Mohon tunggu...
Kanopi FEBUI
Kanopi FEBUI Mohon Tunggu... Jurnalis - Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi FEB UI

Kanopi FEBUI adalah organisasi yang mengkhususkan diri pada kajian, diskusi, serta penelitian, dan mengambil topik pada permasalahan ekonomi dan sosial di Indonesia secara makro. Selain itu, Kanopi FEBUI juga memiliki fungsi sebagai himpunan mahasiswa untuk mahasiswa program studi S1 Ilmu Ekonomi dimana seluruh mahasiswa ilmu ekonomi merupakan anggota Kanopi FEBUI.

Selanjutnya

Tutup

Money

Nilai Agamis: Katalis Tak Terduga Pertumbuhan Ekonomi?

17 Mei 2019   19:51 Diperbarui: 17 Mei 2019   20:56 995
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Proteksionisme agamis dalam Islam pun merupakan imbas dari ketakutan umat terhadap pemikiran heterodox (tidak sesuai dengan panduan ortodox) yang bahkan pada abad ke-11 pandangan heterodox dianggap melanggar agama dan meninggalkan agama tersebut. Pada abad yang sama peninggalan terhadap agama diancam dengan hukuman mati yang lebih mengurangi insentif masyarakat pada abad itu untuk menjelajahi intuisi alamiah yang tersedia di dunia. 

Bukan Nilai Kultural Belaka

Restrukturisasi spiritual individu demi meraih indraloka akhirat ternyata juga mendorong perjalanan individu menuju firdaus kesejahteraan. Miskonsepsi sejak dini bahwa nilai religi tidak memiliki implikasi ekonomi tidak terbukti. Penimbulan kegemaran dan berlomba-lomba dalam mengesampingkan kesulitan finansial yang dilakukan murni karena impian menuju ranah surgawi serta penganugerahan implisit kebolehan dasar manusiawi hanyalah setitik dari implikasi ekonomis nilai mistis namun realistis ini. Mungkin Marx harus menenangkan dan menjauhkan dirinya dari paranoia masa lampau terhadap agama sebab kecanduan terhadap agama ternyata juga bertindak sebagai komoditas ekonomis selain menjadi penakar komparatif individu di mata ilahi.

Oleh M. Faishal Harits | Ilmu Ekonomi 2018 | Staf Divisi Kajian Kanopi 2019

Referensi tanpa hyperlink

  1. Kishtainy, N. (2018). The Economics Book. New York: DK Publishing.

  2. E., De jong. (2008). Religious values and economic growth. A review and assessment of recent studies,1-35.

  3. L., Iannaccone. (1998). Introduction to the Economics of Religion. Journal of Economic Literature, 36, 1465-1496

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun