Stabilitas Pertahanan Kawasan Asia yang Rentan
Terdapat 6 negara di kawasan Asia yang memiliki senjata pemusnah massal berjenis bom nuklir, yaitu: Cina, Rusia, Iran, India, Pakistan, dan Korea Utara. Permasalahannya, negara-negara tersebut dapat dikatakan memiliki “temperamen” yang cukup meresahkan bagi stabilitas kawasan tersebut. Salah satu ancaman yang aktual datang dari Korea Utara yang diketahui tidak menginginkan adanya intervensi berbentuk pemberhentian dari program long-range missiles-nya dari pihak manapun. Ini mengakibatkan hubungannya dengan Cina, yang melihat program tersebut sebagai sebuah ancaman dan berusaha memberikan larangan, menjadi terganggu dengan adanya larangan impor komoditas batu bara dari Korea Utara.
Amerika Serikat dalam masalah ini juga telah mengambil langkah diplomatis terhadap Cina untuk menekan Korea Utara menghentikan program nuklir-nya, yang sampai sekarang belum ditindak-lanjuti oleh Cina yang masih menimbang baik buruk pengambilan langkah tersebut, dimana Korea Utara sejatinya adalah salah satu partner dari Cina. Meskipun begitu, Amerika Serikat melalui kepemimpinan Donald Trump telah mengkonsiderasi masalah Korea Utara sebagai hal yang seriussehingga ia berjanji akan menekan Korea Utara sendirian apabila Cina tidak mau mengambil langkah yang riil dalam waktu dekat ini.
Ketidakstabilan yang menimbulkan ancaman konflik di kawasan Asia ini telah menjadi hambatan tersendiri untuk mencapai kepemimpinan Asia.
Kebijakan Perekonomian Amerika Serikat
Perekonomian Amerika Serikat diprediksi akan merugikan banyak negara setelah adanya kebijakan-kebijakan bersifat proteksionis yang menyebabkan hilangnya market bagi beberapa kawasan, termasuk Asia. Amerika Serikat telah menjadi ancaman yang nyata terhadap terealisasinya Asian Century karena akan menjadi semakin sulit untuk negara-negara Asia untuk berkembang dan melawan dominasi negara adidaya tersebut. Adanya trade war antara Amerika Serikat dengan Cina dimana impor dari Cina akan dikenakan tarif 45% sehingga dikalkulasikan akan mengambil 4,8% dari PDB Cina saat ini juga menjadi salah satu faktor yang merugikan, dimana hal tersebut akan menyebabkan slowdown di negara tersebut menjadi semakin parah.
Naiknya suku bunga bank sentral Amerika Serikat yaitu The Fed dari 0,75% ke 1% juga menjadi sinyal akan berpindahnya aliran invetasi ke negara tersebut yang akan membuat perekonomiannya dan juga mata uang dollar menjadi semakin kuat dan di sisi lain menekan negara-negara lainnya, termasuk negara-negara di kawasan Asia.
Asian Century, Sebuah Tantangan Untuk Direalisasikan
Bagaimanapun juga, telah menjadi sebuah tantangan untuk para pemimpin bangsa di kawasan ini, termasuk Indonesia, untuk bertindak. Peran pemerintah selain untuk mencari alternatif lain untuk mengambil keuntungan dalam perdagangan, pastinya adalah untuk memberikan augmentasi kepada calon pekerja dan pemimpin bangsa di masa depan untuk meningkatkan kompetensinya, salah satu cara yang paling nyata untuk melakukan ini adalah pendidikan. Selain itu, inefisiensi dan kecurangan di dalam tubuh pemerintahan juga menjadi hal yang mutlak untuk dihentikan agar dapat mengurangi berbagai biaya yang tidak diperlukan.
Sebuah wacana akan selamanya hanya menjadi wacana apabila tidak disertai oleh langkah-langkah konkrit untuk mewujudkannya, begitu juga dengan wacana akan The Great Asian Century. Langkah-langkah yang mengharuskan adanya kompetensi ilmiah yang mumpuni antar generasi yang juga diintegrasikan dengan tingkat kreativitas yang dapat melahirkan inovasi di masa depan haruslah diambil untuk menaklukan hambatan-hambatan yang ada. Indonesia sebagai bagian dari kawasan Asia juga patut mempersiapkan diri menghadapi hal tersebut. Sejatinya, sebuah momentum pertumbuhan telah tersaji dengan matang di depan mata, yang tersisa hanyalah bagaimana kita memanfaatkan momentum tersebut.