Yesus berbeda dengan ahli sihir. Dia tidak ingin mencari popularitas dengan kemampuan-Nya membuat mukjizat. Mukjizat Yesus yang terbesar adalah mukjizat pertobatan. Dengan cinta kasih-Nya banyak orang mengalami pertobatan. Pertobatan Zakheus, misalnya, menunjukkan rekonsiliasi dengan berbalik kepada cara hidup Kerajaan Allah.[18]
Semua orang dipanggil untuk menjadi murid Kristus. Sebagai pengkotbah keliling Yesus menjumpai banyak orang. Ia bergaul dengan semua orang tanpa memandang status ataupun latar belakang. Seluruh karya Yesus mencakup pergaulan-Nya dengan sesama-Nya dalam hidup harian. Semua orang dipanggil-Nya untuk mengukuti Dia sebagai Jalan, Kebenaran, dan Hidup (Yoh 14:6).
PenutupÂ
Kerajaan Allah dinyatakan oleh Yesus melalui seluruh kehidupan-Nya. Hal itu juga diamini oleh St. Agustinus. Kristuslah kepenuhan Kerajaan Allah dan Dialah yang menjadi Raja dalam Kerajaan itu. Anggota Kerajaan itu terdiri dari orang-orang benar dan suci yang taat pada Allah. Mereka telah mengalahkan bujukan iblis untuk berbuat dosa.
Yesus Kristus menghadirkan Kerajaan Allah melalui Sabda dan karya-Nya. Kristus adalah pusat dan orang-orang yang percaya pada-Nya menjadi anggota keluarga Allah. Melalui kebangkitan-Nya, Yesus menegakkan Kerajaan Allah. Kerajaan itu bukan soal tempat tetapi diri Yesus Kristus itu sendiri. Dia adalah Jalan, Kebenaran, dan Hidup. Semua bangsa dipanggil untuk masuk ke dalam Kerajaan-Nya. Orang yang menerima Kerajaan mesianik itu harus menerima sabda Yesus.[19]
Oleh karena itu, agar dapat mencapai Kerajaan Allah hal yang mutlak perlu adalah pertobatan. Bertobat berarti berdamai dengan Allah. Bukan karena Allah berbuat jahat, tetapi karena manusia telah berpaling dari Allah. Pertobatan yang dilakukan harus tidak setengah-setengah. Artinya, pertobatan itu harus menyeluruh dalam aspek kehidupan manusia dengan taat dan tunduk pada kehendak Allah bukan mengikuti kehendak pribadi. Yesus pun mengundang para pendosa ke meja Kerajaan Allah. Dia datang bukan untuk memanggil orang benar, malainkan orang berdosa.[20]Â
St. Agustinus memberi tekanan pada Gereja sebagai bentuk Kerajaan Allah yang hadir sekarang dan mengindikasikan Kerajaan surgawi. Yesus telah memberi tugas kepada para rasul untuk mewartakan Kerajaan itu. Yesus telah memberikan kunci Kerajaan surga kepada Petrus sebagai ketua para rasul. Seirama dengan pandangan St. Agustinus, ajaran resmi Gereja mengajarkan bahwa wewenang untuk "mengikat" dan "melepaskan" ada dalam Gereja, karena Kristus sendiri yang memberikan otoritas itu. Dia adalah Kepala Tubuh yaitu Gereja. Kerajaan itu memiliki dimensi kekinian dan dimensi eskatologis. Di mana ada cinta kasih di situlah Kerajaan Allah tampak. Inilah wujud nyata Kerajaan Allah pada dimensi kekinian. Pada dimensi eskatologis, Kerajaan Allah merupakan pengharapan akan keselamatan dari Allah pada masa yang akan datang. Manusia akan hidup bersama Allah. Manusia akan melihat, merasakan, dan mengalami secara langsung cinta kasih Allah untuk selamanya.[21]Â
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Â
Ara, Alfonsus Very. Kristologi ([tanpa tempat, penerbit, dan tahun]). (diktat).
Augustinus. Pegajaran Pertama kepada Calon Anggota Gereja (judul asli: De Cathechizandis Rudibus). Diterjemahkan oleh Th. van den End. Yogyakarta: Kanisius, 1999.