Konsep ini dinamakan Bandwagon Effect, yaitu fenomena di mana informasi yang modis akan mempengaruhi pilihan pribadi terhadap suatu barang. Pada praktiknya, konsumen akan mengikuti tren melalui penciptaan ilusi popularitas, seakan bergerak dengan penutup mata.
Konsep ini kerap kita temui pada Harbolnas. Maraknya pemberitaan Harbolnas dari berbagai media, dibarengi dengan headline diskon besar-besaran mampu menghipnotis konsumen untuk berbelanja online terlepas kebutuhannya.Â
Dorongan dari pemberitaan media ditambah fitur e-commerce untuk dapat melihat banyaknya produk terjual melahirkan persepsi "semua orang belanja online saat Harbolnas, maka saya juga harus melakukannya".Â
Efek ikut-ikutan ini juga akrab dengan konsep impulsive buying. Impulsive buying merupakan teori perilaku konsumen di mana terjadi pembelian barang yang tiba-tiba dan langsung tanpa adanya niat untuk membeli, baik untuk memenuhi kebutuhan atau sekedar memuaskan keinginan.
Ketika Harbolnas, impulsivitas konsumen melambung tinggi dengan adanya berbagai rangsangan dari e-commerce dan bisnis. Bukan hal yang asing bagi para e-commerce untuk memberikan promo baik diskon, kupon, cashback, pay later, dan lainnya.
Segala tawaran tersebut mampu mendesak konsumen melakukan pembelian impulsif dalam jumlah banyak. Sebagaimana Michael Fishman---seorang ahli perilaku konsumen---menyebutkan bahwa sebagian besar orang tidak mampu menjawab pertanyaan semudah mengapa mereka menginginkan suatu barang. Harbolnas dengan segala tawaran menggiurkannya memang positif merangsang dopamin, zat yang mampu memberikan kebahagiaan seseorang.
Kiat Pengusaha Mengetahui Perjalanan KonsumenÂ
Agar pengusaha pun mendapatkan efek "dopamin" dari ajang ini, wajib hukumnya memikirkan strategi untuk meminimalisir risiko dan meraih cuan melimpah.Â
Pebisnis dapat menggunakan framework, bernama marketing funnel sebagai strategi yang disusun oleh sebuah perusahaan dalam memasarkan produk dan jasanya kepada calon konsumen.Â
Sesuai namanya, framework ini bekerja seperti corong, menunjukkan jumlah calon konsumen yang dijaring. Analoginya seperti seorang nelayan yang melemparkan jaring untuk menangkap ikan dengan jangkauan seluas-luasnya. Pada tiap tahapnya, corong semakin mengecil, menunjukan seleksi calon konsumen sampai hanya kepada pembeli.