat, suhut dapat maminta gondang (memohonkan gondang) kepada pargonsi (pemain gondang), yang ditujukan untuk menghormati sesama manusia, khususnya  bagi mereka yang termasuk dalam unsur Dalihan Na Tolu. Karena itu, relasi antarmanusia dalam masyarakat Batak Toba tidak bisa terlepas dari harmoni ketiga unsur dalam Dalihan Na Tolu. Selanjutnya, manusia perlu menjalin relasi yang harmoni dengan alam. Gondang sabangunan juga dipakai untuk menghormati alam terutama dalam seremonial tradisional. Karena itu, penggunaan gondang sabangunan yang mengiringi tor-tor sangat penting dalam seluruh rangkaian acara. Dengan demikian, margondang sabangunan mengandung makna agar manusia berperilaku baik terhadap sesama, alam, roh leluhur, dan Mulajadi Na Bolon.[25] 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun