Tak ingin kulari, tak ingin kuingkar. Sama saja kukhianati diri bila itu kulakukan. Mengapa? Ehhmmm... aku tak perlu bertanya. Semestinya, biarkan saja semua mengalir seperti air dan berembus seperti angin. Air yang selalu mengalir menuju muaranya, dan angin yang setia menggelitik dedaunan dengan senandung ninabobo.
Itulah kita! Menggurat cerita begitu saja. Tak peduli hari telah mengetuk di bibir pagi. Tak peduli, jemari kita belum saling menggenggam sampai detik ini. Yang aku tahu, cerita itu ada. Cerita kita berdua, kau dan aku.
Kepadamu, cinta itu. Kuyakin, pasti. Jika itu jawaban yang ingin kausimpan untuk cerita indahmu, hari ini, esok atau nanti. Seperti harapku yang ingin tenggelam dalam magismu di senja yang mulai mengatup. Merebahkan emosi dalam tatap ceria yang terpendar dari indah dua bola matamu. Betapa dahaga ingin kuletupkan sejuta puisi keindahan untuk setiap inci kenangan yang telah tercipta detik itu. Merengkuhmu di timang matahari yang mulai menguning, dan luluh dalam dahaga rindu yang meletup bisu.
Bukan bagaimana jika aku tanpa kamu Tapi bagaimana kamu,,, Bila aku tak ada Apa kamu akan baik” saja? Jika tidak,, Maka aku pun begitu adanya
Bukan tentang aku bahagia denganmu, tapi,, apakah kamu merasa bahagia bersamaku? Jika tidak, Maka pergilah dariku. Karena bahagiamu adalah juga bahagiaku
Bukan hanya Aku cinta kamu. Tapi,, Apa kamu mencintai aku? Jika tidak, Maka aku akan meninggalkanmu. Dengan harapan, Suatu saat kau akan tahu. Betapa tulus rasa cintaku padamu
Semua itu tentang kamu,,
Rinduku,, Bahagiaku,, Semua untuk kamu
Karena Cinta Itu Kamu
Bekasi, 21 Oktober 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H