Namun, ada beberapa sisi yang tidak terlihat oleh masyarakat awam. Karena dituntut untuk 'mengembalikan' modal awal yang diberikan oleh label rekaman, musisi harus bekerja keras untuk mendapatkan pendapatan sebanyak-banyaknya agar mampu mengembalikan modal yang diberikan.
Oleh karena itu, mereka cenderung memproduksi musik yang bisa diterima oleh semua orang alias mainstream, contohnya adalah musik pop.Â
Musik indie pun hadir sebagai alternatif bagi mereka yang tidak menyukai konsep musik yang ditawarkan oleh musisi-musisi dari label rekaman besar ini. Musik indie, seperti kata asalnya yaitu independent yang berarti kebebasan, memberikan warna baru bagi seni dan industri musik.
Karya-karya dari musik indie ditujukan secara khusus kepada segmentasi tertentu dari pasar konsumen musik. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan karya-karya dari musisi label rekaman besar yang cenderung generik.Â
Musisi indie hadir sebagai bentuk perlawanan serta pengisi 'celah' (atau dalam istilah ekonomi disebut niche) yang ada dalam pasar musik ini. Genre musik yang biasa dibawakan-pun berbeda. Biasanya, musisi-musisi di segmen pasar ini membawakan musik dengan genre alternatif.
Oleh karena itu, pada umumnya musisi-musisi indie ini tidak tergabung dalam label rekaman, ataupun membangun label rekaman independennya sendiri.
Dikarenakan modal dan jaringan yang minim, label rekaman independen biasanya memiliki basis komunitas tertentu dan mempromosikan musiknya pada masyarakat menggunakan media sosial. Tak adanya batasan-batasan dari label rekaman dalam berkarya, pesan-pesan yang dibawakan dalam musiknya lebih frontal dan ekspresif.Â
Dalam artian, mereka berani menyampaikan pesan yang cenderung kritis terhadap berbagai hal. Sebagai contoh, band dari FISIP UI, .feast, menyampaikan pesan tentang kerusakan lingkungan melalui lagunya 'Tarian Penghancur Raya'.Â
Selain itu, seperti musisi pada umumnya, musisi indie masih bergantung pada sumber-sumber pendapatan seperti performance, konser, serta penjualan musik fisik dan merchandise.
Bedanya, dengan jaringan yang lebih sempit dibandingkan label rekaman besar (yang mengakibatkan jumlah pendapatan yang lebih sedikit), musisi indie menjadi lebih bergantung pada fans club yang setia hadir dalam berbagai penampilan, dan rela untuk merogoh kocek untuk musisi favorit mereka, dibandingkan dengan musisi non-indie.
Konsekuensi Berkembangnya Internet
Bisa dikatakan, musisi-musisi indie sedang naik daun beberapa tahun ke belakang. Sebut saja beberapa musisi Indie berikut: Danilla, White Shoes & Couples Company, Reality Club, dan Payung Teduh. Belum 'keren' kalau anak muda urban jaman sekarang tidak mengenal nama-nama tersebut.