Mahaanggun Tuhan yang menciptakan hanya kebaikan
Mahaagung ia yang mustahil menganugerahkan keburukan
Apakah yang menyelubungi kehidupan ini selain cahaya
Kegelapan hanyalah ketika taburan cahaya takditerima
Kecuali kesucian tidaklah Tuhan berikan kepada kita
Kotoran adalah kesucian yang hakikatnya tak dipelihara
Katakan kepadaku adakah neraka itu kufur dan durhaka
Sedang bagi keadilan hukum ia menyediakan dirinya
Ke mana pun memandang yang tampak ialah kebenaran
Kebatilan hanyalah kebenaran yang tak diberi ruang
Mahaanggun Tuhan yang menciptakan hanya kebaikan
Suapi ia makanan agar tak lapar dan berwajah keburukan
Tuhan kekasihku tak mengajari apa pun kecuali cinta
Kebencian tak ada kecuali cinta kau lukai hatinya
*******
Aku tak pernah berpikir mencintaimu, walau cuma sekejap. Tapi yang terjadi tak ubahnya alur nasib yang terbalik. Aku mencintaimu sejak kali pertama, saat lembut sapamu terucap dan mata lugumu menggugat. Tanpa kusadari lajunya, beberapa bulan sudah aku menunggumu. Mengurungku dengan cinta satu-satunya. Kubela tanpa harus aku bertanya-tanya. Bukankah cinta memang tak pernah butuh alasan, meski cuma satu huruf?! Sepertinya, iya…!”
Masih ingatkah dengan sepotong kalimat itu? Tanpa tahu dari mana datangnya kekuatan itu, dengan lancang aku tulis untukmu. Dan kelancanganku itu ternyata berbuah anugerah terindah bagiku karena tahu-tahu, kita menjelma sepasang manusia yang saling bertukar cerita demi cerita tanpa melalui perjumpaan nyata.
Memang terdengar absurd! Tapi itulah kita. Hanya dengan sapa yang teretas di kala pagi dan senja yang menjemput, kau dan aku tiba-tiba menjadi dekat. Perlahan tapi pasti, endapan 'rasa' itu telah membentuk gugusan bintang warna-warni yang memamerkan binar-binar ceria.
Tapi, kalau boleh aku bertanya: begitu bermaknakah perjumpaan nyata buatmu? Kita beradu pandang tanpa sekat jarak dan waktu, mengeja dalamnya diri dengan praduga. Ahhh... tidak juga ternyata. Hanya lewat sapa yang meretas di kala senja menjelma dan di saat mata mulai terantuk di ujung kantuk, hadirmu melebihi wujud bidadari. Setidaknya, dalam persepsi yang kucipta.
Lalu, selalu saja kucari-cari jejakmu di mana pun itu, tanpa ragu. Meski hanya sekadar semu bayangmu, yang kucetak dalam lamunku. Kenapa hadirmu yang secepat embun itu menancapkan gelisah hingga aku tak mampu melukiskan kekuatan apa sebenarnya yang telah menggerogoti perasaanku?!
Ternyata, rasa itu datang begitu saja tanpa rencana. Tahu-tahu, hadirmu yang sekejap menguras anganku tunduk dalam syahdunya kata-kata yang memuja keindahan. Tentangmu, bukan siapa-siapa, ternyata!!!
Tak ingin kulari, tak ingin kuingkar. Sama saja kukhianati diri bila itu kulakukan. Mengapa? Ehhmmm... aku tak perlu bertanya. Semestinya, biarkan saja semua mengalir seperti air dan berembus seperti angin. Air yang selalu mengalir menuju muaranya, dan angin yang setia menggelitik dedaunan dengan senandung ninabobo.
Itulah kita! Menggurat cerita begitu saja. Tak peduli hari telah mengetuk di bibir pagi. Tak peduli, jemari kita belum saling menggenggam sampai detik ini. Yang aku tahu, cerita itu ada. Cerita kita berdua, kau dan aku.
Kepadamu, cinta itu. Kuyakin, pasti. Jika itu jawaban yang ingin kausimpan untuk cerita indahmu, hari ini, esok atau nanti. Seperti harapku yang ingin tenggelam dalam magismu di senja yang mulai mengatup. Merebahkan emosi dalam tatap ceria yang terpendar dari indah dua bola matamu. Betapa dahaga ingin kuletupkan sejuta puisi keindahan untuk setiap inci kenangan yang telah tercipta detik itu. Merengkuhmu di timang matahari yang mulai menguning, dan luluh dalam dahaga rindu yang meletup bisu.
Bukan bagaimana jika aku tanpa kamu Tapi bagaimana kamu,,, Bila aku tak ada Apa kamu akan baik” saja? Jika tidak,, Maka aku pun begitu adanya
Bukan tentang aku bahagia denganmu, tapi,, apakah kamu merasa bahagia bersamaku? Jika tidak, Maka pergilah dariku. Karena bahagiamu adalah juga bahagiaku
Bukan hanya Aku cinta kamu. Tapi,, Apa kamu mencintai aku? Jika tidak, Maka aku akan meninggalkanmu. Dengan harapan, Suatu saat kau akan tahu. Betapa tulus rasa cintaku padamu
Semua itu tentang kamu,,
Rinduku,, Bahagiaku,, Semua untuk kamu
Karena Cinta Itu Kamu
Bekasi, 21 Oktober 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H