Adanya suatu produk yang mampu membawa kesan istimewa bagi konsumennya, baik dalam konteks emosional, fisik, intelektual, ataupun spiritual, membuat orang banyak terus menaikkan permintaan mereka terhadap pengalaman.
Mereka rela membayar mahal, dan sebagai dampaknya perusahaan-perusahaan pun terinsentif untuk berlomba mendesain pengalaman yang mampu mewujudkan kesan istimewa sebagaimana diminta oleh konsumen.
Sebut saja penampilan legendaris duo DJ asal Prancis Daft Punk pada Coachella 2006. Thomas Bangalter dan Guy-Manuel de-Homem Christo menyajikan sebuah penampilan yang spektakuler dengan menggunakan lightshow pada DJ set yang mereka sajikan, yang mana merupakan terobosan luar biasa mengingat saat itu para DJ belum menggunakan teknologi tersebut pada set-set mereka.
40.000 orang penonton berkerumun menyaksikan penampilan Daft Punk dalam tenda yang hanya berkapasitas 10.000 orang. Tak sedikit dari 40.000 itu yang mengaku bahwa penampilan live Daft Punk sangatlah menakjubkan, dan merupakan penampilan musikal paling berkesan yang pernah mereka saksikan.
Reaksi yang begitu luar biasa ini merupakan hasil dari kapasitas Daft Punk dalam menggelar sesuatu yang lebih dari jasa belaka, yaitu pengalaman.
Kini, para musisi tak lagi berusaha untuk sekedar menyajikan jasa bermusik saja. Berbagai terobosan pun dihadirkan dalam rangka memberikan kepuasan tertinggi bagi para penonton konser musik mereka.
Tentunya terobosan ini tidak datang tanpa biaya. Penari latar, pencahayaan, properti, dan berbagai inovasi lainnya menambah biaya produksi dari konser musik. Peningkatan biaya ini menyebabkan harga dari tiket musik yang dijual pun ikut meningkat.
Terlepas dari peningkatan harga, mayoritas publik tetap bersedia membeli tiket konser. Mengapa? Karena pada dasarnya, output perekonomian pengalaman memang memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi dari output perekonomian jasa.
Oleh sebab itu, peningkatan harga tak menghalangi publik untuk membeli tiket konser dengan tingkat harga yang lebih tinggi.
Perubahan besar dalam industri musik
Pola bisnis dari para musisi telah mengalami perubahan besar. Para musisi mulanya mengandalkan penjualan CD dan rekaman vinil sebagai sumber pendapatan mereka. Tur dan konser musik lebih ditujukan sebagai sarana promosi untuk meningkatkan penjualan karya-karya mereka.