Bagaimana caranya agar dapat memasuki Kerajaan Allah? Pertanyaan ini akan dijawab oleh St. Agustinus dengan argumen pertobatan atau rekonsiliasi. Bagi St. Agustinus Allah itu Mahamurah. Dia memberikan kesempatan untuk bertobat bagi orang-orang jahat. St. Agustinus mengangkat kisah air bah dan bahtera Nuh menjadi lambang Gereja mendatang. Kristus sebagai Raja rela tergantung di kayu salib agar Gereja tidak tenggelam dalam dunia ini.[6]
Untuk mencapai Kerajaan itu, Agustinus menasihatkan bahwa orang harus memiliki iman yang tak tergoncangkan dan melakukan yang baik. Tujuannya agar tidak dimasukkan dalam siksaan kerajaan iblis, melainkan merasakan nikmatnya Kerajaan Allah. Dalam Kerajaan itu tidak ada kekurangan sesuatu pun karena Allah menjadi kenikmatan sempurna. Di sana orang-orang suci bersama para malaikat akan secara langsung memandang Allah Tritunggal.[7]
Â
Kerajaan Allah: Menelisik Inti Kehidupan dan Perutusan Yesus
Yesus Benar-benar Manusia
Yesus lahir dari Perawan Maria di Betlehem dan hidup di Nazaret selama tiga puluh tahun. Pada saat itu bangsa Yahudi dipimpin oleh Herodes dan penguasa bangsa Romawi Oktavinus Agustus. Dia disunat pada hari kedelapan seturut tradisi Yahudi dan diberi nama Yesus, artinya "Allah yang menyelamatkan". Dengan itu Yesus diterima secara resmi di kalangan orang Yahudi. Sebagai manusia, Yesus tidak menolak adat dan hukum yang berlaku. Dia juga membiarkan diri-Nya berkembang dan diperkaya oleh aspek-aspek kemanusiaan-Nya di dalam bangsa Yahudi.[8]Â
Yesus memiliki rupa seorang manusia yang sempurna. Dia memiliki emosi dan perasaan manusiawi layaknya seperti manusia biasa. Ia takluk kepada ke-jasmani-an yang dialami tubuh manusiawi sehingga Dia mengalami sakit, haus, letih, dan mati. Yesus juga memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi. Hal itu terbukti ketika ia bersoal jawab dengan ahli Taurat pada umur duabelas tahun. Akan tetapi, Dia tidak pernah tunduk kepada godaan badaniah dan godaan setan. Berbeda dengan manusia biasa, Yesus tidak pernah melakukan dosa. Ia adalah manusia yang sempurna. Solider kepada sesama, kejujuran, belaskasih, dan cinta kasih merupakan hal yang dilakukan-Nya. Hal itu nyata dalam sikap dan tindakan-Nya terhadap semua manusia.[9
Ketuhanan Yesus
Yesus sungguh-sungguh Allah. Ia seratus persen Allah. Hidup dan karya-Nya menunjukkan bahwa Dia tidak sama dengan manusia biasa. Peristiwa inkarnasi Putra Allah tidak berarti bahwa Yesus setengah Allah dan setengah lagi manusia. Yesus Kristus adalah Allah benar dan manusia benar.[10]
Gelar Putera Manusia dalam Injil Sinoptik menyatakan tindakan dan kuasa Yesus sebagai Tuhan atas hari Sabat. Peristiwa penyembuhan pada hari Sabat memperlihatkan bahwa Yesus adalah Tuhan. Sabat disebut sebagai hari Tuhan. Tuhan adalah Sang Hidup, Dia sendiri adalah Kehidupan. Ia juga berkuasa mengampuni dosa (Mrk 2:10). Tidak ada seorang nabi pernah mengatakan bahwa dirinya berkuasa mengampuni dosa. Akan tetapi, Yesus mengatakannya sendiri bahwa Ia punya kuasa untuk mengampuni dosa.[11]
Dalam Injil Yohanes 9:38 dikatakan bahwa Yesus bertemu kembali dengan orang yang matanya telah dicelikkan-Nya. Yesus bertanya kepada-Nya, "Percayakah engkau pada Anak Manusia?" Orang itu bertanya siapakah anak manusia yang dimaksud Yesus. Tetapi Yesus menjawab, "Engkau bukan saja melihat Dia, tetapi Dia yang sedang berkata-kata dengan dikau, Dialah itu". Orang tersebut pun percaya kepada-Nya. Kisah tersebut menunjukkan bahwa Yesus menyatakan siapa diri-Nya. Dialah Anak Manusia, yang artinya Allah.