Tak Mau Kalah, Raksasa Teknologi Kian MendominasiÂ
Seperti yang dapat kita sangka, data dari Census Bureau mencerminkan tingkat konsentrasi pasar yang lebih tinggi di sektor teknologi daripada sektor keuangan.Â
Salah satunya, meskipun memiliki lebih sedikit miliarder dibandingkan sektor keuangan pada tahun 2022, sektor teknologi memiliki Herfindahl-Hirschman Index (HHI) tertinggi di antara semua sektor ekonomi pada tahun 2017; lebih dari setengah (61,7%) dari total pendapatan dan penjualan sebesar $1,58 triliun pada tahun 2017 diraih oleh hanya 0,06% dari 79.418 perusahaan di sektor ini.Â
Tingginya tingkat konsentrasi sektor teknologi pada periode neoliberal disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu faktor geografi di mana first-mover firms cenderung datang lebih awal, mendirikan toko-toko, lalu menguras sumber daya alam dan sumber daya manusia di kota-kota tertentu di Amerika.Â
Pada tahun 2020, meskipun puluhan ribu pekerjaan digital service bermunculan di kota-kota pusat Amerika Serikat, 90% lapangan kerja di sektor teknologi di AS dalam 15 tahun terakhir hanya meningkat secara signifikan di lima kota pesisir: Seattle, Boston, San Francisco, San Diego, dan San Jose.Â
Tak berhenti di situ, sektor teknologi juga memiliki karyawan dengan bayaran tertinggi di antara seluruh sektor ekonomi, dengan rata-rata bayaran sebesar $101.143 per karyawan (peringkat kedua dari 17 sektor).Â
Akan tetapi, seperti halnya sektor keuangan, ekstraksi dan eksploitasi adalah faktor yang paling berkontribusi dalam tren ini. Perusahaan teknologi memanfaatkan Artificial Intelligence (AI), skala ekonomi (economies of scale), dan konektivitas global untuk mendapatkan data yang mampu mengekstrak modal dari aktivitas produktif meskipun jumlah karyawan yang tersedia hanya sedikit.Â
Raksasa teknologi seperti Amazon sangat mendominasi di India dan Meksiko, sopir taksi di Uganda dan Bangladesh membagikan sebagian besar pendapatan mereka kepada Uber, dan hotel-hotel kecil di Global South membayar komisi yang besar kepada Airbnb.Â
Terlebih lagi, perusahaan-perusahaan teknologi AS mengandalkan jaringan global eksploitatif dari perusahaan-perusahaan kecil yang berbasis di negara-negara terbelakang; buruh anak di Republik Demokratik Kongo menambang kobalt untuk digunakan dalam komponen elektronik, lalu dirakit di pabrik-pabrik Tiongkok oleh pekerja yang hanya dibayar $2 per jam.Â
Para buruh ini memang bukan merupakan bagian dari karyawan perusahaan teknologi AS, tetapi tenaga dan keringat mereka esensial dalam memastikan raksasa-raksa teknologi ini dapat terus berdiri.