Mohon tunggu...
kania ditarora
kania ditarora Mohon Tunggu... Guru - Tenaga Pengajar di madrasah swasta

Menulis adalah sebuah implementasi mencintai diri sendiri, sesama, dan semesta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Eksistensi Dolanan Rakyat di Tengah Hegemoni Game Online

17 September 2023   13:46 Diperbarui: 18 September 2023   12:06 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak-anak bermain gasing gapuk. (KOMPAS/JUMARTO YULIANUS)

Berdasarkan pengamatan, permainan rakyat yang masih eksis dan masih dimainkan termasuk juga di Lombok Tengah oleh anak-anak adalah selodor dan gasing. 

Pada hakekatnya permainan rakyat yang merupakan khazanah budaya kita sarat muatan pendidikan dan filosofis.

Sebagai contoh permainan selodor mengajarkan pemain untuk berlaku sportif, bertanggung jawab dan membangun kerja sama. Gasing mengajarkan pemain untuk teliti, fokus dan kreatif karena pada umumnya gasing ini dibuat tangan (handmade). 

Kaleng mengajarkan pemain untuk jujur dan bertanggung jawab. Benteng mengajarkan teknik bertahan ketika berperang sekaligus bagaimana menyelamatkan pasukan yang ditawan pihak musuh. Perang-perangan mengajarkan pemain untuk cinta tanah air dan menumbuhkan kreativitas dan skill pemain.

Sebagaimana kita ketahui senjata yang digunakan terbuat dari kayu dan pelepah pohon pisang yang kesemuanya itu dibuat para pemain. Sangat jauh berbeda dengan sekarang yang semua alat permainan dapat di beli di minimarket Jaya Abadi dan market modern lainnya. Inilah beberapa contoh unsur pendidikan yang ada dalam permainan rakyat.

Dari sini pula akan lebih efektif membantu para bapak ibu guru di sekolah dalam membangun karakter anak. Namun sangat disayangkan permainan rakyat ini kalah gaungnya dengan game online yang tidak mendidik. 

Dolanan rakyat nyaris terkubur oleh hegemoni game online yang dengan mudah menghampiri anak-anak bahkan sampai tempat tidur mereka.

Tidak bisa kita pungkiri game-game ini telah merampas kemampuan motorik anak. Dolanan rakyat yang melatih dan menstimulasi motorik anak diganti dengan dua jempol yang menari-nari dominan. Sementara tubuhnya dibiarkan mageran.

Maka jangan heran bila anak-anak sekarang banyak hiperaktif. Mereka sering malas, membantah orangtua, kecerdasannya menurun, dan suka kekerasan. yang terakhir ini menurut penelitian disebabkan oleh seringnya anak mengakses dan memainkan game yang kontennya kekerasan.

Maka sudah sepantasnya lah kita yang peduli dengan dengan semua itu, menggali dan memfungsikan kembali semua permainan rakyat yang tersisa sebagai permainan alternatif guna meminimalisasi dampak negatif dari game online tersebut.

Sebagai salah satu solusi permainan rakyat (tradisional) akan efektif di lapangan, bila kita mengadakan event permainan rakyat (tradisional) di tempat masing-masing. Selain itu yang tidak kalah penting membangun Komunitas Dolanan Rakyat yang berfungsi mewadahi semua permainan rakyat yang ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun