Mohon tunggu...
Kanzi Pratama A.N
Kanzi Pratama A.N Mohon Tunggu... Lainnya - Salam hangat.

Jadikan membaca dan menulis sebagai budaya kaum intelektual dalam berpikir dan bertindak!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dinamika Bilateral Indonesia-Singapura

3 November 2022   21:27 Diperbarui: 3 November 2022   23:10 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berlandaskan definisi tersebut dapat diartikan bahwa untuk menjamin perkembangan dan eksistensi negara maka selain tujuan negara sejarah yang melatarbelakangi berdirinya negara tidak terlepas dari situasi letak geografis negara memainkan dalam penting dan dominan dalam hal negara tersebut menyusun politik luar negerinya.

Singapura adalah bagian dari Kesultanan Melayu (mungkin diri Kesultanan Johor) yang memiliki hubungan dengan sultan-sultan di Sumatera dan Sulawesi. 

Berdirinya Singapura juga dilatarbelakangi oleh Perjanjian London 1824 (Treaty of Commerce and Exchange) yang mengatur koloni perdagangan antara kedua negara dengan ketentuan menyerahkan ke semua pusat perdagangan di Sumatera kepada pihak Belanda dan tidak akan membuat perjanjian dengan pemimpin lokal dan sebaliknya Belanda setuju menyerahkan kota Malaka dan kawasan-kawasan di Semenanjung Tanah Melayu kepada Inggris dan tidak akan membuat perjanjian dengan pemimpin lokal di Semenanjung Tanah Melayu. 

Hal ini yang mengasingkan Tanah Melayu dari segi politik dengan Indonesia karena tanah Melayu bersama wilayah kekuatan menjadikan di bawah kekuasaan Inggris sedangkan kepulauan Indonesia di bawah kekuasaan Belanda.

Perjanjian London 1824 memainkan peranan penting yang menjadi dasar berdirinya negara Indonesia dan Malaysia termasuk kondisi geopolitik di Asia Tenggara pasca-perang dunia II dan Perang Dingin yang mewarnai dan melatarbelakangi peta politik regional Asia Tenggara khususnya Malaysia dan Singapura dan perubahan rencana Inggris untuk menarik pasukannya dari pasukan dari wilayah timur Terusan Suez yang pada awalnya dijadwalkan pada 1975 menjadi dipercepat yang 1971. 

Inggris menjamin keselamatan Malaysia dan semenanjung dari gangguan dari luar yang kemudian menyebabkan perubahan kebijakan politik luar negeri Indonesia dibawah pemerintahan Soeharto mengakhiri konfrontasi Malaysia tahun 1966 dan kebijakan PM Malaysia Tunku Abdul Razak untuk netralisasi Asia Tenggara.

Awal ini yang memicu empat negara ASEAN terutama Malaysia, Filipina, Indonesia dan Singapura untuk mempererat kerjasama untuk menyelesaikan konflik kawasan dengan cara perundingan selanjutnya memajukan kerjasama dalam bidang sosial dan ekonomi. 

Kondisi persaingan antara etnis Melayu dan Tiongkok yang dinomorduakan di dalam federasi Malaysia.

Keamanan wilayah menjadi faktor utama disamping faktor benua dan kondisi strategis Singapura mengambil manfaat dari posisi yang sangat strategis yang diciptakan oleh Inggris. 

Singapura menasbihkan diri sebagai pusat perhubungan diantara persilangan bumi utara dan bumi selatan antara timur dan barat antara Sumatera India Samudra Hindia dan Samudra Pasifik dan faktor ini yang dimanfaatkan untuk kepentingan kita dan menindih sangat-sangat fundamental dan dipegang teguh oleh oleh pemerintah Singapura.

Hubungan bilateral Indonesia-Singapura dari masa ke masa sangat dinamis dan berlaku aktif pada masa pemerintahan Soekarno mengenai kebijakan politik luar negeri Indonesia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun