Mohon tunggu...
kano putra
kano putra Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

"Pengorbanan" Seorang Ibu

6 Januari 2016   14:38 Diperbarui: 6 Januari 2016   15:32 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judul karya poster: Pengorbanan Ibu

Desainer: Septiana Budyastuti

Gaya desain: modern minimalis

Deskripsi

Terkadang, kasih sayang ibu dimanifestasikan dalam hal-hal kecil yang tak kita sadari. Cinta kasih tersebut dicurahkan olehnya sejak seorang anak berada di dalam kandungan sampai ajal memisahkan mereka berdua. Hal-hal kecil tersebut begitu banyaknya diberikan sampai-sampai, mungkin tidak disadari oleh si anak sendiri. Seorang ibu bahkan rela mengabaikan kebutuhannya sendiri demi memenuhi kebahagiaan buah hatinya. Bagi ibu, seluruh dunia pun akan dikorbankan demi kebahagiaan anaknya.

Pemaknaan

Karya desian poster ini berjudul “Pengorbanan Ibu”. Mengapa karya desain poster ini berjudul “Pengorbanan Ibu”? Mengapa “Pengorbanan Ibu” diilustrasikan dengan dua piring makanan? Makan kaitannya dengan hidup, makan agar tetap hidup. Seorang ibu memberikan makanan yang lebih bergizi kepada anaknya, sama artinya dengan mengorbankan nyawanya. Merupakan kode hermeneutik yang muncul.

Hari Ibu dirayakan di seluruh dunia tetapi dengan tanggal yang berbeda, di Indonesia dirayakan pada tanggal 22 Desember. Tanggal tersebut diresmikan oleh Presiden Soekarno lewat Dekrit Presiden No. 316 tahun 1953 dalam Kongres Perempuan Indonesia III. Sejak saat itu tanggal tersebut disepakati sebagai Hari Ibu Nasional. Sejarah tersebut merupakan kode proaretik (narasi) yang muncul pada desain poster.

Berdasarkan moment hari Ibu Nasional, penikmat desain diajak untuk memaknai Hari Ibu dengan melihat unsur-unsur visual yang terdapat dalam karya poster ini. Warna background yang digunakan, menjadikan desain poster ini dominan dengan warna merah muda atau sering disebut pink. Pink digambarkan sebagai warna bungga teratai maka diartikan sebagai tempat tertinggi dan suci, dalam agama Hindu dan Budha teratai merah muda merupakan tempat duduk para Dewa dan Budha yang merupakan tahap pencerahan tertinggi. Dengan warna ini maka menunjukan bahwa posisi ibu jika dibandingkan dengan seorang anak jauh berada di atas, bahkan terdapat perumpamaan “Surga di bawah telapak kaki Ibu” merupakan kode semik (konotatif).

Hal itu muncul karena adanya “Pengorbanan Ibu”, seorang Ibu mengorbankan nyawanya demi untuk melahirkan anaknya. Dalam agama dan kepercayaan apapun, mengorbankan nyawa demi orang lain merupakan hal terbaik yang dilakukan oleh manusia, dan surga pun dekat dengannya. Menurut Sadjiman E. Sanyoto (2010:47-48) warna merah muda dapat diartikan sebagai keharuman bunga rose (mawar). Keharuman nama seorang Ibu yang rela mengorbankan nyawanya, merupakan kode gnomik (kultural).

Warna putih pada teks, dua buah piring, dan nasi diasosiasikan sebagai air susu ibu (ASI). Nutrisi alami yang terbaik dimiliki seorang ibu, diberikan khusus untuk anaknya. Warna putih juga mewakili kesederhanaan, seorang “pengorbanan ibu” bukan dari hal-hal yang besar dan mengesankan tetapi muncul dari hal-hal kecil dan sederhana. Hal kecil dan sederhana yang menghasilkan pengaruh yang amat besar, yang sering tidak disadari oleh si anak. Warna putih juga diasosiasikan sebagai kain kafan (Sanyoto, 2010:49). Mengingatkan bahwa kematian ibu di Indonesia saat ini masih cenderung tinggi, angka kematian ibu tahun 2007 yaitu 228 kematian (132-323) per 100 ribu kelahiran hidup tetapi pada tahun 2012 angka kematian ibu justru meningkat yaitu 359 (239-478) per 100 ribu kelahiran hidup (Survei Demografi Kesehatan Indonesia).

Kode narasi kembali muncul dalam poster ini. Ketika si anak melihat iklan makanan cepat saji, ia pun menelan ludah, tanpa sadar sang ibu melihatnya. Keesokan harinya saat sang fajar masih mengintip di batas bumi dan langit, ibu pergi ke pasar untuk membeli apa yang si anak inginkan, sepotong ayam yang kemudian dimasak sendiri oleh sang ibu. Kemudian sang ibu dengan tersenyum melihat si anak dengan lahapnya makan nasi dan lauk ayam goreng yang masih hangat, walau hanya sepiring nasi tanpa lauk di depannya.

Tipografi yang digunakan dalam desain poster ini adalah jenis serif, Times New Roman. Jenis font yang memiliki karakter feminin dan maskulin. Kesan feminin yang ditunjukan pada serif, lekukan pada ujung anatomi huruf dan kesan maskulin ditunjukan oleh garis-garis tegak lurus yang muncul pada beberapa bagian anatomi huruf. Menggambarkan karakter seorang ibu yang lembut tutur katanya tetapi memiliki hati yang kuat, kuat dalam menghadapi permasalahan hidup sembari merawat seorang anak.

Berdasarkan ukuran teks “Ibu berkorban” yang lebih besar dari teks “terima”, menunjukan bahwa seberapa pun dan seberapa besarnya balasan sebagai rasa terimakasih kita terhadap ibu, kita tidak akan mampu menyamai apa yang sudah diberikannya. Begitu pula dengan keberadaan objek dua pasang tangan, di kanan besar adalah tangan seorang ibu dan di kiri kecil adalah tangan si anak. Dari tekstur kulitnya, tangan si anak digambarkan dengan tangan orang dewasa yang ukurannya diperkecil, menyatakan bahwa setinggi apapun posisi yang kita dapat juga tidak dapat menyamai apa yang diberikan kepada kita. Posisi jari-jari si anak yang terbuka menandakan sebuah penerimaan dari pemberian tulus sang ibu yang posisi jari-jarinya tertutup.

Repetisi dua lingkaran digambarkan melalui keberadaan dua piring yang sama besar disatukan dengan teks “Ibu berkorban lebih dari yang kita sadari”, memperlihatkan hubungan yang sangat dekat tanpa batas seperti anak yang dikandungan sang ibu selama sembilan bulan lamanya. Hubungan yang didasari oleh rasa kasih sayang yang tak terbalaskan. Repetisi dua lingkaran juga menyatakan adanya kesamaan derajat antara wania dan pria, Alpha Behn mengemukakan bahwa wanita memiliki kapasitas akal budi yang sama dengan pria. Oleh karena itu wanita harus diberikan hak-hak yang sama dengan kaum pria (Lubis, 2006:85).

Jika melihat layout pada poster, objek-objek yang ada membentuk sebuah rangkaian. Membentuk seperti wajah, close up pada bagian mata. Pada piring sebelah kanan terdapat tambahan objek ayam goreng tepung, dan susunan teks pada bagian bawah piring atau sebelah kiri piring membentuk air mata yang berlinang. Jika dilihat dari sudut pandang poster objek yang mewakili air mata terdapat di sebelah kiri, melambangkan air mata yang memiliki dua arti saling bertentangan yang merupakan kode simbolik. Kesedihan seorang ibu yang muncul ketika sang anak tidak hormat kepadanya dan perasaan haru kebahagiaan ketika dapat mengantarkan dan melihat sang anak mencapai cita-citanya. Cita-cita yang diwakili keberadaan ayam goreng tepung, ayam goreng tepung pada awal keberadaannya muncul lewat brand-brand ternama amerika, hanya orang berkantong tebal yang bisa menikmatinya. Makanan yang dibuat dan diperjuangkan sang ibu untuk anaknya dengan pengorbanan.

 

Kesimpulan

Momen Hari Ibu Nasional menjadi waktu untuk seorang anak untuk membalas kasih sayang yang diberikan ibunya. Poster ini ingin berbicara bahwa seorang anak tidak bisa dibandingkan oleh posisi ibu yang lebih tinggi. Tinggi karena pengorbanannya saat melahirkan kita, mempertaruhkan nyawanya. Masih banyak kasus kematian ibu saat melahirkan terbukti dari peningkatan jumlah angka kematian ibu di Indonesia. Hal ini mungkin bisa diatasi jika sarana dan prasarana penunjang kesehatan untuk ibu, kuantitas dan kualitasnya ditingkatkan.

Pengorbanan ibu tidak hanya pada saat mengandung dan melahirkan tetapi juga dikehidupan sehari-hari. Pengorbanan yang bahkan tidak disadari oleh anaknya. Mengesampingkan kepentingannya sendiri demi memenuhi kebutuhan sang anak. Mencari nafkah seperti seorang ayah menjadikan hak-hak dalam kehidupan sosial seorang wanita sama dengan pria. Oleh karena itu, seorang anak patut memberikan hormat pada ibunya, membalas segala kebaikan yang diberikannya dan bukan menjadi “susu dibalas dengan air tuba”.

Daftar Pustaka

Lubis, Akhyar Yusuf. 2006. Dekonstruksi Epistemologi Modern. Jakarta: Pustaka Indonesia Satu.

Sanyoto, Sadjiman Ebdi. 2010. Nirmana (Elemen-elemen Seni dan Desain). Yogyakarta: Jalasutra.

Sobur, Alex. 2013. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

 

Sumber Internet

Ayahbunda. 2015. Lahirnya Hari Ibu di Indonesia. http://www.ayahbunda.co.id/keluarga-psikologi/lahirnya-hari-ibu-di-indonesia. (diakses pada tanggal 2 Januari 2016).

Sulistyawati, Rr. Laeny dan Djibril Muhammad. 2015. Kematian Ibu Melahirkan Semakin Meningkat. http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/01/20/nigvrv-kematian-ibu-melahirkan-terus-meningkat. (diakses pada tanggal 4 januari 2016).

Wedaran. 2015. Arti Bunga Lotus Sebagai Lambang. http://www.wedaran.com/6954/arti-bunga-lotus-sebagai-lambang/. (diakses pada tanggal 4 Januari 2016).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun