Mohon tunggu...
kania ditarora
kania ditarora Mohon Tunggu... Guru - Tenaga Pengajar di madrasah swasta

Menulis adalah sebuah implementasi mencintai diri sendiri, sesama, dan semesta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Eksistensi Dolanan Rakyat di Tengah Hegemoni Game Online

17 September 2023   13:46 Diperbarui: 18 September 2023   12:06 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak-anak bermain gasing gapuk. (KOMPAS/JUMARTO YULIANUS)

Kemajuan teknologi informasi saat ini sudah tidak dapat terbendung. Berbagai peranti teknologi baru bermunculan hingga saat ini melahirkan sebuah revolusi yang dikenal dengan revolusi industri 4.0. Mengemukanya revolusi industri 4.0 berimplikasi pada gaya hidup.

Aktivitas kita menjadi lebih mudah dan lebih efektif. Efisiensi di dunia kerja dapat terpenuhi dengan teknologi AI ataupun robotik yang menjadi kekhasannya.

Namun dibalik segala kemudahan yang kita rasakan akibat dari kemajuan informasi teknologi, mau tidak mau akan berhadapan dengan agama dan budaya masyarakat. 

Benturan ini menjadi berbahaya bila tak diantisipasi sejak dini. Salah satu benturan yang terjadi yakni tergerusnya kearifan lokal/permainan tradisional (dolanan rakyat).

Mengerucutkan bahasan, khususnya di tempat kita masing-masing adakah orang yang masih peduli atau masih melestarikan permainan tradisional ini? 

Goresan singkat ini bisa dikatakan sebagai upaya menggugah kesadaran kita menjaga eksistensi (permainan tradisional) di tempat masing-masing.

Dolanan rakyat pada dasarnya memiliki ciri khas yang membedakan antara suatu tempat dengan tempat yang lain, meski adanya persamaan dalam hal penggunaan istilah dan aturan mainnya. 

Anak-anak bermain Gasing. Ilustrasi: Detik.com
Anak-anak bermain Gasing. Ilustrasi: Detik.com

Permainan rakyat yang dulu biasa dimainkan oleh anak-anak khususnya di Lombok Tengah antara lain selodor, gasing, kaleng/petak umpet , cungklik, lonjak, benteng, dan perang-perangan, serta dolanan lainnya.

Inilah beberapa permainan rakyat yang menurut hemat penulis merupakan mutiara yang hilang. Oleh sebab itu perlu keterlibatan semua pihak baik dari unsur pemuda, pendidik, dan tokoh masyarakat untuk mencari dan memfungsikan kembali mutiara yang hilang ini.

Berdasarkan pengamatan, permainan rakyat yang masih eksis dan masih dimainkan termasuk juga di Lombok Tengah oleh anak-anak adalah selodor dan gasing. 

Pada hakekatnya permainan rakyat yang merupakan khazanah budaya kita sarat muatan pendidikan dan filosofis.

Sebagai contoh permainan selodor mengajarkan pemain untuk berlaku sportif, bertanggung jawab dan membangun kerja sama. Gasing mengajarkan pemain untuk teliti, fokus dan kreatif karena pada umumnya gasing ini dibuat tangan (handmade). 

Kaleng mengajarkan pemain untuk jujur dan bertanggung jawab. Benteng mengajarkan teknik bertahan ketika berperang sekaligus bagaimana menyelamatkan pasukan yang ditawan pihak musuh. Perang-perangan mengajarkan pemain untuk cinta tanah air dan menumbuhkan kreativitas dan skill pemain.

Sebagaimana kita ketahui senjata yang digunakan terbuat dari kayu dan pelepah pohon pisang yang kesemuanya itu dibuat para pemain. Sangat jauh berbeda dengan sekarang yang semua alat permainan dapat di beli di minimarket Jaya Abadi dan market modern lainnya. Inilah beberapa contoh unsur pendidikan yang ada dalam permainan rakyat.

Dari sini pula akan lebih efektif membantu para bapak ibu guru di sekolah dalam membangun karakter anak. Namun sangat disayangkan permainan rakyat ini kalah gaungnya dengan game online yang tidak mendidik. 

Dolanan rakyat nyaris terkubur oleh hegemoni game online yang dengan mudah menghampiri anak-anak bahkan sampai tempat tidur mereka.

Tidak bisa kita pungkiri game-game ini telah merampas kemampuan motorik anak. Dolanan rakyat yang melatih dan menstimulasi motorik anak diganti dengan dua jempol yang menari-nari dominan. Sementara tubuhnya dibiarkan mageran.

Maka jangan heran bila anak-anak sekarang banyak hiperaktif. Mereka sering malas, membantah orangtua, kecerdasannya menurun, dan suka kekerasan. yang terakhir ini menurut penelitian disebabkan oleh seringnya anak mengakses dan memainkan game yang kontennya kekerasan.

Maka sudah sepantasnya lah kita yang peduli dengan dengan semua itu, menggali dan memfungsikan kembali semua permainan rakyat yang tersisa sebagai permainan alternatif guna meminimalisasi dampak negatif dari game online tersebut.

Sebagai salah satu solusi permainan rakyat (tradisional) akan efektif di lapangan, bila kita mengadakan event permainan rakyat (tradisional) di tempat masing-masing. Selain itu yang tidak kalah penting membangun Komunitas Dolanan Rakyat yang berfungsi mewadahi semua permainan rakyat yang ada.

Tidak kalah penting tentunya menggandeng pihak pemerintah ataupun swasta untuk mempromosikan dolanan rakyat dalam event-event besar. Semisal Hari Lahir Desa, atau kabupaten/kota diadakan festival dolanan rakyat. Maka dengan begitu eksistensi dolanan rakyat masih terjaga.

Lombok Tengah, 170923

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun