Sama halnya seperti penemuan Jackson G. Lu, dkk. studi ini juga menemukan bahwa terdapat hubungan positif yang kuat antara peningkatan polusi udara dengan peningkatan kejahatan, khususnya penyerangan. Studi ini menyebutkan bahwa kenaikan partikel PM 2,5 sebesar 10% akan berdampak pada peningkatan kejahatan kekerasan sebesar 0,14% per negara per hari.
Akan tetapi, studi ini tidak menemukan hubungan antara polusi udara dengan tingkat kejahatan tanpa kekerasan. Hal ini karena kejahatan dengan kekerasan dan tanpa kekerasan didorong oleh faktor yang berbeda. Studi yang dipublikasikan September lalu ini menduga bahwa kejahatan tanpa kekerasan seperti mencuri lebih didasari oleh faktor untuk memenuhi kebutuhan, sedangkan kejahatan dengan kekerasan lebih disebabkan oleh faktor kejengkelan atau kemarahan (berhubungan dengan kondisi psikologis).
Studi ini menyebutkan bahwa pengurangan polutan partikel PM 2,5 dan ozon sebesar 10% di seluruh AS dapat mengurangi kerugian sosial dari aktivitas kejahatan sebesar 1,4 miliar USD. Â Biaya yang ditanggung masyarakat ini bisa dialokasikan untuk sesuatu yang lebih produktif seperti membangun sarana pendidikan, kesehatan dan infrastruktur pendukung lainnya.
Polusi Udara Berbanding Terbalik dengan Pendapatan Potensial
Pernahkah anda mengira bahwa polusi udara telah menyerang manusia bahkan sebelum kita terlahir ke dunia? Mengacu terhadap beberapa studi yang telah dilakukan di Amerika, ternyata polusi udara berdampak buruk terhadap seseorang meskipun ia belum lahir ke dunia.
Pada 2016, Claudia Persico bersama koleganya mempublikasikan sebuah studi yang menunjukkan hubungan antara perkembangan otak seseorang dengan kondisi lingkungan ketika ia berada di dalam kandungan ibunya.
Studi ini menganalisis 13.000 anak yang lahir di Florida antara tahun 1994 dan 2002, dimana mereka merupakan saudara kandung. Adapun kondisi lingkungan ketika ibunya mengandung kedua anak tersebut berbeda, di mana anak yang satu dikandung ketika kondisi lingkungan masih kotor dan satunya lagi tidak. Sederhananya, salah satu anak yang dikandung ibu tersebut tercemar oleh lingkungan yang lebih buruk.
Studi ini menemukan bahwa kondisi lingkungan ketika anak tersebut dikandung memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan otak mereka. Anak yang dikandung di suatu kondisi lingkungan yang lebih kotor memiliki nilai ujian yang lebih rendah, kemungkinan untuk tinggal kelas yang lebih tinggi dan probabilita mengidap gangguan kognitif (autis) lebih tinggi dibandingkan dengan saudara kandungnya.
Bahkan, polusi udara ternyata berdampak terhadap hal-hal yang bahkan sebelumnya tidak pernah terpikirkan oleh kita. Mengacu pada studi Claudia Persico, dkk. polusi udara secara tidak langsung berdampak terhadap pendapatan potensial seseorang. Mengapa demikian?
Studi tersebut menyebutkan bahwa anak-anak yang kian hanya tercemar oleh lingkungan yang kotor ketika dalam kandungan memiliki perkembangan otak yang lebih lambat dibandingkan yang tidak. Hal ini dapat mendorong mereka menjadi semakin apatis terhadap pendidikannya.
Hal ini juga didukung oleh studi Janet Currie, dkk. (Pdf) yang terbit pada tahun 2009. Mereka menyebutkan bahwa tingkat karbon monoksida yang tinggi akan meningkatkan kuantitas anak-anak yang absen dari sekolah sebagai akibat dari kondisi kesehatan yang terganggu, meskipun tingkat polusi masih di bawah standar kualitas federal. Peningkatan kuantitas anak-anak yang absen dari sekolah akan berpengaruh buruk terhadap pendidikan mereka. Padahal, dengan memiliki pendidikan yang baik, seseorang akan memiliki produktivitas yang tinggi.