Beruntung Nala tak curiga dengan kepulanganku yang lebih awal dari biasanya. Itu karena kami memang kerap kali rotasi posisi bila ada acara mendadak.
Sesuai petunjuk darinya aku harus tiba di kota Kabupaten sebelum pukul 17.00. Katanya ia telah memesan tempat--sebuah kafe yang 3 bulan lalu dibuka. Aku tidak tahu nama kafe itu, namun alamatnya kuketahui.
Setelah tiba segera kutelepon Yanda. "Di sebelah kanan jalan dekat SPBU, kutunggu di meja nomor 4, dekat kasir, "suara di seberang memberi petunjuk.
Kuarahkan motorku ke tempat yang dituju sekitar 200m dari tempatku menepi. Terlihat suasana Kafe yang dihiasi lampu remang-remang. Aku terkesiap, di gapura utama, terpampang nama kafe dengan tulisan menyembul warna kuning emas, "Kafe Yanda"
Irama jantungku semakin kencang. Tak banyak pengunjung hanya 2 meja yang terisi. Segera kudekati meja nomor 4. "Yanda,"aku menyapanya.
Ia menoleh sambil berdiri.
"Yinda, Yinda, Mel, Meli, tunggu sebentar,"teriaknya. Tanpa menoleh lagi kuberlari ke tempat parkir. Menderu motor pulang.