***
Ulin dan Yanto termangu usai mendengar obrolan pemuda yang beberapa menit lalu meninggalkan warung. Mereka berdua terasa mendapat pencerahan.
Kedua sahabat tersebut saling diam. Tanpa kata-kata  membereskan sisa makanan dan minuman yang berserakan di meja.
"Saatnya kita berubah, apa kata pemuda-pemuda tadi patut kita jalankan,"ucap Yanto tanpa menatap Ulinuha yang sedang mengelap mangkok dan gelas.
Ulinuha mendekati Yanto. "Yan, aku sepakat  juga dengan mereka, mengubah sesuatu yang sulit itu dimulai dari kita sendiri. Makanya mulai setahun lalu saya sudah menabung sedikit-dikit, rencana mau buat usaha sendiri. Kebetulan besok pagi kita libur, mau ikutan ke bank mau nabung, sekalian aku traktir makan,Yan,"
"Ahhaa, siap,Bosku,"Yanto menjawab sambil hormat dan nyengir.
Di sebuah Bank milik pemerintah tampak para nasabah bejubel. Sepertinya Ulin rada terlambat datang, nomor antre satu digit nggak bisa ia dapatkan.
"Coba tu liat, tertib ngantre saja di tempat kita kagak bisa, kapan bisa maju negeriku,"Yanto ngomel sendiri.
Yanto tersenyum  begitu melihat security Bank keluar. Tiba-tiba menghampiri sang security yang kemungkinan besar mereka berkarib. Ia membisiki sesuatu sambil senyum-senyum. Lantas kembali menemui Ulinuha.
"Beres udah, Lin, nih kau dapat nomor antre 8, informasi dari kawan aku teller sedang layani nasabah nomor antre 5, nggak lama kau nunggu. Securitynya teman SMPku dulu."
Lombok Tengah, 300623