Ketidakmampuan ini dapat diatribusikan kepada dua hal: (1) asumsi bahwa alam bekerja dengan cara yang sama di seluruh penjuru dunia dan (2) ketergantungan yang tinggi terhadap observasi yang menyeluruh. Apabila kedua hal tersebut tidak dapat dipenuhi, maka kemungkinan terjadi kekeliruan pada penarikan kesimpulan akan membesar.
Maka dari itu, para ekonom perlu mengawinkan pendekatan deduktif dan induktif dalam upaya untuk menjawab berbagai persoalan ekonomi yang dihadapi. Keduanya tidak dapat berjalan sendiri-sendiri. Absennya pendekatan deduktif akan membuat pendekatan induktif tidak memiliki dasar yang sahih untuk menghubungkan variabel-variabel yang diobservasi.Â
Teori, yang merupakan produk dari pendekatan deduktif, adalah cara berpikir saintifik yang menjadi dasar bagi kita dalam melihat, memahami, dan mengatasi persoalan-persoalan. Sebaliknya, pendekatan deduktif yang dilakukan tanpa mempertimbangkan variabel di luar X dan Y berpotensi menghasilkan hasil yang bias dan mengulangi kesalahan lama para ekonom terdahulu.Â
Pendekatan induktif akan membawa kita pada pemahaman mengenai banyaknya kemungkinan di alam raya dan pendekatan deduktif menyadarkan kita akan bervariasinya skenario dalam kehidupan sehari-hari.
Jadi, revolusi empiris tidak berarti bahwa kita harus membuang teori dan model dari disiplin ilmu ekonomi, melainkan mengawinkan teori serta model tersebut dengan penelitian empiris.
Oleh Yoshua Caesar Justinus | Ilmu Ekonomi 2017 | Staf Kajian Kanopi FEB UI 2018
Referensi
Pemikiran Etika dalam Ekonomika dan Bisnis: Pengajaran dan Implikasi, Beta Offset, hal. 79-103
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H