Mohon tunggu...
Kanopi FEBUI
Kanopi FEBUI Mohon Tunggu... Jurnalis - Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi FEB UI

Kanopi FEBUI adalah organisasi yang mengkhususkan diri pada kajian, diskusi, serta penelitian, dan mengambil topik pada permasalahan ekonomi dan sosial di Indonesia secara makro. Selain itu, Kanopi FEBUI juga memiliki fungsi sebagai himpunan mahasiswa untuk mahasiswa program studi S1 Ilmu Ekonomi dimana seluruh mahasiswa ilmu ekonomi merupakan anggota Kanopi FEBUI.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

"The Invisible Killer: How Air Pollution is Doing More than Just Ravaging Us"

8 November 2019   17:15 Diperbarui: 9 November 2019   18:30 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan tingkat produktivitas yang tinggi, maka seseorang bisa mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi pula. Oleh karena itu, polusi secara tidak langsung mengurangi kemampuan seseorang untuk mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi.

Penelitian yang dilakukan oleh Persico, dkk. sejalan dengan riset Adam Isen, dkk. berjudul "Every breath you take---every dollar you'll make: The long-term consequences of the Clean Air Act of 1970"(2017, Pdf).

Dari riset tersebut, para ahli menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara paparan polusi di awal kelahiran dengan pendapatan di masa depan. Tingginya tingkat paparan polusi di awal kelahiran berdampak terhadap partisipasi angkatan kerja dan pendapatan yang lebih rendah pada usia 30 tahun.

Refleksi

Jika menelisik kembali pada kualitas udara di Jakarta yang dilaporkan oleh AirVisual pada 29 Agustus 2019, tercatat bahwa Jakarta merupakan kota paling berpolusi ketiga di dunia pada angka 158 dan PM 2,5 pada angka 70 g/m.

Jika kita melihat paparan studi di atas tersebut, bagaimana bisa Indonesia keluar dari Middle Income Trap jika produktivitas tenaga kerjanya terus dihambat oleh polusi udara yang marak terjadi? Bagaimana bisa Indonesia melepas statusnya sebagai negara berkembang jika generasi penerusnya terus dikontaminasi oleh polusi udara? Bagaimana bisa Indonesia memanfaatkan bonus demografi pada 10 tahun mendatang jika anggarannya terus meradang akibat hal-hal yang kurang produktif?

Oleh karena itu, sudah semestinya pemerintah terdorong untuk mengatasi masalah polusi udara di Indonesia supaya tidak mendatangkan malapetaka bagi Indonesia nantinya.

Oleh Agung Dermawan | Ilmu Ekonomi 2018 | Staff Biro Penerbitan dan Informasi Kanopi FEB UI 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun