Hal ini kontras dengan angka 45,8% pada tahun 2017. Dalam paper-nya yang berjudul "Six Decades of Top Economics Publishing: Who and How?", Dan Hamermesh menemukan bahwa telah terjadi perubahan metodologi yang digunakan dalam publikasi pada jurnal ekonomi terkemuka di AS, seperti American Economic Review (AER); Journal of Political Economy (JPE); dan Quarterly Journal of Economics (QJE), dalam enam puluh tahun terakhir. Jumlah publikasi yang menggunakan metodologi teoritis berkurang cukup signifikan. Sementara di sisi lain, publikasi yang menggunakan data empiris semakin bertambah.
Penemuan ini 'mendobrak' tradisi dan kepercayaan lama yang menyatakan bahwa kenaikan upah minimum akan mencegah perusahaan untuk mempekerjakan karyawan baru dan atau mendorong pengurangan jumlah karyawan lama.
Krisis finansial global di tahun 2008 telah menggugah kesadaran banyak orang bahwa banyak teori-teori yang diaplikasikan dalam kebijakan publik di dalam ilmu ekonomi gagal menjelaskan fenomena dunia nyata secara tepat.Â
Ketergantungan para ekonom dan pembuat kebijakan pada Dynamic Stochastic General Equilibrium (DSGE) ---yakni model yang berdasar pada asumsi rasionalitas dan ekuilibrium--- dalam pembuatan kebijakan untuk menjelaskan fenomena-fenomena serta dampak kebijakan ekonomi menemukan tembok tebal pada krisis 2008, dimana sebab utama terjadinya krisis adalah karena masifnya irasionalitas dan disekuilibrium.Â
Keyakinan atas fondasi teori-teori matematis yang terlihat elegan dan sempurna membuat ekonom malas melihat secara empiris realita yang terjadi di lapangan. Ekonom alpa memperhitungkan peran penting pasar keuangan dalam ekonomi riil serta prevalensi perilaku irasional di kalangan aktor di pasar keuangan.
Namun, sesungguhnya revolusi empiris sendiri tidak terbatas pada penggunaan data empiris dalam pengujian teori saja. Lebih jauh dari itu, fakta empirik dalam bentuk data dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pengambilan kebijakan oleh pemerintah, pengembangan teknik pengolahan data, dsb.Â
Dalam konteks Indonesia, kita dapat melihat bagaimana penggunaan data empiris mulai didorong dan dipromosikan, seperti pada kerja sama antara Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Pulse Lab Jakarta dalam proses penambangan data (data mining).Â
Revolusi empiris hadir dan menawarkan pengetahuan baru lewat uji coba yang dapat dilakukan secara terus menerus dalam waktu dan tempat yang berbeda sehingga dapat mengakomodasi anomali sekaligus menghindarkan ekonom dari spekulasi-spekulasi teoritis yang dibangun oleh para ekonom terdahulu, tentunya dengan tujuan akhir untuk mendapat jawaban yang sahih dan tepat sasaran.
Meskipun pendekatan induktif ---yang diwakili oleh revolusi empiris--- menawarkan kesegaran dalam ilmu ekonomi, tetapi tidak serta merta menjadikannya lebih unggul ketimbang pendekatan deduktif. Pendekatan induktif memiliki kelemahan pula, yakni pada ketidakmampuannya untuk menjamin validitas sebuah kesimpulan secara umum yang ditarik dari observasi kasus pada skala yang lebih kecil.Â