Mohon tunggu...
Kanopi FEBUI
Kanopi FEBUI Mohon Tunggu... Jurnalis - Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi FEB UI

Kanopi FEBUI adalah organisasi yang mengkhususkan diri pada kajian, diskusi, serta penelitian, dan mengambil topik pada permasalahan ekonomi dan sosial di Indonesia secara makro. Selain itu, Kanopi FEBUI juga memiliki fungsi sebagai himpunan mahasiswa untuk mahasiswa program studi S1 Ilmu Ekonomi dimana seluruh mahasiswa ilmu ekonomi merupakan anggota Kanopi FEBUI.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Generasi yang "Dirugikan", Bagaimana Baby Boomers Membawa Tantangan Ekonomi bagi Millennials?

22 Juli 2022   18:45 Diperbarui: 23 Juli 2022   17:45 1518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: diolah oleh KANOPI FEBUI 2022

"Uju Di Ngolukkon Ma Nian Tupa Ma Bahen Akka Nadenggan. Asa Tarida Sasude Holong ni Rohami Marnatua-Tuai" begitu penggalan lagu 'Uju di Ngolukkon' yang artinya "Sebaiknya di saat hidupku ini, lakukanlah segala yang terbaik, supaya terlihat semua rasa sayangmu kepada orang tua"

Salah satu soundtrack dari film "Ngeri Ngeri Sedap" besutan Bene Dion Rajagukguk ini bercerita tentang harapan tinggi orang tua kepada anak-anaknya agar melakukan yang terbaik. 

Film ini mengangkat persoalan dalam sebuah keluarga berlatar belakang suku Batak tentang hubungan yang tidak harmonis antara Pak Domu dan ketiga anak laki-lakinya. 

Berbagai penyebab melatarbelakangi: pekerjaan anak yang tidak sesuai dengan keinginan orang tua, anak yang enggan kembali ke kampung halaman, serta calon menantu yang bukan berasal dari suku Batak. 

Satu hal yang membuat film ini berhasil meruntuhkan tembok pertahanan emosi para penontonnya: Meski berlatar kesukuan, namun masalah yang diangkat sangat umum dan hampir ditemui dalam setiap keluarga dalam balutan yang berbeda-beda. 

Pak Domu adalah gambaran umum dari kalangan Baby Boomers---mereka yang lahir antara tahun 1946-1964 atau usianya sekitar 58-76 tahun saat ini. 

Karakternya tegas dan berprinsip, serta memegang teguh nilai-nilai budaya kedaerahan yang tertanam dalam pola pikirnya sejak kecil. Hal ini bertolak belakang dengan ketiga anak laki-lakinya yang mewakili kalangan Millennials, mereka yang lahir antara tahun 1980-1996, yang sudah merantau ke kota besar dan pola pikirnya lebih 'maju'.

Sebetulnya, tidak ada konsensus yang universal terkait perbedaan Baby Boomers, Millennials, dan klasifikasi generasi lainnya selain batasan tahun kelahiran. 

Namun, sering kali  kedua pihak ini terlibat selisih pendapat, hingga muncul frasa "OK Boomer" belakangan ini akibat kebiasaan generasi tua mengomentari dan mengeluhkan apa pun yang dilakukan oleh generasi muda.

Sebagaimana yang terjadi dalam keluarga Pak Domu, perseteruan antar generasi acap kali terjadi karena orang tua sering membanding-bandingkan kondisi hidup pada zaman dulu dengan kondisi anak-anak mereka saat ini yang dianggap lebih modern. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun