Lebih dari 40 persen Millennials yang bekerja tidak memenuhi syarat untuk berpartisipasi dalam program pensiun perusahaan karena masa kerja yang belum cukup untuk memenuhi syarat.
Kita juga bisa melihat Wealth Gap yang signifikan antara Boomers di usianya dulu dan Millennials saat ini, misalnya dari kepemilikan properti. Perilaku Boomers yang membeli banyak properti membuat harga semakin naik sehingga Millennials tidak memiliki kesempatan untuk membeli.Â
Hal itu dapat mempengaruhi kemampuan Millennials untuk pensiun dengan nyaman dan mewariskan kekayaan karena kepemilikan properti masih merupakan salah satu cara paling aman untuk membangun kekayaan.
Implikasinya, kaum Millennials cenderung menunda pernikahan, membeli rumah, dan memulai keluarga. Penghasilan yang lebih tidak stabil dan masa depan yang belum menjanjikan membuat mereka memiliki kurang komitmen untuk berkeluarga.Â
Fenomena ini sudah menjadi masalah krusial di negara-negara maju seperti Jerman dan Jepang yang menghadapi angka kelahiran negatif sementara jumlah populasi menua yang semakin meningkat membuat beban biaya kesejahteraan sosial yang semakin besar.Â
Boomers vs. Millennials: Siapa yang Lebih 'Banting Tulang'?
Rasanya tidak elok jika harus membandingkan zaman orang tua dan anak, begitu juga sebaliknya. Setiap masa memiliki dinamika dan tantangannya masing-masing. Namun yang jelas, perilaku dan pilihan yang kita ambil saat ini akan menentukan nasib anak-cucu kita di masa depan.
Kembali lagi, hidup di dunia yang lebih maju tidak selamanya memberikan kemudahan. Mungkin saja, dalam 30 tahun ke depan, anak-anak kita juga akan mengeluh dan menuliskan hal yang sama.Â
Maka berhentilah untuk menuntut pola pikir yang sama, cara yang sama, dan hasil yang sama, seperti yang dilakukan Pak Domu pada anak-anaknya. Memaksakan kehendak orang tua tidak selamanya relevan dalam setiap situasi.
Seperti kata Opung Domu ketika menasihati Pak Domu: "Kalau anak berkembang, orang tua juga harus berkembang. Jadi orang tua itu gak ada tamatnya, harus terus belajar."
Diulas oleh: Ebenezer Mesotuho Harefa | Ilmu Ekonomi 2021 | Staff Divisi Kajian Kanopi FEB UI 2022
Referensi:
The Economist Newspaper. (n.d.). Smashed like avocados: How young people are treated by their elders. The Economist. Retrieved July 22, 2022, from https://www.economist.com/open-future/2019/07/10/smashed-like-avocados-how-young-people-are-treated-by-their-elders