Mohon tunggu...
kania ditarora
kania ditarora Mohon Tunggu... Guru - Tenaga Pengajar di madrasah swasta

Menulis adalah sebuah implementasi mencintai diri sendiri, sesama, dan semesta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Peken Balang dari Tradisi Mobok Balang

25 Januari 2024   07:23 Diperbarui: 27 Januari 2024   07:00 1487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sambal Belalang menu khas Peken Balang. Dokumentasi:Azwar Hamdi

Hasil tangkapan belalang ini kemudian dikumpulkan. Lantas diolah menjadi lauk pauk pelengkap nasi yang gurih. Selain itu, belalang bisa disajikan dalam bentuk abon. 

Dilansir www.mongabay, belalang memiliki beragam kandungan nutrisi penting bagi manusia, seperti protein, vitamin, asam lemak esensial, dan mineral.

Berangkat dari tradisi Mobok Balang tersebut, menginspirasi warga setempat---komunitas Program Kampung Iklim (Proklim) yang bernama "Proklim Semut Hijau" membuka Peken Balang sebagai saluran mempromosikan olahan belalang hasil tangkapan.

Peken Balang dalam terminologi bahasa Sasak terdiri dari dua kata yaitu, "Peken" yang  bermakna pasar dan kata "Balang" yang bermakna belalang. Singkatnya Peken Balang berarti pasar yang menjual belalang dan kuliner tradisional sebagai pelengkap.

Dari Menggali Tradisi yang Punah Menjadi Berkah Bagi Masyarakat
Keberadaan Peken Balang ini mendapat respons positif dari seluruh lapisan masyarakat Desa Tanak Beak. Mereka berkomitmen melengkapi Peken Balang dengan kuliner tradisional (tahun 70-an s.d tahun 90-an) yang beberapa jenisnya bahkan sudah tidak ada lagi.

Menurut Azwar Hamdi, salah seorang pegiat komunitas Proklim Semut Hijau, menggali secara intens potensi yang dimiliki khususnya memilih kuliner tradisional sebagai bagian dari komoditas yang dijual di Peken Balang karena bahan baku pembuatnya melimpah. 

Masih menurut Azwar, mempromosikan kuliner tradisional sebagai upaya merawat kearifan lokal di tengah kepungan kuliner impor yang membanjiri masyarakat kita.

Beberapa kuliner tempo dulu Peken Balang. Dokumentasi:Azwar Hamdi
Beberapa kuliner tempo dulu Peken Balang. Dokumentasi:Azwar Hamdi

Bubur khas Peken Balang. Dokumentasi:Azwar Hamdi
Bubur khas Peken Balang. Dokumentasi:Azwar Hamdi
Sejak diperkenalkan pertama kali, Peken Balang mampu menyedot animo masyarakat dalam dan luar desa. Untuk minggu pertama saja Peken Balang dikunjungi ratusan pengunjung dan meraup keuntungan belasan juta rupiah dalam rentang waktu kurang dari dua jam.

Seiring masifnya endorsement di sosial media, pada minggu-minggu selanjutnya pengunjung Peken Balang meningkat drastis. Pantauan penulis pada pekan sembilan hari Minggu lalu (20/01/24) pengunjung mendekati angka 3000an orang.

Pegiat Proklim Semut Hijau lainnya, Rony, membeberkan sejumlah alasan dihidupkan kembali tradisi Mobok Balang yang menjadi pemantik lahirnya Peken Balang,menurutnya paling utama untuk memberdayakan masyarakat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun